Tentara Bahrain bunuh aktivis remaja
A
A
A
Sindonews.com - Tentara Bahrain yang didukung tentara Arab Saudi membunuh seorang aktivis pro-demokrasi di sebuah desa di barat Bahrain, Selasa (23/10/2013). Ali Khalil al- Sabbagh (17), tewas setelah mendapatkan luka tembak di bagian kepala di Desa Bani Jamra oleh pasukan keamanan Bahrain, seperti diberitakan Presstv, Rabu (23/10/2013).
Kementerian Dalam Negeri Bahrain dalam akun Twitternya menuduh Sabbagh yang sebelumnya telah ditahan sebagai teroris karena dia berusaha menanam bom. Selain menahan Sabbagh, Pasukan Bahrain juga menangkap ayah Sabbagh.
Penangkapan terjadi setelah sejumlah warga Bahrain melancarkan aksi unjuk rasa di seluruh pulau untuk menuntut demokrasi dan menentang rezim al-Khalifa.
Para pengunjuk rasa juga meneriakan slogal anti rezim al-khalifa yang berkuasa. Warga Bahrain menggelar unjuk rasa menuntut reformasi politik dan monarki konstitusional sejak Februari 2011 lalu. Belakangan, pengunjuk rasa menuntut pengusiran rezim al-Khalifa dan keluarga mereka yang mengizinkan aparat melakukan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.
Sejak saat itu sudah banyak dokter dan perawat yang ditahan, disiksa bahkan menghilang karena memiliki bukti kekejaman yang dilakukan pasukan keamanan, polisi anti huru hara terhadap para demonstran anti pemerintah. Seperti diketahui, para pengunjuk rasa tidak akan berhenti melancarkan aksinya sampai pemerintahan yang terpilih secara demokratis terwujud dan pelanggaran hak asasi manusia berakhir.
Kementerian Dalam Negeri Bahrain dalam akun Twitternya menuduh Sabbagh yang sebelumnya telah ditahan sebagai teroris karena dia berusaha menanam bom. Selain menahan Sabbagh, Pasukan Bahrain juga menangkap ayah Sabbagh.
Penangkapan terjadi setelah sejumlah warga Bahrain melancarkan aksi unjuk rasa di seluruh pulau untuk menuntut demokrasi dan menentang rezim al-Khalifa.
Para pengunjuk rasa juga meneriakan slogal anti rezim al-khalifa yang berkuasa. Warga Bahrain menggelar unjuk rasa menuntut reformasi politik dan monarki konstitusional sejak Februari 2011 lalu. Belakangan, pengunjuk rasa menuntut pengusiran rezim al-Khalifa dan keluarga mereka yang mengizinkan aparat melakukan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.
Sejak saat itu sudah banyak dokter dan perawat yang ditahan, disiksa bahkan menghilang karena memiliki bukti kekejaman yang dilakukan pasukan keamanan, polisi anti huru hara terhadap para demonstran anti pemerintah. Seperti diketahui, para pengunjuk rasa tidak akan berhenti melancarkan aksinya sampai pemerintahan yang terpilih secara demokratis terwujud dan pelanggaran hak asasi manusia berakhir.
(esn)