Berkicau di Twitter, polisi Turki tahan 25 demonstran
A
A
A
Sindonews.com - Polisi Turki menahan sedikitnya 25 orang pada Rabu (5/6/2013) pagi, di kota barat Izmir, terkait kicauan mereka di twitter yang dianggap menyebarkan informasi sesat. Demikian dilaporkan kantor berita Anatolia.
Polisi masih mencari setidaknya selusin orang lainnya, karena kicauan mereka di twitter. ”Polisi mengatakan terdapat informasi yang menyesatkan dan memfitnah,” tulis kantor berita itu.
Seorang pejabat lokal dari kubu oposisi, yakni Partai Rakyat Republik (CHP), Ali Engin, mengatakan kepada Anatolia, bahwa para tersangka ditahan, karena menyerukan orang untuk memprotes (pemerintah).
”Apakah mereka sudah dilarang untuk bebas berpendapat? dan saya belum mendengar tentang hal itu,” bunyi tweet yang dikicaukan pemilik akun twitter @Crustemov.
Menurutnya, ada kebebasan menyebarkan berita. ”Apa artinya menahan orang, karena Twitter!," lanjut dia.
Tindakan keras polisi itu dilakukan, setelah Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, dicemooh para pengunjuk rasa pada akhir pekan lalu. Pemerintah menyalahkan penggunaan media sosial seperti twitter untuk menyebarkan berita bohong dan protes terhadap pemerintah.
Polisi masih mencari setidaknya selusin orang lainnya, karena kicauan mereka di twitter. ”Polisi mengatakan terdapat informasi yang menyesatkan dan memfitnah,” tulis kantor berita itu.
Seorang pejabat lokal dari kubu oposisi, yakni Partai Rakyat Republik (CHP), Ali Engin, mengatakan kepada Anatolia, bahwa para tersangka ditahan, karena menyerukan orang untuk memprotes (pemerintah).
”Apakah mereka sudah dilarang untuk bebas berpendapat? dan saya belum mendengar tentang hal itu,” bunyi tweet yang dikicaukan pemilik akun twitter @Crustemov.
Menurutnya, ada kebebasan menyebarkan berita. ”Apa artinya menahan orang, karena Twitter!," lanjut dia.
Tindakan keras polisi itu dilakukan, setelah Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, dicemooh para pengunjuk rasa pada akhir pekan lalu. Pemerintah menyalahkan penggunaan media sosial seperti twitter untuk menyebarkan berita bohong dan protes terhadap pemerintah.
(esn)