Ribuan demonstran protes dana pensiun anggota Parlemen Irak
A
A
A
Sindonews.com – Ribuan demonstran di Baghdad dan Irak selatan turun ke jalan-jalan utama di wilayah itu untuk memprotes dana pensiun bagi anggota Parelemen Irak, Sabtu (31/8/2013). Seperti dilaporkan Channel News Asia, dana pensiun itu berjumlah ribuan dolar per bulannya.
Menurut para demonstran, dana pensiun bernilai ribuan dolar ini sangat kontras dengan perjuangan hidup sehari-hari warga Irak yang kekurangan pasokan listrik. Para pengunjuk rasa membawa bendera Irak dan mengangkat plakat dengan berbagai slogan yang mengkritik anggota Parlemen.
"Kami memilih Anda untuk melayani kita, bukan untuk mencuri dari kami," bunyi salah satu slogan. “Dana pensiun anggota parlemen adalah hukum tertulis oleh pencuri," bunyi slogan lainnya.
"Sejumlah besar uang pergi ke orang-orang ini," kata Aamer Qasim, seorang apoteker yang menghadiri demonstrasi di pusat kota Baghdad, bersama dengan beberapa rekannya. "Uang itu harus dibelanjakan untuk kesehatan, pendidikan, listrik, dan infrastruktur,” lanjutnya.
Abbas Kadhim, seorang guru yang ambil bagian dalam aksi protes di Basra, mengatakan, kebijakan uang pensiun bagi anggota Parlemen Irak sangat tidak masuk akal. "Ini tidak masuk akal, seseorang hanya bekerja selama empat tahun dan kemudian bisa mengambil 80 persen dari gajinya. Itu tidak terjadi di manapun di dunia ini," ujarnya.
"Jika terus seperti ini, setelah tiga periode parlemen, tidak akan ada anggaran tersisa bagi negara ini," lanjut Kadhim. Dalam beberapa pekan terakhir, kemarahan warga Irak memang kian menjadi soal uang pensiun anggota parlemen.
Anggota Parlemen Irak diberikan gaji pokok sekitar USD 10 ribu per bulan dan anggaran bulanan lebih dari USD 20 ribu untuk keamanan, sewa, dan stasioner. Anggota parlemen akan mendapatkan sekitar 80 persen dari gaji penuh mereka sebagai pensiun, setelah menjalani satu periode di parlemen, bersama dengan jatah untuk keamanan.
Menurut para demonstran, dana pensiun bernilai ribuan dolar ini sangat kontras dengan perjuangan hidup sehari-hari warga Irak yang kekurangan pasokan listrik. Para pengunjuk rasa membawa bendera Irak dan mengangkat plakat dengan berbagai slogan yang mengkritik anggota Parlemen.
"Kami memilih Anda untuk melayani kita, bukan untuk mencuri dari kami," bunyi salah satu slogan. “Dana pensiun anggota parlemen adalah hukum tertulis oleh pencuri," bunyi slogan lainnya.
"Sejumlah besar uang pergi ke orang-orang ini," kata Aamer Qasim, seorang apoteker yang menghadiri demonstrasi di pusat kota Baghdad, bersama dengan beberapa rekannya. "Uang itu harus dibelanjakan untuk kesehatan, pendidikan, listrik, dan infrastruktur,” lanjutnya.
Abbas Kadhim, seorang guru yang ambil bagian dalam aksi protes di Basra, mengatakan, kebijakan uang pensiun bagi anggota Parlemen Irak sangat tidak masuk akal. "Ini tidak masuk akal, seseorang hanya bekerja selama empat tahun dan kemudian bisa mengambil 80 persen dari gajinya. Itu tidak terjadi di manapun di dunia ini," ujarnya.
"Jika terus seperti ini, setelah tiga periode parlemen, tidak akan ada anggaran tersisa bagi negara ini," lanjut Kadhim. Dalam beberapa pekan terakhir, kemarahan warga Irak memang kian menjadi soal uang pensiun anggota parlemen.
Anggota Parlemen Irak diberikan gaji pokok sekitar USD 10 ribu per bulan dan anggaran bulanan lebih dari USD 20 ribu untuk keamanan, sewa, dan stasioner. Anggota parlemen akan mendapatkan sekitar 80 persen dari gaji penuh mereka sebagai pensiun, setelah menjalani satu periode di parlemen, bersama dengan jatah untuk keamanan.
(esn)