Polisi Jepang buru penulis Haiku terkait pembunuhan berantai
A
A
A
Sindonews.com - Penulis puisi Haiku tengah diburu polisi Jepang, setelah muncul temuan lima mayat yang diduga sebagai korban pembunuhan berantai. Polisi mencurigai penulis puisi Haiku itu, terkait dugaan pembunuhan berantai.
Lima mayat yang diduga korban pembunuhan ditemukan di sebuah desa kecil di Yamaguchi barat, Jepang. Kelima korban merupakan bagian dari penduduk setempat. Polisi menemukan tiga mayat di antaranya, setelah dua rumah warga dibakar, pada Minggu (21/7/2013).
Dua mayat lainnya ditemukan lagi pada Senin (22/7/2013). Ada laporan, kedua korban sebelumnya telah dipukuli sampai meninggal. Kelima korban pembunuhan berusia antara 70 hingga 80-an tahun.
Polisi mencurigai seorang warga berusia 63 tahun. Di rumah warga yang belum diungkap identitasnya oleh polisi itu, ditemukan lembaran puisi Haiku yang ditempel di jendela.
Haiku adalah puisi tradisional Jepang yang terdiri dari tiga baris dengan 17 suku kata. Puisi itu lazim untuk menggambarkan fenomena alam, dan sering berbentuk metafora yang menggambarkan emosi manusia.
”Menetapkan terbakar - asap memberikan kegembiraan - untuk sesama negara,” bunyi puisi Haiku yang ditemukan polisi, seperti dikutip Straits Times, Selasa (23/7/2013). Penulis puisi yang namanya belum dipublikasikan, memiliki reputasi di desa setempat sebagai pembuat masalah.
Lima mayat yang diduga korban pembunuhan ditemukan di sebuah desa kecil di Yamaguchi barat, Jepang. Kelima korban merupakan bagian dari penduduk setempat. Polisi menemukan tiga mayat di antaranya, setelah dua rumah warga dibakar, pada Minggu (21/7/2013).
Dua mayat lainnya ditemukan lagi pada Senin (22/7/2013). Ada laporan, kedua korban sebelumnya telah dipukuli sampai meninggal. Kelima korban pembunuhan berusia antara 70 hingga 80-an tahun.
Polisi mencurigai seorang warga berusia 63 tahun. Di rumah warga yang belum diungkap identitasnya oleh polisi itu, ditemukan lembaran puisi Haiku yang ditempel di jendela.
Haiku adalah puisi tradisional Jepang yang terdiri dari tiga baris dengan 17 suku kata. Puisi itu lazim untuk menggambarkan fenomena alam, dan sering berbentuk metafora yang menggambarkan emosi manusia.
”Menetapkan terbakar - asap memberikan kegembiraan - untuk sesama negara,” bunyi puisi Haiku yang ditemukan polisi, seperti dikutip Straits Times, Selasa (23/7/2013). Penulis puisi yang namanya belum dipublikasikan, memiliki reputasi di desa setempat sebagai pembuat masalah.
(esn)