30 ribu pengungsi Suriah eksodus ke Irak
A
A
A
Sindonews.com – Sekitar 30 ribu pengungsi Suriah asal suku Kurdi melakukan eksodus ke Irak. Pemimpin Kurdi Irak, Massoud Barzani mengatakan, para pengungsi akan dilindungi, karena terikat kekerabatan.
PBB juga mengatakan hampir 30 ribu pengungsi telah menyeberangi perbatasan Suriah dalam beberapa hari terakhir. Migrasi besar-besaran itu, dianggap PBB sebagai salah satu masalah terbesar. Mereka melakukan eksodus setelah Suriah dilanda perang saudara yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang.
”Ini adalah gerakan besar,” kata Dan McNorton, Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) kemarin, seperti dikutip Reuters, Selasa (20/8/2013). Menurutnya, Badan PBB itu telah mengirimkan truk lengkap dengan fasilitas darurat untuk melindungi para pengungsi.
Menurut McNorton, sebuah kamp pengungsi diharapkan bisa dibuka akhir bulan ini. Menurutnya, para pengungsi lari melintasi sungai Tigris untuk menghindari serangan kelompok Front al-Nusra, sebuah kelompok pemberontak dari kaum Sunni Arab yang dikenal radikal dan terkait dengan kelompok al-Qaeda.
”Ada mayat tanpa kepala di kamar mayat saat ini. Mengapa? Apakah norma-norma internasional dan doktrin yang dapat membenarkan kematian itu? Mereka memotong kepala. Kepala seorang anak terputus,” kata Faris Sulaiman, seorang pengungsi yang melarikan diri dari Qamishli, di timur laut Suriah.
”al-Nusra telah mengizinkan pembunuhan tersebut,membantai rakyat Kurdi,” katanya lagi.
Sementara itu, Barzani, dalam sebuah surat yang diposting di situsnya pada 10 Agustus 2013, mengatakan, mengatakan ia telah mengirim utusan ke Suriah untuk melakukan investigasi terkait laporan pembunuhan warga Sipil.
”Jika laporan ini benar, yakni warga negara, termasuk perempuan dan anak-anak Kurdi berada di bawah ancaman pembunuhan dan terorisme, wilayah Kurdistan Irak akan membela mereka,” kata Barzani dalam suratnya.
PBB juga mengatakan hampir 30 ribu pengungsi telah menyeberangi perbatasan Suriah dalam beberapa hari terakhir. Migrasi besar-besaran itu, dianggap PBB sebagai salah satu masalah terbesar. Mereka melakukan eksodus setelah Suriah dilanda perang saudara yang menewaskan lebih dari 100 ribu orang.
”Ini adalah gerakan besar,” kata Dan McNorton, Juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) kemarin, seperti dikutip Reuters, Selasa (20/8/2013). Menurutnya, Badan PBB itu telah mengirimkan truk lengkap dengan fasilitas darurat untuk melindungi para pengungsi.
Menurut McNorton, sebuah kamp pengungsi diharapkan bisa dibuka akhir bulan ini. Menurutnya, para pengungsi lari melintasi sungai Tigris untuk menghindari serangan kelompok Front al-Nusra, sebuah kelompok pemberontak dari kaum Sunni Arab yang dikenal radikal dan terkait dengan kelompok al-Qaeda.
”Ada mayat tanpa kepala di kamar mayat saat ini. Mengapa? Apakah norma-norma internasional dan doktrin yang dapat membenarkan kematian itu? Mereka memotong kepala. Kepala seorang anak terputus,” kata Faris Sulaiman, seorang pengungsi yang melarikan diri dari Qamishli, di timur laut Suriah.
”al-Nusra telah mengizinkan pembunuhan tersebut,membantai rakyat Kurdi,” katanya lagi.
Sementara itu, Barzani, dalam sebuah surat yang diposting di situsnya pada 10 Agustus 2013, mengatakan, mengatakan ia telah mengirim utusan ke Suriah untuk melakukan investigasi terkait laporan pembunuhan warga Sipil.
”Jika laporan ini benar, yakni warga negara, termasuk perempuan dan anak-anak Kurdi berada di bawah ancaman pembunuhan dan terorisme, wilayah Kurdistan Irak akan membela mereka,” kata Barzani dalam suratnya.
(esn)