Presiden Bozize ingin tuntaskan masa jabatan
A
A
A
Sindonews.com – Presiden Republik Afrika Tengah (CAR), Francois Bozize mendesak kaum pemberontak untuk membiarkan dia menyelesaikan masa jabatannya. Pemberontakan bersenjata jadi ancaman terbesar selama 10 tahun masa jabatan Bozize di negara bekas jajahan Perancis itu.
"Saya ulangi, bahwa saya tidak akan menjadi kandidat dalam pemilu 2016. Jadi, biarkan saya menyelesaikan amanah ini. Saya hanya memiliki masa jabatan tiga tahun lagi," kata Bozize, Selasa (1/1/2013), seperti dikutip dari the star.
Bozize yang berkuasa di CAR lewat pemberontakan pada 2003, sangat bergantung pada bantuan militer asing, termasuk dari mantan penguasa kolonial Perancis, untuk menangkal suksesi serangan dari kaum pemberontak.
Pemerintah Perancis mengatakan, kali ini mereka tidak akan membela pemerintahan Bozize. Perancis justru mendesak Bozize, para pemberontak, dan oposisi negara itu untuk mencari solusi lewat jalur perundingan.
Saat ini, pemberontak Seleka hanya berjarak 75 km dari Ibu Kota CAR, Bangui. Kaum pemberontak menuduh Bozize mengingkari kesepakatan pada 2007. Kala itu, Bozize berjanji akan memberikan santunan dan pekerjaan bagi para mantan pemberontak. Saat ini, kaum pemberontak tengah menimbang, apakah akan meneruskan perjuangan bersenjata atau menerima tawaran dialog yang diapungkan pemerintah.
Sementara itu, Bozize mengingatkan tentara nasional negara itu atas kekalahan selama tiga pekan dari kaum pemberontak. Bozize juga mengucapkan terimakasih pada pasukan dari negara tetangga, Chad, yang telah membantu CAR mempertahankan pemerintahan.
"Militer tidak memainkan perannya. Tanpa tentara Chad, kita tidak akan bisa lagi berada di sini untuk mengekspresikan diri," kata Bozize. Saat ini, sejumlah pasukan Perancis telah berada di CAR. Namun, penempatan pasukan ini hanya untuk menjaga kepentingan Perancis, dan bukan untuk melakukan intervensi di negara tersebut.
"Saya ulangi, bahwa saya tidak akan menjadi kandidat dalam pemilu 2016. Jadi, biarkan saya menyelesaikan amanah ini. Saya hanya memiliki masa jabatan tiga tahun lagi," kata Bozize, Selasa (1/1/2013), seperti dikutip dari the star.
Bozize yang berkuasa di CAR lewat pemberontakan pada 2003, sangat bergantung pada bantuan militer asing, termasuk dari mantan penguasa kolonial Perancis, untuk menangkal suksesi serangan dari kaum pemberontak.
Pemerintah Perancis mengatakan, kali ini mereka tidak akan membela pemerintahan Bozize. Perancis justru mendesak Bozize, para pemberontak, dan oposisi negara itu untuk mencari solusi lewat jalur perundingan.
Saat ini, pemberontak Seleka hanya berjarak 75 km dari Ibu Kota CAR, Bangui. Kaum pemberontak menuduh Bozize mengingkari kesepakatan pada 2007. Kala itu, Bozize berjanji akan memberikan santunan dan pekerjaan bagi para mantan pemberontak. Saat ini, kaum pemberontak tengah menimbang, apakah akan meneruskan perjuangan bersenjata atau menerima tawaran dialog yang diapungkan pemerintah.
Sementara itu, Bozize mengingatkan tentara nasional negara itu atas kekalahan selama tiga pekan dari kaum pemberontak. Bozize juga mengucapkan terimakasih pada pasukan dari negara tetangga, Chad, yang telah membantu CAR mempertahankan pemerintahan.
"Militer tidak memainkan perannya. Tanpa tentara Chad, kita tidak akan bisa lagi berada di sini untuk mengekspresikan diri," kata Bozize. Saat ini, sejumlah pasukan Perancis telah berada di CAR. Namun, penempatan pasukan ini hanya untuk menjaga kepentingan Perancis, dan bukan untuk melakukan intervensi di negara tersebut.
(esn)