Kisah teror di sekolah Islam Myanmar
A
A
A
Sindonews.com - Para preman memerintahkan siswa bernama Kyaw (nama samaran) di sebuah sekolah Islam, di Myanmar, agar tidak muncul. Para preman itu, dengan lantang, bahwa mereka telah membunuh teman-temannya di sekolah tersebut.
Namun remaja yang masih ketakutan itu, melihat sekilas pemukulan tanpa ampun, sebagai gelombang pembunuhan anti-Muslim di sekolahnya itu, di Myanmar tengah.
”Mereka menggunakan rantai baja, tongkat dan pisau, ada ratusan orang. Mereka memukuli siapa saja yang mencoba untuk melihat mereka,” kata remaja berusia 16 tahun itu, kepada AFP, dikutip Fox News, Senin (8/7/2013).
Sekolah kecil di pinggiran Kota Meiktila tersebut diratakan, selama konflik sektarian pecah sejak Maret lalu, yang memicu aksi kekerasan antara entnis Budha dan Muslim di seluruh negeri. Data resmi menyebut, 44 orang tewas dalam konflik sektarian. Meskipun diyakini, jumlah korban tewas jauh lebih banyak. Ribuan orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal.
Kyaw, yang namanya disamarkan untuk melindungi identitasnya, lolos dari teror maut di Myanmar. ”Lima siswa dari kelas saya tewas,” katanya, dengen ekspresi ketakutan. Para siswa yang selamat, bersembunyi di balik semak-semak, setelah sekolah mereka dibakar.
Keesokan paginya, petugas keamanan mengevakuasi warga Muslim setempat. Kyaw dan teman-temannya berbaris di antara kerumunan kelompok bersenjata batu dan tongkat. Beberapa siswa mencoba membalas. Tapi, akibatnya mereka ditarik, dan diletakkan di barisan paling depan.
Kisah ketakutan yang menjadi teror di Myanmar itu, dirangkum kelompok Dokter untuk Hak Asasi Manusia yang mengutip saksi mata. Dalam kesaksian tersebut, diceritakan massa yang sebagian para pria berjubah biksu memburu dan membunuh sekitar 20 siswa dan empat guru di sekolah tersebut.
Menurut kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di AS, salah seorang saksi mengaku pernah menyaksikan salah satu siswa dipenggal dan beberapa lainnya dibakar hidup-hidup. Rekaman kesaksian dalam bentuk video grafis itu diberikan para aktivis kepada AFP.
Beberapa video menunjukkan mayat yang hangus dibuang dan dibakar. ”Ketika saya tiba di sana, saya melihat tumpukan mayat masih menyala (terbakar),” kata aktivis politik Budha, Myint Myint Aye. Ia percaya, korban tewas menyentuh 100 jiwa.
Namun remaja yang masih ketakutan itu, melihat sekilas pemukulan tanpa ampun, sebagai gelombang pembunuhan anti-Muslim di sekolahnya itu, di Myanmar tengah.
”Mereka menggunakan rantai baja, tongkat dan pisau, ada ratusan orang. Mereka memukuli siapa saja yang mencoba untuk melihat mereka,” kata remaja berusia 16 tahun itu, kepada AFP, dikutip Fox News, Senin (8/7/2013).
Sekolah kecil di pinggiran Kota Meiktila tersebut diratakan, selama konflik sektarian pecah sejak Maret lalu, yang memicu aksi kekerasan antara entnis Budha dan Muslim di seluruh negeri. Data resmi menyebut, 44 orang tewas dalam konflik sektarian. Meskipun diyakini, jumlah korban tewas jauh lebih banyak. Ribuan orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal.
Kyaw, yang namanya disamarkan untuk melindungi identitasnya, lolos dari teror maut di Myanmar. ”Lima siswa dari kelas saya tewas,” katanya, dengen ekspresi ketakutan. Para siswa yang selamat, bersembunyi di balik semak-semak, setelah sekolah mereka dibakar.
Keesokan paginya, petugas keamanan mengevakuasi warga Muslim setempat. Kyaw dan teman-temannya berbaris di antara kerumunan kelompok bersenjata batu dan tongkat. Beberapa siswa mencoba membalas. Tapi, akibatnya mereka ditarik, dan diletakkan di barisan paling depan.
Kisah ketakutan yang menjadi teror di Myanmar itu, dirangkum kelompok Dokter untuk Hak Asasi Manusia yang mengutip saksi mata. Dalam kesaksian tersebut, diceritakan massa yang sebagian para pria berjubah biksu memburu dan membunuh sekitar 20 siswa dan empat guru di sekolah tersebut.
Menurut kelompok Hak Asasi Manusia yang berbasis di AS, salah seorang saksi mengaku pernah menyaksikan salah satu siswa dipenggal dan beberapa lainnya dibakar hidup-hidup. Rekaman kesaksian dalam bentuk video grafis itu diberikan para aktivis kepada AFP.
Beberapa video menunjukkan mayat yang hangus dibuang dan dibakar. ”Ketika saya tiba di sana, saya melihat tumpukan mayat masih menyala (terbakar),” kata aktivis politik Budha, Myint Myint Aye. Ia percaya, korban tewas menyentuh 100 jiwa.
(esn)