Brahimi yakin perdamaian Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Utusan internasional Lakhdar Brahimi yakin rencana damainya untuk Suriah akan mendapat dukungan dari kekuatan dunia, termasuk aliansi Suriah, Rusia. Dia juga memperingatkan perang Suriah semakin memburuk setiap hari. Komentar Brahimi muncul saat Rusia mengirim kapal perang ketiga ke pangkalan angkatan laut di Pelabuhan Tartus, Suriah, sebagai wujud kesiapan kemungkinan evakuasi warganya.
Selain itu, Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan kepada para pengungsi Suriah, bahwa kemenangan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah ada di tangan. ”Situasi di Suriah sangat buruk dan semakin buruk setiap hari,” ungkap Brahimi di Kairo kemarin, dikutip AFP. Sebelumnya, dia berada di Moskow untuk memperingatkan bahwa rezim Assad menghadapi pilihan antara ”neraka dan proses politik”.
Brahimi mengaku telah menyusun rencana gencatan senjata yang dapat diadopsi komunitas internasional. ”Saya telah mendiskusikan rencana ini dengan Rusia dan Suriah.Saya pikir proposal ini dapat diadopsi komunitas internasional,” tutur utusan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan Liga Arab tersebut, tanpa memberikan rincian.
”Ada proposal untuk solusi politik berdasarkan deklarasi Jenewa untuk mengawasi gencatan senjata, membentuk pemerintahan dengan hak prerogatif penuh, serta berencana untuk pemilu parlemen dan presiden,” papar Brahimi, merujuk pada inisiatif perdamaian yang disepakati kekuatan dunia di Jenewa pada Juni lalu.
Rencana itu ditolak oposisi Suriah yang bersikeras bahwa Assad harus mundur terlebih dulu sebelum ada dialog nasional, seperti yang disarankan kesepakatan Jenewa. Sejauh ini, Rusia dan China mengeluarkan tiga veto untuk menolak draf resolusi Dewan Keamanan PBB yang hendak menerapkan sanksi terhadap rezim Assad. Brahimi telah bertemu Menteri Luar Negeri (menlu) Rusia Sergei Lavrov di Moskow pekan lalu, untuk mempercepat upayanya menghentikan konflik di Suriah yang menewaskan 45.000 orang.
Pertemuan itu dilakukan setelah Rusia mulai menunjukkan sikap menjaga jarak terhadap pemerintahan Assad. Moskow juga telah mengerahkan kapal perang ketiga ke Mediterania timur pada Minggu (30/12), untuk kemungkinan evakuasi warga Rusia. Banyak warga Rusia itu merupakan perempuan yang menikah dengan pria Suriah selama Perang Dingin, saat hubungan kedua negara sangat dekat. Kapal Novocherkassk, kapal amfibi Azov, serta Nikolai Filchenkov telah menuju Suriah sejak Jumat (28/12) lalu.
Ketiga kapal itu akan berlabuh di Tartus dalam 10 hari pertama pada tahun baru. Tartus merupakan satu-satunya pangkalan Angkatan Laut Rusia di luar wilayah bekas Uni Soviet. Pangkalan ini dianggap sebagai aset yang sangat strategis bagi Moskow. Rusia dituduh menggunakan pangkalan itu untuk menyuplai pemerintahan Assad dengan perlengkapan militer.
PM Turki mengunjungi kamp pengungsi Suriah dekat perbatasan, dengan ditemani oposisi Ketua Koalisi Nasional Ahmed Moaz al-Khatib. ”Saya dapat melihat dengan jelas bahwa bantuan Tuhan itu dekat. Anda telah banyak menderita, tapi tidak putus asa,” tegas Erdogan. Turki saat ini menampung 150.000 pengungsi Suriah dan memberikan tempat berlindung bagi pemberontak.
Selain itu, Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengatakan kepada para pengungsi Suriah, bahwa kemenangan melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah ada di tangan. ”Situasi di Suriah sangat buruk dan semakin buruk setiap hari,” ungkap Brahimi di Kairo kemarin, dikutip AFP. Sebelumnya, dia berada di Moskow untuk memperingatkan bahwa rezim Assad menghadapi pilihan antara ”neraka dan proses politik”.
Brahimi mengaku telah menyusun rencana gencatan senjata yang dapat diadopsi komunitas internasional. ”Saya telah mendiskusikan rencana ini dengan Rusia dan Suriah.Saya pikir proposal ini dapat diadopsi komunitas internasional,” tutur utusan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan Liga Arab tersebut, tanpa memberikan rincian.
”Ada proposal untuk solusi politik berdasarkan deklarasi Jenewa untuk mengawasi gencatan senjata, membentuk pemerintahan dengan hak prerogatif penuh, serta berencana untuk pemilu parlemen dan presiden,” papar Brahimi, merujuk pada inisiatif perdamaian yang disepakati kekuatan dunia di Jenewa pada Juni lalu.
Rencana itu ditolak oposisi Suriah yang bersikeras bahwa Assad harus mundur terlebih dulu sebelum ada dialog nasional, seperti yang disarankan kesepakatan Jenewa. Sejauh ini, Rusia dan China mengeluarkan tiga veto untuk menolak draf resolusi Dewan Keamanan PBB yang hendak menerapkan sanksi terhadap rezim Assad. Brahimi telah bertemu Menteri Luar Negeri (menlu) Rusia Sergei Lavrov di Moskow pekan lalu, untuk mempercepat upayanya menghentikan konflik di Suriah yang menewaskan 45.000 orang.
Pertemuan itu dilakukan setelah Rusia mulai menunjukkan sikap menjaga jarak terhadap pemerintahan Assad. Moskow juga telah mengerahkan kapal perang ketiga ke Mediterania timur pada Minggu (30/12), untuk kemungkinan evakuasi warga Rusia. Banyak warga Rusia itu merupakan perempuan yang menikah dengan pria Suriah selama Perang Dingin, saat hubungan kedua negara sangat dekat. Kapal Novocherkassk, kapal amfibi Azov, serta Nikolai Filchenkov telah menuju Suriah sejak Jumat (28/12) lalu.
Ketiga kapal itu akan berlabuh di Tartus dalam 10 hari pertama pada tahun baru. Tartus merupakan satu-satunya pangkalan Angkatan Laut Rusia di luar wilayah bekas Uni Soviet. Pangkalan ini dianggap sebagai aset yang sangat strategis bagi Moskow. Rusia dituduh menggunakan pangkalan itu untuk menyuplai pemerintahan Assad dengan perlengkapan militer.
PM Turki mengunjungi kamp pengungsi Suriah dekat perbatasan, dengan ditemani oposisi Ketua Koalisi Nasional Ahmed Moaz al-Khatib. ”Saya dapat melihat dengan jelas bahwa bantuan Tuhan itu dekat. Anda telah banyak menderita, tapi tidak putus asa,” tegas Erdogan. Turki saat ini menampung 150.000 pengungsi Suriah dan memberikan tempat berlindung bagi pemberontak.
(esn)