Polonium-210 awali era terorisme nuklir

Sabtu, 07 Juli 2012 - 03:15 WIB
Polonium-210 awali era terorisme nuklir
Polonium-210 awali era terorisme nuklir
A A A
Sindonews.com – Presiden pertama Otoritas Palestina Yasser Arafat bukanlah satu-satunya orang yang meninggal karena diracun polonium-210. Kejadian yang sama menimpa mata-mata Rusia, Alexander Litvinenko. Enam tahun lalu, dia diracun polonium saat minum teh di London, Inggris, dan meninggal beberapa bulan setelahnya.

Pada 1 November 2006, Litvinenko mendadak jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit, lalu meninggal tiga minggu kemudian. Litvinenko menjadi salah satu korban yang diracuni polonium-210 dengan sindrom radiasi akut yang mematikan.

Menurut dokter, pembunuhan Litvinenko merupakan awal dari era terorisme nuklir. Polonium-210 adalah unsur radioaktif yang digunakan sebagai bahan reaktor nuklir.

Alexander Litvinenko yakni seorang mantan perwira dari Layanan Keamanan Federal Rusia, FSB (Federal Security Service Rusia) dan KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti). Litvinenko melarikan diri dari tuntutan pengadilan di Rusia dan mendapat suaka politik di Inggris.

Menurut istri dan ayahnya, Litvinenko bekerja untuk MI6 dan MI5 pasca menerima suaka tersebut. Setelah kedatangannya ke London, dia terus mendukung oligarki Rusia di pengasingan, Boris Berezovsky, dalam kampanye media melawan pemerintah Rusia.

Saat di Inggris, Litvinenko menjadi seorang jurnalis untuk situs Chechnya separatis yang disebut Chechenpress. Bahkan Litvinenko juga menulis dua buku, Meniup Rusia: Teror dari dalam dan Lubyanka Grup Pidana, di mana dia menuduh dinas rahasia Rusia berada di balik peristiwa pengeboman apartemen Rusia dan aksi terorisme lainnya untuk kekuasaan Vladimir Putin.

Sementara itu, sejak mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Militer Percy di Paris, Prancis, penyebab kematian Arafat masih misterius. Kepala Institut Radiofisika Lausanne, Swiss, Dr. Francois Bochud mengatakan, unsur polonium-210 ditemukan di baju, sikat gigi, serta kafiyeh milik Arafat.

Para peneliti menemukan sejumlah polonium pada beberapa barang milik Arafat 10 kali lebih tinggi dari ambang batas toleransi. Misalnya, noda urine di celana dalamnya mengandung 180 millibecquerels (mBq) polonium, jauh lebih tinggi dibanding jumlah maksimal yang dapat ditoleransi yaitu 6,7 mBq. Sedangkan sikat gigi Arafat juga memiliki tingkat polonium sebesar 54 mBq.

Menurut para ahli, isotop polonium-210 memiliki batas waktu pemakaian selama 138 hari, sehingga setengah dari substansinya akan meluruh seperempat setiap bulan. Mengingat Arafat telah meninggal hampir delapan tahun lalu, maka jumlah polonium dalam jenazahnya sekarang tidak mencapai setengah dari jumlah awal.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6215 seconds (0.1#10.140)