Bentrok di wilayah etnis Uighur, 21 tewas
A
A
A
Sindonews.com – Bentrok antara sejumlah tersangka teroris dengan aparat keamanan terjadi di wilayah otonomi Uighur, Xinjiang, sebelah barat laut China, Rabu (24/4/2013). Bentrok ini menyebabkan 21 orang tewas. Seperti dilaporkan Reuters, korban tewas terdiri 9 warga setempat, 6 polisi, dan 6 etnis Uighur.
Serangan ini terjadi pada Selasa siang di kota Bachu County, Prefektur Kashgar, sekitar 1.200 km sebelah barat daya dari Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang. Menurut polisi, bentrok bermula ketika tiga relawan komunitas menemukan orang-orang yang mencurigakan dengan pisau dan kampak di sebuah rumah milik warga lokal.
Tiga relawan itu lalu melaporkan penemuan ini pada atasan mereka via telepon, namun telepon itu lalu disita oleh tersangka yang bersembunyi di dalam rumah tersebut. Polisi dan pejabat masyarakat dari wilayah itu bergegas ke tempat kejadian. Tapi, mereka diserang dan dibunuh oleh para tersangka, yang sebelumnya juga telah membunuh tiga relawan komunitas itu.
Para tersangka juga membakar rumah tempat persembunyian mereka. Kondisi baru bisa dikendalikan, setelah polisi tiba di tempat kejadian dan menembak mati para tersangka. Juru Bicara Pemerintah Xinjiang menyebut insiden ini sebagai “serangan teroris”.
"Ini tentu serangan teroris. Orang-orang di komunitas ini hanya melakukan pemeriksaan rutin, tapi tindakan dari para perusuh direncanakan dan dipersiapkan dengan baik,” kata Hou Hanmin, Jjuru Bicara Pemerintah Xinjiang, seperti dikutip dari Reuters.
Namun, Dilxat Raxit, Juru Bicara Kongres Uighur yang berada dalam pengasingan mengatakan, bentrokan itu dipicu oleh penembakan dan pembunuhan seorang pemuda Uighur oleh "personel bersenjata China". Aksi ini memicu etnis Uighur lainnya untuk membalas.
"Informasi yang kami terima adalah, bahwa sejak tadi malam sampai pagi ini, pemerintah telah membanjiri jalan-jalan dengan orang-orang bersenjata," kata Raxit melalui sambungan telepon dari Swedia, di mana dia berbasis.
"Setelah kejadian itu, sinyal ponsel lokal dan koneksi internet terputus. Hari ini telah pulih sedikit, meskipun tidak sepenuhnya," lanjut Raxit. Wilayah Xinjiang memang masih menyimpan gejolak hingga kini. Wilayah itu dihuni oleh etnis Uighur yang memeluk agama Islam.
Serangan ini terjadi pada Selasa siang di kota Bachu County, Prefektur Kashgar, sekitar 1.200 km sebelah barat daya dari Urumqi, ibukota wilayah Xinjiang. Menurut polisi, bentrok bermula ketika tiga relawan komunitas menemukan orang-orang yang mencurigakan dengan pisau dan kampak di sebuah rumah milik warga lokal.
Tiga relawan itu lalu melaporkan penemuan ini pada atasan mereka via telepon, namun telepon itu lalu disita oleh tersangka yang bersembunyi di dalam rumah tersebut. Polisi dan pejabat masyarakat dari wilayah itu bergegas ke tempat kejadian. Tapi, mereka diserang dan dibunuh oleh para tersangka, yang sebelumnya juga telah membunuh tiga relawan komunitas itu.
Para tersangka juga membakar rumah tempat persembunyian mereka. Kondisi baru bisa dikendalikan, setelah polisi tiba di tempat kejadian dan menembak mati para tersangka. Juru Bicara Pemerintah Xinjiang menyebut insiden ini sebagai “serangan teroris”.
"Ini tentu serangan teroris. Orang-orang di komunitas ini hanya melakukan pemeriksaan rutin, tapi tindakan dari para perusuh direncanakan dan dipersiapkan dengan baik,” kata Hou Hanmin, Jjuru Bicara Pemerintah Xinjiang, seperti dikutip dari Reuters.
Namun, Dilxat Raxit, Juru Bicara Kongres Uighur yang berada dalam pengasingan mengatakan, bentrokan itu dipicu oleh penembakan dan pembunuhan seorang pemuda Uighur oleh "personel bersenjata China". Aksi ini memicu etnis Uighur lainnya untuk membalas.
"Informasi yang kami terima adalah, bahwa sejak tadi malam sampai pagi ini, pemerintah telah membanjiri jalan-jalan dengan orang-orang bersenjata," kata Raxit melalui sambungan telepon dari Swedia, di mana dia berbasis.
"Setelah kejadian itu, sinyal ponsel lokal dan koneksi internet terputus. Hari ini telah pulih sedikit, meskipun tidak sepenuhnya," lanjut Raxit. Wilayah Xinjiang memang masih menyimpan gejolak hingga kini. Wilayah itu dihuni oleh etnis Uighur yang memeluk agama Islam.
(esn)