Assad: Timur Tengah tong bubuk yang bisa meledak
A
A
A
Sindonews.com – Presiden Suriah, Bashar al-Assad, memperingatkan kepada negara mana pun yang akan menyerang negaranya, bahwa ada potensi bencana besar. Yakni perang regional di Timur Tengah yang akan menjadi bencana dunia.
”Timur Tengah adalah tong bubuk, dan api mendekati hari ini,” katanya kepada surat kabar Perancis, Le Figaro dalam sebuah wawancara Senin, kemarin, seperti dikutip Reuters, Selasa (3/9/2013).
”Kita tidak harus berbicara hanya dari respon Suriah, melainkan apa yang bisa dihasilkan setelah serangan pertama. Karena tidak ada yang bisa tahu apa yang akan terjadi. Setiap orang akan kehilangan kendali atas situasi ketika tong bubuk meledak. Chaos dan ekstremisme akan menyebar. Risiko perang regional ada,” lanjut Assad.
Pemerintah Suriah telah berulang kali membantah berada di balik serangan 21 Agustus 2013. Mereka menuduh pejuang pemberontaklah yang menggunakan senjata kimia terhadap tentara pemerintah. Inspektur senjata PBB meninggalkan Suriah, pada Sabtu pekan lalu, dengan membawa bukti yang akan menentukan apakah gas beracun digunakan dalam serangan di dekat Damaskus atau tidak.
”Secepat mungkin untuk dilakukan (pembahasan) secara ilmiah,” kata Martin Nesirky , juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon .
Assad mengatakan, baik Obama maupun Presiden Perancis, Francois Hollande, yang pemerintahnya juga menyerukan tindakan terhadap Suriah, mengklaim telah mampu memberikan bukti kuat (terkait serangan senjata kimia). Namun, Assad mempertanyakan logika mereka, karena korban serangan juga dari tentara Suriah.
”Orang-orang Perancis bukan musuh kita, tetapi kebijakan negara mereka bermusuhan dengan rakyat Suriah,” kata Assad kepada Le Figaro. ”Permusuhan ini akan berakhir ketika negara Perancis mengubah kebijakannya. Akan ada dampak negatif terhadap kepentingan Perancis.”
”Timur Tengah adalah tong bubuk, dan api mendekati hari ini,” katanya kepada surat kabar Perancis, Le Figaro dalam sebuah wawancara Senin, kemarin, seperti dikutip Reuters, Selasa (3/9/2013).
”Kita tidak harus berbicara hanya dari respon Suriah, melainkan apa yang bisa dihasilkan setelah serangan pertama. Karena tidak ada yang bisa tahu apa yang akan terjadi. Setiap orang akan kehilangan kendali atas situasi ketika tong bubuk meledak. Chaos dan ekstremisme akan menyebar. Risiko perang regional ada,” lanjut Assad.
Pemerintah Suriah telah berulang kali membantah berada di balik serangan 21 Agustus 2013. Mereka menuduh pejuang pemberontaklah yang menggunakan senjata kimia terhadap tentara pemerintah. Inspektur senjata PBB meninggalkan Suriah, pada Sabtu pekan lalu, dengan membawa bukti yang akan menentukan apakah gas beracun digunakan dalam serangan di dekat Damaskus atau tidak.
”Secepat mungkin untuk dilakukan (pembahasan) secara ilmiah,” kata Martin Nesirky , juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon .
Assad mengatakan, baik Obama maupun Presiden Perancis, Francois Hollande, yang pemerintahnya juga menyerukan tindakan terhadap Suriah, mengklaim telah mampu memberikan bukti kuat (terkait serangan senjata kimia). Namun, Assad mempertanyakan logika mereka, karena korban serangan juga dari tentara Suriah.
”Orang-orang Perancis bukan musuh kita, tetapi kebijakan negara mereka bermusuhan dengan rakyat Suriah,” kata Assad kepada Le Figaro. ”Permusuhan ini akan berakhir ketika negara Perancis mengubah kebijakannya. Akan ada dampak negatif terhadap kepentingan Perancis.”
(esn)