Pesimis diplomasi, AS isyaratkan gempur Suriah
A
A
A
Sindonews.com – Pihak Amerika Serikat (AS) pesimistis dengan upaya diplomasi yang digagas Rusia di Jenewa, sebagai solusi untuk mengatasi krisis Suriah. AS bahkan kembali mengisyaratkan akan menyerang Suriah.
Seorang pejabat AS, mengatakan, AS akan menjatuhkan resolusi PBB terhadap Suriah, yakni resolusi yang didukung kekuatan militer.
”Kami tidak akan melanjutkan (diplomasi), jika kita tidak berpikir ada ruang untuk kemajuan,” kata seorang pejabat AS yang saat ini berada di Jenewa, seperti dikutip BBC, Sabtu (14/9/2013). ”Tapi (diplomasi) itu sulit,” lanjut pejabat yang diwawancarai dengan syarat anonim.
Isyarat menyerang Suriah itu muncul, pada hari ketiga diplomasi untuk krisis Suriah di Jenewa yang dihadiri Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
AS mulai pesimis dengan pembicaraan tersebut, telebih setelah muncul perbedaan data stok senjata kimia Suriah antara versi AS dan versi Rusia. Perbedaan data stok senjata kimia Suriah kedua kubu itu mencapai 40 persen. AS telah meminta data intelijennya untuk mempersempit perbadaan data tersebut.
AS telah mengancam melakukan aksi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad yang dituduh bertanggungjawab atas serangan pada 21 Agustus 2013, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang. Namun, Presiden Barack Obama membatalkan pemungutan suara Kongres untuk mendukung perang terhadap Suriah.
Sementara itu, para pejabat Gedung Putih, saat ini telah memberikan penjelasan kepada wartawan, bahwa AS bersedia untuk menjatuhkan serangan terhadap Suriah. Menurut pejabat Gedung Putih, AS hanya bersedia berbicara jika ada konsekuensi untuk Suriah, apabila negara itu tidak mematuhi apa yang disepakati.
Bahkan para pejabat Gedung Putih tersebut menegaskan, Amerika akan berhak untuk mengambil tindakan militer terhadap Suriah, meski tanpa dukungan PBB sekalipun. Obama sebelumnya, mengatakan, bahwa setiap perjanjian harus diverifikasi dan dapat dilaksanakan.
Sedangkan Lavrov, mengatakan, pembicaraan soal penyerahan senjata kimia Suriah masih berlangsung. ”Perlu untuk merancang jalan yang akan memastikan bahwa masalah (senjata kimia) diselesaikan dengan cepat, profesional, dan praktis,” ujarnya.
Seorang pejabat AS, mengatakan, AS akan menjatuhkan resolusi PBB terhadap Suriah, yakni resolusi yang didukung kekuatan militer.
”Kami tidak akan melanjutkan (diplomasi), jika kita tidak berpikir ada ruang untuk kemajuan,” kata seorang pejabat AS yang saat ini berada di Jenewa, seperti dikutip BBC, Sabtu (14/9/2013). ”Tapi (diplomasi) itu sulit,” lanjut pejabat yang diwawancarai dengan syarat anonim.
Isyarat menyerang Suriah itu muncul, pada hari ketiga diplomasi untuk krisis Suriah di Jenewa yang dihadiri Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
AS mulai pesimis dengan pembicaraan tersebut, telebih setelah muncul perbedaan data stok senjata kimia Suriah antara versi AS dan versi Rusia. Perbedaan data stok senjata kimia Suriah kedua kubu itu mencapai 40 persen. AS telah meminta data intelijennya untuk mempersempit perbadaan data tersebut.
AS telah mengancam melakukan aksi militer terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad yang dituduh bertanggungjawab atas serangan pada 21 Agustus 2013, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang. Namun, Presiden Barack Obama membatalkan pemungutan suara Kongres untuk mendukung perang terhadap Suriah.
Sementara itu, para pejabat Gedung Putih, saat ini telah memberikan penjelasan kepada wartawan, bahwa AS bersedia untuk menjatuhkan serangan terhadap Suriah. Menurut pejabat Gedung Putih, AS hanya bersedia berbicara jika ada konsekuensi untuk Suriah, apabila negara itu tidak mematuhi apa yang disepakati.
Bahkan para pejabat Gedung Putih tersebut menegaskan, Amerika akan berhak untuk mengambil tindakan militer terhadap Suriah, meski tanpa dukungan PBB sekalipun. Obama sebelumnya, mengatakan, bahwa setiap perjanjian harus diverifikasi dan dapat dilaksanakan.
Sedangkan Lavrov, mengatakan, pembicaraan soal penyerahan senjata kimia Suriah masih berlangsung. ”Perlu untuk merancang jalan yang akan memastikan bahwa masalah (senjata kimia) diselesaikan dengan cepat, profesional, dan praktis,” ujarnya.
(esn)