Kepala pemberontak Suriah: Ekstremis mencuri revolusi
A
A
A
Sindonews.com - Kepala oposisi Koalisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba, mengecam kelompok ekstremis yang ia sebut mencoba untuk “mencuri revolusi” yang digulirkan oposisi. Dia menyalahkan rezim Presiden Bashar al-Assad atas munculnya ekstremis di Suriah.
Pernyataan itu dia sampaikan dalam sebuah pidato di New York. ”Orang-orang Suriah mendukung perdamaian dan moderasi , toleransi dan koeksistensi,” kata Jarba.
”Fenomena ekstremisme muncul dengan dukungan dan perencanaan rezim, yang telah berjudi pada transformasi revolusi kemerdekaan menjadi perang saudara dan sektarian,” imbuh Jarba, seperti dikutip al-Arabiya, Jumat (27/9/2013).
Dia menuding rezim Suriah telah menciptakan dan mempersenjatai berbagai organisasi teroris dan meninggalkan mereka. ”Kelompok-kelompok lain telah menguasai perbatasan untuk mencuri revolusi kita,” ucapnya.
Sebuah kelompok ekstremis dari asing yang jumlahnya tidak diketahui, telah masuk ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis seperti al-Qaeda, al-Nusra, dan kelompok Negara Islam Irak Levant (ISIL ).
Jarba menduga, mereka datang dari Eropa, Timur Tengah dan Chechnya . Oposisi anti-Assad, kata Jarba, semula menyambut kelompok jihad dan pejuang asing yang bergabung dengan mereka, yang telah berpengalaman dalam pertempuran.
Tapi dalam beberapa bulan terakhir, hubungan telah tegang. Terutama antara ISIL dan kelompok pemberontak non-ekstremis. ”Ekstremisme telah meningkat karena ketidakpedulian masyarakat internasional , yang telah gagal dalam tugasnya untuk rakyat Suriah,” kata Jarba.
Pihak oposisi telah berulang kali menyerukan kepada dunia internasional untuk menyediakan senjata bagi kelompok oposisi anti-Assad. Tapi, Barat enggan melakukannya, karena takut senjata akan jatuh ke tangan kelompok-kelompok ekstremis itu.
Dia menegaskan, satu-satunya solusi untuk mengakhir konflik, adalah dengan lengsernya Assad. ”Tidak ada cakrawala untuk Suriah sebelum jatuhnya rezim,” imbuh dia. ”Ketika ia pergi, Suriah akan mendapatkan kembali kebebasan mereka dan perdamaian sipil yang harmonis akan dikembalikan.”
Pernyataan itu dia sampaikan dalam sebuah pidato di New York. ”Orang-orang Suriah mendukung perdamaian dan moderasi , toleransi dan koeksistensi,” kata Jarba.
”Fenomena ekstremisme muncul dengan dukungan dan perencanaan rezim, yang telah berjudi pada transformasi revolusi kemerdekaan menjadi perang saudara dan sektarian,” imbuh Jarba, seperti dikutip al-Arabiya, Jumat (27/9/2013).
Dia menuding rezim Suriah telah menciptakan dan mempersenjatai berbagai organisasi teroris dan meninggalkan mereka. ”Kelompok-kelompok lain telah menguasai perbatasan untuk mencuri revolusi kita,” ucapnya.
Sebuah kelompok ekstremis dari asing yang jumlahnya tidak diketahui, telah masuk ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ekstremis seperti al-Qaeda, al-Nusra, dan kelompok Negara Islam Irak Levant (ISIL ).
Jarba menduga, mereka datang dari Eropa, Timur Tengah dan Chechnya . Oposisi anti-Assad, kata Jarba, semula menyambut kelompok jihad dan pejuang asing yang bergabung dengan mereka, yang telah berpengalaman dalam pertempuran.
Tapi dalam beberapa bulan terakhir, hubungan telah tegang. Terutama antara ISIL dan kelompok pemberontak non-ekstremis. ”Ekstremisme telah meningkat karena ketidakpedulian masyarakat internasional , yang telah gagal dalam tugasnya untuk rakyat Suriah,” kata Jarba.
Pihak oposisi telah berulang kali menyerukan kepada dunia internasional untuk menyediakan senjata bagi kelompok oposisi anti-Assad. Tapi, Barat enggan melakukannya, karena takut senjata akan jatuh ke tangan kelompok-kelompok ekstremis itu.
Dia menegaskan, satu-satunya solusi untuk mengakhir konflik, adalah dengan lengsernya Assad. ”Tidak ada cakrawala untuk Suriah sebelum jatuhnya rezim,” imbuh dia. ”Ketika ia pergi, Suriah akan mendapatkan kembali kebebasan mereka dan perdamaian sipil yang harmonis akan dikembalikan.”
(esn)