Mati karena mogok makan adalah kemenangan

Senin, 04 Maret 2013 - 16:58 WIB
Mati karena mogok makan adalah kemenangan
Mati karena mogok makan adalah kemenangan
A A A
Sindonews.com - Samer Issawi, warga Palestina yang melancarkan aksi mogok makan setelah 214 hari atau sekitar 7 bulan di penjara Israel mengatakan, kematiannya akan menjadi kemenangan terakhir atas penjajahan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

"Jangan khawatir jika jantung saya berhenti berdetak. Saya masih hidup, meskipun saya nanti mati. Karena Yerusalem mengalir dalam pembuluh darahku. Jika aku mati, maka itu adalah sebuah kemenangan,” tegas Issawi, Minggu (3/3/2013).

“Jika pada akhirnya mereka membebaskan saya, maka itu adalah sebuah kemenangan. Sebab, saya menolak untuk menyerah atas penjajahan, tirani, dan arogansi Israel," ungkap Issawi dalam sebuah surat yang dia kirimkan kepada The Guardian.

Issawi menuturkan, bahwa kondisi kesehatannya sangat buruk. “Tapi, saya akan tetap melancarkan aksi mogok makan sampai menang atau mati syahid,” ujar Issawi. Menurutnya, mogok makan akan menjadi batu terakhir yang dapat dia gunakan untuk dilempar pada tiran dan sipir Israel dalam menghadapi mendudukan rasis yang dialami orang Palestina.

Dalam kesempatan itu, Issawi juga menyerukan pada Pemerintah Inggris untuk menjatuhkan saksi kepada Israel, sampai mereka berhenti menjajah Palestina. Dan, hingga Israel mengakui semua hak dan membebaskan tahanan politik Palestina.

"Israel tidak dapat melanjutkan penjajahan tanpa dukungan dari barat. Dia juga mencatat bahwa pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas tragedi yang menimpa rakyat Palestina adalah Inggris," ungkap Issawi.

Issawi mengatakan, penidasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina berdasarkan mandat yang diperoleh dari Inggris. Akibat mandat itu pula, kakek Issawi meninggal.

"Pasukan Israel juga membunuh kakak saya, saat saya berusia 16 tahun pada 1994 silam. Mereka juga memenjarakan saya dan empat saudara saya. Tidak berhenti sampai di sana, mereka juga memotong aliran listrik dan air, bahkan menghancurkan rumah ibu saya," ungkap Issawi.

"Keluarga saya bersama semua orang-orang di Yerusalem, yang terus dilecehkan dan diserang Israel, tetap membela hak hak Palestina dan juga tahanan di penjara Israel," kata Issawi.

Pasukan Israel menangkap Issawi pada 7 Juli 2012 lalu, karena dituding melanggar ketentuan pembebasannya dengan meninggalkan Yerusalem. Dia melancarkan aksi mogok makan sejak 1 Agustus 2012 lalu untuk memprotes penahanan sewenang-wenang Israel.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6365 seconds (0.1#10.140)