Pembuat film 'Innocence of Muslims' bakal bebas
A
A
A
Sindonews.com – Tokoh di balik pembuatan film ‘Innocence of Muslims’, yang memicu gelombang kekerasan di Timur Tengah, dijadwalkan akan dibebaskan dari tahanan federal Amerika Serikat, pada Kamis (26/9/2013).
Basseley Nakoula, 56, yang akan bebas, saat ini masih di tahanan Southern California. Demikian disampaian juru bicara tahanan federal, Ed Ross, kepada Associated Press.
Nakoula dijatuhi hukuman satu tahun penjara pada bulan November tahun lalu, di penjara federal. Namun, penahanan itu tidak terkait pembuatan film yang diprotes oleh para Muslim nyaris di seluruh dunia. Dia dipenjara atas identitas palsu dan kasus penipuan bank.
Dalam sebuah wawancara awal tahun ini, Nakoula mengatakan kepada Fox News, bahwa ia bangga dengan film itu. Menurutnya, tujuannya pembuatan film itu tidak untuk menghina Islam, melainkan untuk memerangi terorisme.
”Saya memiliki banyak teman Muslim dan tidak semua Muslim percaya dengan budaya terorisme. Beberapa dari mereka percaya dengan budaya ini. Itulah mengapa kita perlu berjuang (melawan) budaya, bukan melawan Muslim. Musuhku adalah budaya terorisme,” ujarnya dalam wawancara telepon kala itu, kepada Fox News.
Film ini mengejek Nabi Muhammad, sehingga memicu kerusuhan luar biasa di Timur Tengah. Protes besar muncul di kedutaan besar AS di berbagai negara, di antaranya Mesir dan Yaman. Banyak orang tewas dalam aksi protes bersar tersebut.
Basseley Nakoula, 56, yang akan bebas, saat ini masih di tahanan Southern California. Demikian disampaian juru bicara tahanan federal, Ed Ross, kepada Associated Press.
Nakoula dijatuhi hukuman satu tahun penjara pada bulan November tahun lalu, di penjara federal. Namun, penahanan itu tidak terkait pembuatan film yang diprotes oleh para Muslim nyaris di seluruh dunia. Dia dipenjara atas identitas palsu dan kasus penipuan bank.
Dalam sebuah wawancara awal tahun ini, Nakoula mengatakan kepada Fox News, bahwa ia bangga dengan film itu. Menurutnya, tujuannya pembuatan film itu tidak untuk menghina Islam, melainkan untuk memerangi terorisme.
”Saya memiliki banyak teman Muslim dan tidak semua Muslim percaya dengan budaya terorisme. Beberapa dari mereka percaya dengan budaya ini. Itulah mengapa kita perlu berjuang (melawan) budaya, bukan melawan Muslim. Musuhku adalah budaya terorisme,” ujarnya dalam wawancara telepon kala itu, kepada Fox News.
Film ini mengejek Nabi Muhammad, sehingga memicu kerusuhan luar biasa di Timur Tengah. Protes besar muncul di kedutaan besar AS di berbagai negara, di antaranya Mesir dan Yaman. Banyak orang tewas dalam aksi protes bersar tersebut.
(esn)