Sekjen PBB serukan pemusnahan senjata kimia Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Sekjen PBB, Ban Ki-moon, menyerukan penghancuran senjata kimia Suriah di sebuah zona aman yang diawasi dunia internasional, Senin (10/9/2013).
"Saya dapat mengusulkan pengadaan sebuah zona kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, jika inspektur PBB yang menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah mengkonfirmasi kebenaran penggunaan senjata kimia yang sebenarnya dilarang," ungkap Ki-moon seperti dilaporkan al-Alam.
Dalam kesempatan itu, Ki-moon mengatakan, bahwa dia juga akan melakukan upaya untuk mengatasi "kelumpuhan memalukan 15 negara anggota DK PBB atas konflik Suriah. "Saya mempertimbangkan untuk mendesak DK PBB agar segera mentransfer senjata kimia Suriah ke wilayah yang aman di luar Suriah, di mana senjata tersebut dapat disimpan dan dihancurkan," ungkap Ki-moon.
Ki-moon mengatakan, setelah dua tahun konflik Suriah bergulir, DK PBB telah menciptakan kelumpuhan yang memalukan. Sementara, serangan terbaru yang diduga menggunakan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada 21 Agustus lalu, telah menciptakan sebuah perpecahan di antara negara-negara besar.
"Ada kebutuhan untuk menyeret pelaku kejahatan ke pengadilan, sekaligus mencegah orang lain dari menggunakan metode menjijikkan dalam sebuah perang," terang Ki-moon.
"Saya dapat mengusulkan pengadaan sebuah zona kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, jika inspektur PBB yang menyelidiki penggunaan senjata kimia di Suriah mengkonfirmasi kebenaran penggunaan senjata kimia yang sebenarnya dilarang," ungkap Ki-moon seperti dilaporkan al-Alam.
Dalam kesempatan itu, Ki-moon mengatakan, bahwa dia juga akan melakukan upaya untuk mengatasi "kelumpuhan memalukan 15 negara anggota DK PBB atas konflik Suriah. "Saya mempertimbangkan untuk mendesak DK PBB agar segera mentransfer senjata kimia Suriah ke wilayah yang aman di luar Suriah, di mana senjata tersebut dapat disimpan dan dihancurkan," ungkap Ki-moon.
Ki-moon mengatakan, setelah dua tahun konflik Suriah bergulir, DK PBB telah menciptakan kelumpuhan yang memalukan. Sementara, serangan terbaru yang diduga menggunakan senjata kimia di pinggiran Ibu Kota Damaskus pada 21 Agustus lalu, telah menciptakan sebuah perpecahan di antara negara-negara besar.
"Ada kebutuhan untuk menyeret pelaku kejahatan ke pengadilan, sekaligus mencegah orang lain dari menggunakan metode menjijikkan dalam sebuah perang," terang Ki-moon.
(esn)