Tetap tinggi, ancaman teroris di Perancis
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Dalam Negeri Perancis, Manuel Valls mengatakan, peringatan anti-teror di negara itu tetap pada tingkat merah, tingkat tertinggi kedua dalam Vigipirate, rencana keamanan negara.
"Ancaman terorisme masih tinggi dan ancaman ini jelas ada. Kewaspadaan, mobilisasi, dan kebijaksanaan diperlukan untuk mengatasi hal itu," kata Valls, seperti dikutip dari Europe 1, Senin (21/1/2013).
"Pada saat yang sama kami memiliki musuh eksternal yang kita perangi di Mali dan musuh di dalam negeri yang diciptakan oleh puluhan orang yang berbahaya dan harus dipantau serta dinetralkan," lanjut Vallas.
Rencana Vigipirate mulai diterapkan pada Maret 2003. Sistem keamanan negara ini memiliki empat tingkatan, yakni kuning, oranye, merah, dan merah tua. Warna-warna ini menggambarkan kondisi kewaspadaan terendah sampai yang tertinggi.
Pada 12 Januari, Presiden Perancis Francois Hollande memutuskan untuk memperkuat peringatan anti-teror negara ke tingkat tertinggi, menyusul komitmen militer untuk membantu pemerintah Mali menghentikan pemberontak Islam di negara itu.
Keputusan pemerintah Perancis ini dikhawatirkan akan memicu aksi balasan dari kaum teroris. Terbukti, pada pekan lalu kelompok teroris melakukan aksi di sebuah ladang gas di Aljazair. Sekelompok orang menyerbu masuk ke dalam komplek ladang gas dan menyandera ratusan perkerja.
Sejumlah sandera akhirnya tewas, sebelum pasukan khusus Aljazair menyerbu masuk dan melumpuhkan seluruh teroris yang berada dalam komplek pabrik tersebut. Aksi serangan pada pabrik gas ini diklaim para teroris sebagai aksi balasan atas invasi militer internasional di Mali.
Jauh sebelumnya, pada 1995 silam, sebuah aksi teror menghantam kereta bawah tanah di Paris. Aksi ini menewaskan 8 orang dan melukai 200 lainnya.
"Ancaman terorisme masih tinggi dan ancaman ini jelas ada. Kewaspadaan, mobilisasi, dan kebijaksanaan diperlukan untuk mengatasi hal itu," kata Valls, seperti dikutip dari Europe 1, Senin (21/1/2013).
"Pada saat yang sama kami memiliki musuh eksternal yang kita perangi di Mali dan musuh di dalam negeri yang diciptakan oleh puluhan orang yang berbahaya dan harus dipantau serta dinetralkan," lanjut Vallas.
Rencana Vigipirate mulai diterapkan pada Maret 2003. Sistem keamanan negara ini memiliki empat tingkatan, yakni kuning, oranye, merah, dan merah tua. Warna-warna ini menggambarkan kondisi kewaspadaan terendah sampai yang tertinggi.
Pada 12 Januari, Presiden Perancis Francois Hollande memutuskan untuk memperkuat peringatan anti-teror negara ke tingkat tertinggi, menyusul komitmen militer untuk membantu pemerintah Mali menghentikan pemberontak Islam di negara itu.
Keputusan pemerintah Perancis ini dikhawatirkan akan memicu aksi balasan dari kaum teroris. Terbukti, pada pekan lalu kelompok teroris melakukan aksi di sebuah ladang gas di Aljazair. Sekelompok orang menyerbu masuk ke dalam komplek ladang gas dan menyandera ratusan perkerja.
Sejumlah sandera akhirnya tewas, sebelum pasukan khusus Aljazair menyerbu masuk dan melumpuhkan seluruh teroris yang berada dalam komplek pabrik tersebut. Aksi serangan pada pabrik gas ini diklaim para teroris sebagai aksi balasan atas invasi militer internasional di Mali.
Jauh sebelumnya, pada 1995 silam, sebuah aksi teror menghantam kereta bawah tanah di Paris. Aksi ini menewaskan 8 orang dan melukai 200 lainnya.
(esn)