Pasukan Suriah biarkan rakyat kelaparan agar tak berontak
A
A
A
Sindonews.com - Ribuan orang terjebak dalam perang di pinggiran kota di Suriah antara pasukan loyalis Presiden Bashar al-Assad dengan pemberontak. Parahnya, pemerintah menghentikan bantuan untuk rakyat Suriah yang terjebak di zona perang, sejak muncul serangan senjata kimia.
Journal Wall Street pada Kamis (3/10/2013), melaporkan pasukan Suriah sengaja menghentikan bantuan kepada rakyatnya yang terjebak di zona perang. Mereka karena khawatir setelah rakyat yang terjebak itu dibantu, nantinya akan berbalik menjadi pemberontak yang menyerang pemerintah.
”Kami tidak akan membiarkan mereka dipelihara untuk membunuh kami,” kata seorang tentara Suriah. ”Biarkan mereka kelaparan untuk sementara , menyerah dan kemudian diadili.”
Menurut badan bantuan Bulan Sabit Merah Suriah, masyarakat internasional justru lebih peduli dengan masalah senjata kimia Suriah yang ramai dibicarakan, ketimbang membantu rakyat Suriah yang terancam mati kelaparan. Badan itu berupaya menyalurkan bantuan di wilayah Moadhamiya, di mana banyak rakyat Suriah terancam mati kelaparan.
Bulan Sabit Merah Suriah, yang bekerja dengan PBB , telah mencoba untuk memasuki Moadhamiya tujuh kali pada tahun ini. Upaya terakhir mereka lakukan pada bulan Juni 2013, tapi setiap hendak masuk mereka diperiksa ketat oleh pasukan Suriah.
Meski banyak rakyat Suriah menderita karena kelaparan, perang terus berkecamuk, terutama di wilayah Aleppo. Seorang aktivis oposisi, mengatakan kepada Journal Wall Street via Skype, bahwa situasi di wilayah yang dikuasai pemberontak sangat mengerikan. Orang-orang di sana bertahan hidup dengan mengonsumi buah zaitun, daun anggur dan buah ara.
Khaled Erksoussi, kepala unit tanggap bencana Bulan Sabit Merah Suriah, menyesalkan masyarakat Internasional hanya peduli soal senjata kimia daripada rakyat Suriah yang kelaparan.
”Masyarakat internasional perlu tamparan di wajah mereka agar sadar,” katanya. ”Jika mereka mengaku akan bekerja untuk kesejahteraan rakyat Suriah, maka bantulah agar kita masuk (ke Suriah).”
Journal Wall Street pada Kamis (3/10/2013), melaporkan pasukan Suriah sengaja menghentikan bantuan kepada rakyatnya yang terjebak di zona perang. Mereka karena khawatir setelah rakyat yang terjebak itu dibantu, nantinya akan berbalik menjadi pemberontak yang menyerang pemerintah.
”Kami tidak akan membiarkan mereka dipelihara untuk membunuh kami,” kata seorang tentara Suriah. ”Biarkan mereka kelaparan untuk sementara , menyerah dan kemudian diadili.”
Menurut badan bantuan Bulan Sabit Merah Suriah, masyarakat internasional justru lebih peduli dengan masalah senjata kimia Suriah yang ramai dibicarakan, ketimbang membantu rakyat Suriah yang terancam mati kelaparan. Badan itu berupaya menyalurkan bantuan di wilayah Moadhamiya, di mana banyak rakyat Suriah terancam mati kelaparan.
Bulan Sabit Merah Suriah, yang bekerja dengan PBB , telah mencoba untuk memasuki Moadhamiya tujuh kali pada tahun ini. Upaya terakhir mereka lakukan pada bulan Juni 2013, tapi setiap hendak masuk mereka diperiksa ketat oleh pasukan Suriah.
Meski banyak rakyat Suriah menderita karena kelaparan, perang terus berkecamuk, terutama di wilayah Aleppo. Seorang aktivis oposisi, mengatakan kepada Journal Wall Street via Skype, bahwa situasi di wilayah yang dikuasai pemberontak sangat mengerikan. Orang-orang di sana bertahan hidup dengan mengonsumi buah zaitun, daun anggur dan buah ara.
Khaled Erksoussi, kepala unit tanggap bencana Bulan Sabit Merah Suriah, menyesalkan masyarakat Internasional hanya peduli soal senjata kimia daripada rakyat Suriah yang kelaparan.
”Masyarakat internasional perlu tamparan di wajah mereka agar sadar,” katanya. ”Jika mereka mengaku akan bekerja untuk kesejahteraan rakyat Suriah, maka bantulah agar kita masuk (ke Suriah).”
(mas)