Inspektur PBB akui sulit temukan senjata kimia Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Inspektur Senjata PBB, Ake Sellstrom, mengkui, sulit untuk menemukan senjata kimia Suriah. Kendati demikian, dia yakin hal itu bisa dilakukan, termasuk menghancurkan senjata yang memicu ketegangan dunia tersebut.
Menurut Sellstrom, berhasil tidaknya menemukan senjata kimia Suriah, tergantung pada Pemerintah Suriah dan oposisi untuk bekerja sama. ”Tentu saja, itu (cari senjata kimia) akan menjadi pekerjaan yang membuat stres,” kata Sellstrom, seperti dikutip BBC, Rabu (18/9/2013).
Sellstrom juga mengatakan, laporan timnya mungkin telah berkontribusi terhadap Suriah untuk mendukung Pemerintah Assad agar menyerahkan senjata kimianya.
Di saat Sellstrom percaya diri dengan laporan timnya, akan menjadi jalan mengakhiri krisis di Suriah, Rusia telah meyakini laporan tim itu sudah dipolitisasi untuk menyudutkan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Terlebih, Rusia mengklaim sudah mengantongi bukti terbaru, jika pengguna senjata kimia di Suriah, sebenarnya pihak pemberontak. Bukti itu diberikan Pemerintah Suriah kepada Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, saat berkunjung ke Damaskus, Rabu (18/9/2013). ”Sebuah laporan yang dibuat oleh inspektur PBB mengenai dugaan penggunaan senjata kimia telah dipolitisasi, bias dan sepihak,” kata Rybakov.
Menurutnya, para inspektur hanya hanya melihat bukti adanya dugaan serangan pada tanggal 21 Agustus 2013, bukan dari tiga insiden sebelumnya. Tim PBB menemukan, bahwa gas sarin digunakan dalam serangan 21 Agustus 2013 di Ghouta dekat Damaskus. Namun, tim PBB tidak menyebut atau menyalahkan salah satu pihak yang berkonflik di Suriah.
Kendati demikian, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis kompak mengutip laporan PBB itu, bahwa pihak Assad yang bersalah atas serangan senjata kimia.
Menurut Sellstrom, berhasil tidaknya menemukan senjata kimia Suriah, tergantung pada Pemerintah Suriah dan oposisi untuk bekerja sama. ”Tentu saja, itu (cari senjata kimia) akan menjadi pekerjaan yang membuat stres,” kata Sellstrom, seperti dikutip BBC, Rabu (18/9/2013).
Sellstrom juga mengatakan, laporan timnya mungkin telah berkontribusi terhadap Suriah untuk mendukung Pemerintah Assad agar menyerahkan senjata kimianya.
Di saat Sellstrom percaya diri dengan laporan timnya, akan menjadi jalan mengakhiri krisis di Suriah, Rusia telah meyakini laporan tim itu sudah dipolitisasi untuk menyudutkan rezim Presiden Bashar al-Assad.
Terlebih, Rusia mengklaim sudah mengantongi bukti terbaru, jika pengguna senjata kimia di Suriah, sebenarnya pihak pemberontak. Bukti itu diberikan Pemerintah Suriah kepada Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, saat berkunjung ke Damaskus, Rabu (18/9/2013). ”Sebuah laporan yang dibuat oleh inspektur PBB mengenai dugaan penggunaan senjata kimia telah dipolitisasi, bias dan sepihak,” kata Rybakov.
Menurutnya, para inspektur hanya hanya melihat bukti adanya dugaan serangan pada tanggal 21 Agustus 2013, bukan dari tiga insiden sebelumnya. Tim PBB menemukan, bahwa gas sarin digunakan dalam serangan 21 Agustus 2013 di Ghouta dekat Damaskus. Namun, tim PBB tidak menyebut atau menyalahkan salah satu pihak yang berkonflik di Suriah.
Kendati demikian, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis kompak mengutip laporan PBB itu, bahwa pihak Assad yang bersalah atas serangan senjata kimia.
(esn)