AS galau, bantuan untuk Mesir distop
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menahan bantuan untuk Mesir dalam skala besar-besaran. Keputusan itu, sebagai konsekuensi atas tindakan kekerasan yang terus terjadi di Mesir, sejak Presiden Mohamed Morsi digulingkan 3 Juli 2013 lalu.
Keputusan AS itu, sekaligus merupakan bentuk kegalauan yang dialami Pemerintah Barack Obama. Sebab, AS sebelumnya tidak akan menghentikan bantuan untuk Mesir. Mereka menilai apa yang terjadi dengan Morsi bukan kudeta, karena diklaim atas kehendak rakyat Mesir. Namun, dengan kekerasan yang terus terjadi, AS mulai gamang, dan akhirnya menahan semua bantuan untuk Mesir.
”Kami akan terus menahan pengiriman bantuan militer dalam skala besar, dan bantuan uang tunai kepada Pemerintah Mesir, sampai ada kemajuan politik yang inklusif,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jennifer Psaki, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/10/2013).
”Sampai terbentuk pemerintahan sipil yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum yang bebas dan adil,” lanjut Psaki. Departemen Luar Negeri AS juga mengisyaratkan pembekuan bantuan untuk Mesir itu, akan berlaku permanen.
Dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB bulan lalu, Presiden AS, Barack Obama mengkritik pemerintah sementara Mesir yang didukung militer. ”Keputusan yang tidak konsisten dengan demokrasi yang inklusif,” kata Obama.
Sejak militer Mesir pimpinan Jenderal Abdel Fatah el-Sisi menggulingkan Morsi pada 3 Juli 2013, Pemerintah Mesir telah berulang kali bentrok dengan massa Ikhwanul Muslimin pendukung Morsi. Yang teranyar, beberapa hari lalu 51 orang tewas yang sebagian besar dari massa pro-Morsi, setelah terjadi bentrokan dalam peringatan agresi militer Israel ke Mesir tahun 1979.
Sedangkan nasib Morsi sampai saat ini masih berada di tahanan yang dirahasiakan. Dia akan diadili pada tanggal 4 November 2013 atas tuduhan menghasut pembunuhan dan kekerasan.
Dakwaan ini terkait dengan kematian tujuh orang dalam bentrokan antara demonstran oposisi dan massa Ikhwanul Muslimin di luar istana presiden di Kairo tahun lalu.
Keputusan AS itu, sekaligus merupakan bentuk kegalauan yang dialami Pemerintah Barack Obama. Sebab, AS sebelumnya tidak akan menghentikan bantuan untuk Mesir. Mereka menilai apa yang terjadi dengan Morsi bukan kudeta, karena diklaim atas kehendak rakyat Mesir. Namun, dengan kekerasan yang terus terjadi, AS mulai gamang, dan akhirnya menahan semua bantuan untuk Mesir.
”Kami akan terus menahan pengiriman bantuan militer dalam skala besar, dan bantuan uang tunai kepada Pemerintah Mesir, sampai ada kemajuan politik yang inklusif,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jennifer Psaki, seperti dikutip Reuters, Kamis (10/10/2013).
”Sampai terbentuk pemerintahan sipil yang terpilih secara demokratis melalui pemilihan umum yang bebas dan adil,” lanjut Psaki. Departemen Luar Negeri AS juga mengisyaratkan pembekuan bantuan untuk Mesir itu, akan berlaku permanen.
Dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB bulan lalu, Presiden AS, Barack Obama mengkritik pemerintah sementara Mesir yang didukung militer. ”Keputusan yang tidak konsisten dengan demokrasi yang inklusif,” kata Obama.
Sejak militer Mesir pimpinan Jenderal Abdel Fatah el-Sisi menggulingkan Morsi pada 3 Juli 2013, Pemerintah Mesir telah berulang kali bentrok dengan massa Ikhwanul Muslimin pendukung Morsi. Yang teranyar, beberapa hari lalu 51 orang tewas yang sebagian besar dari massa pro-Morsi, setelah terjadi bentrokan dalam peringatan agresi militer Israel ke Mesir tahun 1979.
Sedangkan nasib Morsi sampai saat ini masih berada di tahanan yang dirahasiakan. Dia akan diadili pada tanggal 4 November 2013 atas tuduhan menghasut pembunuhan dan kekerasan.
Dakwaan ini terkait dengan kematian tujuh orang dalam bentrokan antara demonstran oposisi dan massa Ikhwanul Muslimin di luar istana presiden di Kairo tahun lalu.
(mas)