Sebut korban nikmati perkosaan, hakim Israel mundur
A
A
A
Sindonews.com – Nissim Yeshaya, seorang hakim di Tel Aviv, Israel telah mengundurkan diri setelah mengeluarkan komentar kontroversial. Dia menyebut, beberapa gadis korban perkosaan menikmati apa yang mereka alami.
Hakim Yeshaya yang bertugas di Pengadilan Negeri Tel Aviv mengumumkan pengunduran dirinya, setelah bertemu dengan Menteri Kehakiman Tzipi Livni dan Mahkamah Agung Asher Grunis. Demikian laporan ynetnews.com, kemarin (16/10/2013).
”Semua hakim perlu tahu bahwa mereka berada di bawah pengawasan. Mereka harus menjaga diri, dengan cara menjadi orang yang dipercaya dan menegakkan hukum untuk menentukan nasib orang lain,” kata Livni, mengomentari penguduran diri hakim itu.
”Ini bukan hanya tentang setiap pernyataan tunggal (hakim Yeshaya) , ini tentang persepsi perempuan yang telah berjuang selama bertahun-tahun, di mana korban sedang disalahkan atas kasus perkosaan,” lanjut Livni.
Kasus perkosaan itu sebenarnya terjadi enam tahun lalu. Di mana, empat pemuda Palestina yang berasal dari kamp pengungsi Shuafat memperkosa seorang gadis 13 tahun. Saat komentar kontroversial hakim Yeshaya muncul, korban perkosaan tidak hadir dalam sidang.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyesalkan pernyataan hakim itu. Menurutnya, komentar seperti itu tidak bisa diterima. Atas insiden itu, ia menarik dukungannya terkait pengangkatan hakim dari Partai Likud.
Knesset Aliza Lavie, Ketua Komite DPR tentang masalah perempuan, mendesak agar hakim Yeshaya dipecat secepat mungkin. Komentar hakim itu juga dikecam pengacara korban, Aloni-Sadovnik.
”Di tengah perdebatan yang memanas, dia (hakim Yeshaya) tiba-tiba dia berkata lantang, yang didengar semua orang yang hadir di sidang; ‘Ada beberapa gadis yang menikmati diperkosa’,” kata pengacara itu, menirukan ucapan hakim Yeshaya.
”Ruang sidang mendadak hening. Bahkan anggota panel diam selama beberapa menit. Dia bahkan tidak sadar apa yang dia katakan. Dia tidak mengerti mengapa semua orang menjadi diam mendadak,” lanjut dia menceritakan suasana sidang.
Setelah komentarnya memicu kecaman, hakim Yeshaya, berupaya mengelak. ”Ini tidak serius. Mereka mencoba untuk mendapatkan publisitas dari saya, saya tidak percaya korban perkosaan tidak terluka atau perkosaan bukan merupakan pelanggaran berat. (Komentar saya) itu disalahartikan,” ujarnya.
Hakim Yeshaya yang bertugas di Pengadilan Negeri Tel Aviv mengumumkan pengunduran dirinya, setelah bertemu dengan Menteri Kehakiman Tzipi Livni dan Mahkamah Agung Asher Grunis. Demikian laporan ynetnews.com, kemarin (16/10/2013).
”Semua hakim perlu tahu bahwa mereka berada di bawah pengawasan. Mereka harus menjaga diri, dengan cara menjadi orang yang dipercaya dan menegakkan hukum untuk menentukan nasib orang lain,” kata Livni, mengomentari penguduran diri hakim itu.
”Ini bukan hanya tentang setiap pernyataan tunggal (hakim Yeshaya) , ini tentang persepsi perempuan yang telah berjuang selama bertahun-tahun, di mana korban sedang disalahkan atas kasus perkosaan,” lanjut Livni.
Kasus perkosaan itu sebenarnya terjadi enam tahun lalu. Di mana, empat pemuda Palestina yang berasal dari kamp pengungsi Shuafat memperkosa seorang gadis 13 tahun. Saat komentar kontroversial hakim Yeshaya muncul, korban perkosaan tidak hadir dalam sidang.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyesalkan pernyataan hakim itu. Menurutnya, komentar seperti itu tidak bisa diterima. Atas insiden itu, ia menarik dukungannya terkait pengangkatan hakim dari Partai Likud.
Knesset Aliza Lavie, Ketua Komite DPR tentang masalah perempuan, mendesak agar hakim Yeshaya dipecat secepat mungkin. Komentar hakim itu juga dikecam pengacara korban, Aloni-Sadovnik.
”Di tengah perdebatan yang memanas, dia (hakim Yeshaya) tiba-tiba dia berkata lantang, yang didengar semua orang yang hadir di sidang; ‘Ada beberapa gadis yang menikmati diperkosa’,” kata pengacara itu, menirukan ucapan hakim Yeshaya.
”Ruang sidang mendadak hening. Bahkan anggota panel diam selama beberapa menit. Dia bahkan tidak sadar apa yang dia katakan. Dia tidak mengerti mengapa semua orang menjadi diam mendadak,” lanjut dia menceritakan suasana sidang.
Setelah komentarnya memicu kecaman, hakim Yeshaya, berupaya mengelak. ”Ini tidak serius. Mereka mencoba untuk mendapatkan publisitas dari saya, saya tidak percaya korban perkosaan tidak terluka atau perkosaan bukan merupakan pelanggaran berat. (Komentar saya) itu disalahartikan,” ujarnya.
(mas)