Analis: Gibraltar tetap strategis untuk Inggris

Minggu, 18 Agustus 2013 - 16:47 WIB
Analis: Gibraltar tetap strategis untuk Inggris
Analis: Gibraltar tetap strategis untuk Inggris
A A A
Sindonews.com - Meski letaknya tidak stabil dan menjadi rute pelayaran ke Timur Tengah, namun Gibraltar memiliki fasilitas militer dan intelijen yang masih membuatnya menjadi aset strategis bagi Inggris. Demikian diungkapkan, Alejandro del Valle, seorang profesor hukum internasional di Universitas Cadiz, Spanyol.

"Inggris bertekadd mempertahankan wilayah itu untuk komunikasi, intelijen, dan memonitor lalu lintas di Selat Gibraltar yang memisahkan Eropa dan Afrika," ungkap Valle. "Anda tidak boleh lupa, bahwa sebagian besar wilayah itu menjadi pangkalan udara militer, pangkalan Angkatan Laut yang sangat penting untuk persinggahan dan perbaikan kapal selam nuklir, serta merupakan basis intelijen," ungkap Valle, seperti dilansir AFP, Minggu (18/8/2013).

Seperti diketahui, Pemerintah Spanyol belakangan sedang mempertimbangkan untuk mengadukan sengketa masalah kedaulatan atas Gibraltar dengan Inggris kepada sejumlah badan dunia, termasuk PBB. Niat itu muncul setelah pembangunan terumbu benton di Gibraltar pada Juli lalu.

Seperti diketahui, Gibraltar dikuasai Inggris sejak Spanyol menyerahkan wilayah itu pada 1713. Namun, sejak 1960-an, Pemerintah Spanyol kembali memperjuangkan kepemilikan atas wilayah itu.

Sementara itu, Romero, seorang pakar keamanan Spanyol dan mantan editor Europa Sur, koran di Algeciras, dekat Gibraltar, mengatakan, wilayah itu telah menjadi sebuah pelabuhan permanen bagi kapal frigat dan kapal selam nuklir dari Inggris yang sedang melakukan perjalanan atau sekedar berpatroli di wilayah Mediterania.

"Saya pernah mendengar seorang komandan Inggris di Gibraltar beberapa tahun lalu pernah berkata, jika Gibraltar tidak pernah ada, maka Inggris harus memciptakan wilayah itu. Sebab, dari sinilah ancaman dapat terlihat dari radius 1.000 mil," ungkap Romero.

Valle mengatakan, Gibraltar, wilayah yang hanya berukuran 6,8 km dan dihuni 30 jiwa itu menjadi satu-satunya pintu masuk ke Mediterania dari Samudra Atlantik dan diatur oleh pemerintahan Inggris. "Inggris tidak ingin berbagai wilayah yang menjadi bagian dari kedaulatanya, sekaligus pangkalan mereka dengan siapapun. Wilayah ini tetap strategis bagi Inggris setelah perundingan Inggris-Spanyol di awal tahun 2000-an gagal," ungkap Valle.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7671 seconds (0.1#10.140)