Turki tangkap ratusan militan sayap kiri

Rabu, 20 Februari 2013 - 15:58 WIB
Turki tangkap ratusan...
Turki tangkap ratusan militan sayap kiri
A A A
Sindonews.com - Polisi Turki mengklaim telah menanggkap ratusan anggota sayap militan kiri dari seluruh wilayah Turki terkait operasi penumpasan terorisme. Operasi tersebut dilancarkan setelah Front Partai Pembebasan Rakyat Revolusioner ekstrim kiri (DHKP-C) mengklaim bertanggung jawab atas aksi bom bunuh diri di kedutaan Amerika Serikat (AS), Selasa (19/2/2013), seperti diberitakan dalam Reuters.

Seorang pejabat senior dari KESK mengatakan, polisi Turki telah mengeluarkan surat perintah penahanan terhadap 167 orang dari 28 provinsi di seluruh Turki. Sampai tengah hari polisi telah berhasil menanggkap lebih dari seratus orang termasuk, Akman Simsek (pejabat senior KESK). Polisi juga menyita komputer dan hardisk serta dokumen milik Simsek.

"Menurut informasi yang didapat dari konfederasi kami, lebih dari 100 orang telah ditahan. Kami tidak tahun berapa jumlah pasti anggota KESK yang ditahan," ungkap anggota KESK.

"Kami tidak akan tinggal diam melawan kebijakan fasis dari pemerintahan Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP). Kami tidak akan tunduk pada penindasan dan tirani. Hidup perjuangan kami," ungkap anggota KESK.

Polisi anti teror Turki dikabarkan telah meringkus 15 orang anggota DHKP-C di wilayah pesisir Provinsi Ismir dan dua provinsi lainnya. Operasi tersebut menargetkan anggota Gerakan Revolusioner Pegawai Negeri Sipil (RCSM) yang diyakini terkait dengan DHKP-C.

Sementara di Ibu Kota Ankara dan Antalya, polisi menggeledah kantor Konfederasi Serikat Pekerja Publik (KESK). Sebagian besar penahanan terjadi di Istanbul, dan lainya tersebar di seluruh provinsi Turki, termasuk Tekirdag, dimana polisi berhasi menahan seorang pemimpin serikat guru lokal.

Dalam beberapa tahun terakhir polisi Turki giat melakukan serangkaian operasi besar menargetkan sekularis, perwira militer, Kurdi dan anggota sayap kiri karena terkait kegiatan teroris. Namun, kelompok oposisi Turki menuduh Erdogan menggunakan langkah tersebut untuk meredam perbedaan pendapat.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6295 seconds (0.1#10.140)