Tentara Mesir umumkan keadaan darurat di Sinai Selatan & Suez
A
A
A
Sindonews.com – Militer Mesir mengumumkan keadaan darurat di Sinai Selatan dan Provinsi Suez, setelah terjadinya serangan di Bandara Arish. Demikian dilaporkan kantor berita al-Ahram, Jumat (5/7/2013).
Ahram mengutip Komandan Lapangan Tentara Ketiga, Osama Askar, bahwa kondisi kesiapan telah dinaikan ke level tertinggi di kedua provinsi tersebut.
"Pasukan Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah berkoordinasi untuk mengamankan pintu masuk dan keluar dari kota, dan pos-pos pemeriksaan telah dikerahkan pada sumbu perbatasan internasional dan lokal, khususnya di Sinai Selatan," jelas Askar.
Pada Jumat pagi, ratusan orang bersenjata dari kelompok-kelompok militan Islam menyerang Bandara Arish, sebuah kamp keamanan di Rafah, sebuah kantor polisi, dan dua pos pemeriksaan keamanan di Sheikh Zewaid di utara Sinai dengan artileri berat dan granat roket.
Serangan tersebut menewaskan seorang tentara Mesir dan melukai tiga orang lainnya. Serangan itu terjadi setelah militer Mesir menggulingkan Presiden yang berasal dari kubu Islam, Mohamed Morsi pada Rabu (3/7/2013).
Kaum pendukung Islam menggambarkan langkah itu sebagai kudeta militer dan bersumpah untuk memperjuangkan legitimasi Morsi itu.
Ahram mengutip Komandan Lapangan Tentara Ketiga, Osama Askar, bahwa kondisi kesiapan telah dinaikan ke level tertinggi di kedua provinsi tersebut.
"Pasukan Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah berkoordinasi untuk mengamankan pintu masuk dan keluar dari kota, dan pos-pos pemeriksaan telah dikerahkan pada sumbu perbatasan internasional dan lokal, khususnya di Sinai Selatan," jelas Askar.
Pada Jumat pagi, ratusan orang bersenjata dari kelompok-kelompok militan Islam menyerang Bandara Arish, sebuah kamp keamanan di Rafah, sebuah kantor polisi, dan dua pos pemeriksaan keamanan di Sheikh Zewaid di utara Sinai dengan artileri berat dan granat roket.
Serangan tersebut menewaskan seorang tentara Mesir dan melukai tiga orang lainnya. Serangan itu terjadi setelah militer Mesir menggulingkan Presiden yang berasal dari kubu Islam, Mohamed Morsi pada Rabu (3/7/2013).
Kaum pendukung Islam menggambarkan langkah itu sebagai kudeta militer dan bersumpah untuk memperjuangkan legitimasi Morsi itu.
(esn)