Kalahkan Snowden, Malala raih award HAM Eropa
A
A
A
Sindonews.com - Malala Yousafzai, 16, gadis Pakistan yang selamat setelah kepalanya ditembak militan Taliban tahun lalu, meraih penghargaan Sakharov untuk hak asasi manusia (HAM) yang dihelat saban tahun oleh Parlemen Eropa.
Mengutip laporan Reuters, Kamis (10/10/2013), Malala terpilih untuk menerima award itu, setelah menyisihkan whistleblower NSA, Edward Snowden, 30, yang sama-sama difavoritkan sebagai nominator.
”Hari ini, kami memutuskan untuk membiarkan dunia tahu bahwa harapan kita untuk masa depan yang lebih baik berdiri pada orang muda seperti Malala Yousafzai,” kata Ketua Partai Rakyat Eropa (EPP), Joseph Daul.
Gadis Pakistan yang juga masuk nominator peraih Nobel Perdamaian 2013 ini, menjadi ikon perjuangan anak muda untuk memperjuangkan hak pendidikan dari ancaman radikalisme. Kisah heroik Malala menjadi sorotan dunia, terlebih setelah selamat dari tembakan militan Taliban Pakistan, dia bertekad terus mengampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan yang ditentang militan itu.
Bahkan, tepat pada peringatan satu tahun penembakan, 9 Oktober 2013, Malala kembali diancam akan dibunuh kelompok militan itu, hanya karena ideologinya dianggap sekuler setelah berkampenye hak-hak pendidikan untuk perempuan.
Sedangkan Snowden masuk nominator, karena keberaniannya sebagai anak muda untuk mengungkap penyadapan ilegal dalam skala besar-besaran yang dilakukan Amerika Serikat. Akibat tindakan beraninya itu, bekas kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS itu terus diburu aparat keamanan AS. Dia kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka selama satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin.
Selain Malala dan Snowden, nominator lainnya adalah tiga warga Belarusia, Ales Belyatsky, Eduard Lobau dan Mykola Statkevich. Mereka adalah aktivis yang dipenjara setelah protes massa untuk menentang terpilihnya kembali Presiden Alaxander Lukashenko, di Minsk pada bulan Desember 2010.
Mengutip laporan Reuters, Kamis (10/10/2013), Malala terpilih untuk menerima award itu, setelah menyisihkan whistleblower NSA, Edward Snowden, 30, yang sama-sama difavoritkan sebagai nominator.
”Hari ini, kami memutuskan untuk membiarkan dunia tahu bahwa harapan kita untuk masa depan yang lebih baik berdiri pada orang muda seperti Malala Yousafzai,” kata Ketua Partai Rakyat Eropa (EPP), Joseph Daul.
Gadis Pakistan yang juga masuk nominator peraih Nobel Perdamaian 2013 ini, menjadi ikon perjuangan anak muda untuk memperjuangkan hak pendidikan dari ancaman radikalisme. Kisah heroik Malala menjadi sorotan dunia, terlebih setelah selamat dari tembakan militan Taliban Pakistan, dia bertekad terus mengampanyekan pendidikan untuk anak-anak perempuan yang ditentang militan itu.
Bahkan, tepat pada peringatan satu tahun penembakan, 9 Oktober 2013, Malala kembali diancam akan dibunuh kelompok militan itu, hanya karena ideologinya dianggap sekuler setelah berkampenye hak-hak pendidikan untuk perempuan.
Sedangkan Snowden masuk nominator, karena keberaniannya sebagai anak muda untuk mengungkap penyadapan ilegal dalam skala besar-besaran yang dilakukan Amerika Serikat. Akibat tindakan beraninya itu, bekas kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) AS itu terus diburu aparat keamanan AS. Dia kini bersembunyi di Rusia, setelah mendapat suaka selama satu tahun dari Pemerintah Vladimir Putin.
Selain Malala dan Snowden, nominator lainnya adalah tiga warga Belarusia, Ales Belyatsky, Eduard Lobau dan Mykola Statkevich. Mereka adalah aktivis yang dipenjara setelah protes massa untuk menentang terpilihnya kembali Presiden Alaxander Lukashenko, di Minsk pada bulan Desember 2010.
(mas)