Bolivia pertanyakan motif rencana serangan AS ke Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Bolivia Evo Morales mempertanyakan motif Amerika Serikat (AS) untuk melancarkan serangan militer terhadap Suriah. Dia menuding, bahwa alasan intervensi ke Suriah adalah minyak atau keinginan untuk mengendalikan wilayah Timur Tengah, Minggu (2/9/2013).
"Di balik retorika kemanusiaan ini pasti ada kepentingan kemanusiaan pemerintah AS, entah minyak atau mengendalikan kepentingan geopolitik mereka," ungkap Morales dalam peringatan hari pejalan kaki dan bersepeda di Bolivia.
Morales melanjutkan, langkah AS didorong oleh rasa lapar akan kebutuhan sumber daya alam, sama halnya saat mereka menginvasi Irak 10 tahun yang lalu. Kini, AS telah mengendalikan minyak di sana.
"Kami mengecam perang atau intervensi militer. Tindakan itu menunjukan, seolah-olah dunia ini milik mereka," terang ungkap Morales. Dia kemudian mengimbau sejumlah negara yang sepakat dengan intervensi militer untuk merefleksikan dampak dari kehancuran intervensi militer tersebut dan mempertanyakan legitimasi intervensi militer terhadap sebuah negara yang merdeka.
Morales kemudian menujukan, bahwa Barat sejak dulu memang berpola intervensionis, sejak masa kerajaan membagi dunia pada 1494, Eropa telah menjelajah dan merampok isi benua Amerika. Kemudian, di tahun 1886, sejumlah negara Barat kembali mencoba mengupayakan kekayaan dunia demi kepentingan mereka sendiri dengan menginvasi Afrika.
"Pada tahun 1916, Prancis, Inggris membagi penguasaan wilayah Timur Tengah untuk kepentingan mereka. Prancis mengambil Suriah dan beberapa negaranya sementara Inggris mengambil lainnya," terang Morales.
"Di balik retorika kemanusiaan ini pasti ada kepentingan kemanusiaan pemerintah AS, entah minyak atau mengendalikan kepentingan geopolitik mereka," ungkap Morales dalam peringatan hari pejalan kaki dan bersepeda di Bolivia.
Morales melanjutkan, langkah AS didorong oleh rasa lapar akan kebutuhan sumber daya alam, sama halnya saat mereka menginvasi Irak 10 tahun yang lalu. Kini, AS telah mengendalikan minyak di sana.
"Kami mengecam perang atau intervensi militer. Tindakan itu menunjukan, seolah-olah dunia ini milik mereka," terang ungkap Morales. Dia kemudian mengimbau sejumlah negara yang sepakat dengan intervensi militer untuk merefleksikan dampak dari kehancuran intervensi militer tersebut dan mempertanyakan legitimasi intervensi militer terhadap sebuah negara yang merdeka.
Morales kemudian menujukan, bahwa Barat sejak dulu memang berpola intervensionis, sejak masa kerajaan membagi dunia pada 1494, Eropa telah menjelajah dan merampok isi benua Amerika. Kemudian, di tahun 1886, sejumlah negara Barat kembali mencoba mengupayakan kekayaan dunia demi kepentingan mereka sendiri dengan menginvasi Afrika.
"Pada tahun 1916, Prancis, Inggris membagi penguasaan wilayah Timur Tengah untuk kepentingan mereka. Prancis mengambil Suriah dan beberapa negaranya sementara Inggris mengambil lainnya," terang Morales.
(esn)