168 anggota parlemen Jepang kunjungi Kuil Yasukuni
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 168 anggota Parlemen Jepang mengunjungi Kuil Yasukuni, Selasa (23/4/2013). Kunjungan tersebut dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada sekitar 2,5 juta korban perang dan 14 pemimpin perang selama era kolonialisme Jepang saat Perang Dunia II berlangsung.
Menurut sejumlah media lokal Jepang, baru kali ini jumlah anggota parlemen Jepang yang mengunjungi kuil jumlahnya lebih dari 100. Ini adalah kunjungan terbesar sejak Oktober 2005 lalu.
Sejumlah analis mengatakan, meningkatnya jumlah anggota parlemen yang melakukan kunjungan disebabkan lebih banyaknya partai konservatif yang memberikan dukungan kepada Abe dalam pemilu Desember 2012 lalu, yakni Partai Liberal Demokrat dan Partai restorasi Jepang.
Kunjungan yang sangat ditentang oleh Pemerintah China dan Korea Selatan (Korsel) ini dilakukan tiga pekan setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberikan sumbangan bagi Kuil Yasukuni. Sebagai pihak yang paling menderita atas invasi Jepang saat perang dunia II berlangsung, China dan Korsel telah berulangkali menuntut pemimpin Jepang berhenti melakukan kunjungan ke Kuil Yasukuni dan mulai mengambil sikap bertanggungjawab atas sejarah.
Hua Chunying, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China kemarin mengutarakan kekecewan pemerintah China. Menurutnya, inti dari permasalah ini adalah bagaimana para pemimpin Jepang melihat sejarah dan menyikapi invasi yang telah dilakukan para pemimpin mereka di masa lalu.
Selain itu, Pemerintah Jepang yang melakukan kunjungan untuk menghormati para pemimpin mereka seharunya mengerti bagaimana perasan rakyat China dan rakyat dari negara lain yang menjadi korban penjajahan para pemimpin mereka di masa lalu.
Pejabat Jepang terlihat santai dalam menyikapi keberatan Pemerintah China. Hidehisa Otsuji, seorang anggota dari Partai Demokrat Liberal (LDP) mengatakan, melakukan kunjungan ke kuil untuk menghormati orang mati yang telah berjuang demi bangsa adalah satu hal yang wajar dan setiap bangsa melakukan hal yang sama. "Saya tidak mengerti mengapa tindakan ini mendapat penentangan," ujarnya.
Sementara itu, Aso Menteri Keuangan Jepang menuturkan, pertama kali saya mengunjungi kuil itu pada 28 April 1953 silam. "Sejak saat itu, setiap tahun saya terus melakukan dua-tiga kunjungan dan itu bukan sikap yang harus dihentikan saat ini. Apakah ada rekasi dari luar negeri atas kunjungan ini? Jika ada, saya kira reaksi tersebut tidak akan sampai memperngaru hubungan diplomatik Jepang dengan negara-negara tersebut," tutur Aso.
Menurut sejumlah media lokal Jepang, baru kali ini jumlah anggota parlemen Jepang yang mengunjungi kuil jumlahnya lebih dari 100. Ini adalah kunjungan terbesar sejak Oktober 2005 lalu.
Sejumlah analis mengatakan, meningkatnya jumlah anggota parlemen yang melakukan kunjungan disebabkan lebih banyaknya partai konservatif yang memberikan dukungan kepada Abe dalam pemilu Desember 2012 lalu, yakni Partai Liberal Demokrat dan Partai restorasi Jepang.
Kunjungan yang sangat ditentang oleh Pemerintah China dan Korea Selatan (Korsel) ini dilakukan tiga pekan setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memberikan sumbangan bagi Kuil Yasukuni. Sebagai pihak yang paling menderita atas invasi Jepang saat perang dunia II berlangsung, China dan Korsel telah berulangkali menuntut pemimpin Jepang berhenti melakukan kunjungan ke Kuil Yasukuni dan mulai mengambil sikap bertanggungjawab atas sejarah.
Hua Chunying, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China kemarin mengutarakan kekecewan pemerintah China. Menurutnya, inti dari permasalah ini adalah bagaimana para pemimpin Jepang melihat sejarah dan menyikapi invasi yang telah dilakukan para pemimpin mereka di masa lalu.
Selain itu, Pemerintah Jepang yang melakukan kunjungan untuk menghormati para pemimpin mereka seharunya mengerti bagaimana perasan rakyat China dan rakyat dari negara lain yang menjadi korban penjajahan para pemimpin mereka di masa lalu.
Pejabat Jepang terlihat santai dalam menyikapi keberatan Pemerintah China. Hidehisa Otsuji, seorang anggota dari Partai Demokrat Liberal (LDP) mengatakan, melakukan kunjungan ke kuil untuk menghormati orang mati yang telah berjuang demi bangsa adalah satu hal yang wajar dan setiap bangsa melakukan hal yang sama. "Saya tidak mengerti mengapa tindakan ini mendapat penentangan," ujarnya.
Sementara itu, Aso Menteri Keuangan Jepang menuturkan, pertama kali saya mengunjungi kuil itu pada 28 April 1953 silam. "Sejak saat itu, setiap tahun saya terus melakukan dua-tiga kunjungan dan itu bukan sikap yang harus dihentikan saat ini. Apakah ada rekasi dari luar negeri atas kunjungan ini? Jika ada, saya kira reaksi tersebut tidak akan sampai memperngaru hubungan diplomatik Jepang dengan negara-negara tersebut," tutur Aso.
(esn)