Ratusan ribu anak CAR dipaksa bergabung dengan pemberontak
A
A
A
Sindonews.com - Save the Children, organisasi hak anak terkemuka di dunia memperingatkan, lebih dari 100 ribu anak di Republik Afrika Tengah (CAR) menghadapi pelecehan seksual dan direkrut menjadi anggota kelompok bersenjata, Rabu (14/8/2013).
Menurut Save the Children, ratusan ribu anak itu dipaksa meninggalkan rumah dan bergabung dengan kelompok bersenjata untuk mengulingkan kekuasaan pemerintah yang sah pada Maret lalu. Disamping itu, banyak di antara mereka yang mengalami kekuragan gizi da malaria.
Banyaknya kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, khususnya terhadap anak-anak, dapat disimpulkan bahwa CAR telah mengalami krisis kemanusiaan terparah.
Mark Kaye, juru bicara Save the Children untuk bagian amal, mengatakan, pemberontakan yang dilakukan pada Maret lalu telah membuat sistem kesehatan hampir sepenuhnya hancur.
Pemberontakan telah membuat banyak keluarga yang kehabisan makanan, terpaksa bersembunyi di semak-semak dan takut kembali ke rumah.
Anak-anak juga mengalami kekerasan tidak langsung saat menyaksikan pemberontak melakukan penjarahan, merampok dan menganiaya orang tua mereka. "Yang kita saksikan di lapangan adalah kehacuran total dari sebuah sistem kesehatan. Di sana saya bahkan melihat desa yang sepi dari penghuni," ungkap Kaye.
Para pemberontak tidak hanya menjarah harta benda dan persediaan makanan penduduk. "Pemberontak juga menjarah semua persediaan obat dan peralatan kesehatan di sejumlah apotek," imbuhnya.
Kaye mengatakan, Save the Children sangat membutuhkan bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan lebih lanjut. "Yang terjadi di sana bukan hanya krisis dari kudeta yang terlupakan. Negara ini terabaikan, bahkan sebelum kudeta terjadi. 10 anak di CAR tewas sebelum menginjak usia 15, sementara 100 orang meninggal sebelum berusia 5 tahun," ujarnya.
Sementara itu, Daniel Bekele, Direktur Human Rights Watch di Afrika mengatakan, pemberontakan yang diluncurkan oleh pemberontak Seleka telah membunuh 40 ribu warga sipil dan menghancurkan 34 desa.
Menurut Save the Children, ratusan ribu anak itu dipaksa meninggalkan rumah dan bergabung dengan kelompok bersenjata untuk mengulingkan kekuasaan pemerintah yang sah pada Maret lalu. Disamping itu, banyak di antara mereka yang mengalami kekuragan gizi da malaria.
Banyaknya kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, khususnya terhadap anak-anak, dapat disimpulkan bahwa CAR telah mengalami krisis kemanusiaan terparah.
Mark Kaye, juru bicara Save the Children untuk bagian amal, mengatakan, pemberontakan yang dilakukan pada Maret lalu telah membuat sistem kesehatan hampir sepenuhnya hancur.
Pemberontakan telah membuat banyak keluarga yang kehabisan makanan, terpaksa bersembunyi di semak-semak dan takut kembali ke rumah.
Anak-anak juga mengalami kekerasan tidak langsung saat menyaksikan pemberontak melakukan penjarahan, merampok dan menganiaya orang tua mereka. "Yang kita saksikan di lapangan adalah kehacuran total dari sebuah sistem kesehatan. Di sana saya bahkan melihat desa yang sepi dari penghuni," ungkap Kaye.
Para pemberontak tidak hanya menjarah harta benda dan persediaan makanan penduduk. "Pemberontak juga menjarah semua persediaan obat dan peralatan kesehatan di sejumlah apotek," imbuhnya.
Kaye mengatakan, Save the Children sangat membutuhkan bantuan untuk menghindari bencana kemanusiaan lebih lanjut. "Yang terjadi di sana bukan hanya krisis dari kudeta yang terlupakan. Negara ini terabaikan, bahkan sebelum kudeta terjadi. 10 anak di CAR tewas sebelum menginjak usia 15, sementara 100 orang meninggal sebelum berusia 5 tahun," ujarnya.
Sementara itu, Daniel Bekele, Direktur Human Rights Watch di Afrika mengatakan, pemberontakan yang diluncurkan oleh pemberontak Seleka telah membunuh 40 ribu warga sipil dan menghancurkan 34 desa.
(esn)