Pejabat Palestina kecam pernyataan PM Israel soal Yerusalem
A
A
A
Sindonews.com – Seorang pejabat Palestina pada Selasa (22/10/2013), mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang mengatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari Israel.
"Pernyataan Netanyahu bertentangan dengan dasar dari solusi dua negara dan resolusi internasional, yang menekankan bahwa Yerusalem Timur adalah ibukota negara Palestina di masa depan," kata Adnan Al-Husseini, Menteri urusan Yerusalem Otoritas Nasional Palestina (PNA).
"Pernyataan semacam itu menunjukkan realitas Netanyahu, yang menghambat proses perdamaian dan perundingan damai yang disponsori Amerika Serikat, yang saat ini sedang berlangsung," lanjut Al-Husseini, seperti dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan kalau Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel yang tak terpisahkan selama ia tetap menduduki kursi Perdana Menteri. Pernyataan ini dilontarkan Netanyahu setelah memberikan suara dalam pemilihan kotapraja Yerusalem.
Saat ini, sekitar 300 ribu warga Palestina hidup di Yerusalem. Mereka terus berupaya untuk memboikot pemilu di kotapraja Yerusalem. Al-Husseini mengatakan, boikot adalah pengingat dari status kota itu, yang masih berada di bawah pendudukan Israel. Negara yahudi itu menduduki Yerusalem Timur dan mencaploknya pada 1967.
"Pernyataan Netanyahu bertentangan dengan dasar dari solusi dua negara dan resolusi internasional, yang menekankan bahwa Yerusalem Timur adalah ibukota negara Palestina di masa depan," kata Adnan Al-Husseini, Menteri urusan Yerusalem Otoritas Nasional Palestina (PNA).
"Pernyataan semacam itu menunjukkan realitas Netanyahu, yang menghambat proses perdamaian dan perundingan damai yang disponsori Amerika Serikat, yang saat ini sedang berlangsung," lanjut Al-Husseini, seperti dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan kalau Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel yang tak terpisahkan selama ia tetap menduduki kursi Perdana Menteri. Pernyataan ini dilontarkan Netanyahu setelah memberikan suara dalam pemilihan kotapraja Yerusalem.
Saat ini, sekitar 300 ribu warga Palestina hidup di Yerusalem. Mereka terus berupaya untuk memboikot pemilu di kotapraja Yerusalem. Al-Husseini mengatakan, boikot adalah pengingat dari status kota itu, yang masih berada di bawah pendudukan Israel. Negara yahudi itu menduduki Yerusalem Timur dan mencaploknya pada 1967.
(esn)