Kapal bermuatan senjata disita
A
A
A
Sindonews.com – Angkatan Laut Lebanon menahan kapal Lutfallah II berbendera Sierra Leone dan menyita muatan berupa persenjataan serta amunisi yang akan dikirim ke pemberontak Suriah.
Sebanyak 11 awak kapal ditahan setelah mendapati tiga kontainer di kapal Lutfallah II berisi persenjataan ringan dan berat. Otoritas Lebanon yakin pengiriman itu untuk pemberontak di Suriah. “Beberapa persenjataan diberi label Libya,” papar laporan kantor berita Reuters.
Label di salah satu boks menyebutkan berisi bahan peledak. Salah satunya bertulisan “Tripoli/Benghazi SPLAJ” yang merupakan nama resmi Libya saat 42 tahun pemerintahan Muammar Khadafi. Beberapa senjata berstempel Misrata, kota di Libya yang menjadi basis pemberontak yang menggulingkan Khadafi tahun lalu. Foto-foto yang dirilis militer Lebanon menunjukkan puluhan peti kayu di dalam kontainer- kontainer tersebut. Beberapa peti kayu berisi amunisi senjata berat dan granat berpelontar roket. Pemilik Lutfallah II Mohammad Khafaji menyatakan, kapal itu hendak membongkar muatan itu di Tripoli, utara Lebanon.
Juru bicara Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa- Bangsa di Lebanon (Unifil) Milos Strugar yang membantu otoritas Lebanon mencegah persenjataan ilegal masuk negara itu membenarkan bahwa kapal itu berlayar menuju salah satu pelabuhan di Lebanon. Tripoli merupakan basis pendukung oposisi Suriah.Pemerintah Suriah berulang kali memprotes aksi penyelundupan persenjataan dari Libya dan Lebanon untuk mempersenjatai pemberontak Suriah.Rusia juga menuduh Libya mendukung pemberontak Suriah dan menyediakan persenjataan bagi oposisi.
Perdana Menteri (PM) Libya menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kamp-kamp pelatihan di negaranya. Tapi,Libya berulang kali menegaskan dukungan untuk rakyat Suriah yang menginginkan kemerdekaan. Media Lebanon melaporkan, kapal itu memulai pelayaran dari Libya, berhenti di Alexandria di Mesir,dan menuju ke pelabuhan Tripoli di utara Lebanon sebelum kapal itu tertangkap angkatan laut Lebanon. Saat ini Lutfallah II ditahan di pelabuhan Salaata, dekat Beirut. Sejumlah kontainer berisi persenjataan kini dipindahkan ke sejumlah truk militer Lebanon dan diamankan.
Persenjataan itu disimpan di sebuah pangkalan militer. Pemilik Lutfallah II Mohammad Khafaji mengatakan pada Reuters bahwa pengirim kontainer-kontainer itu mengatakan muatan berupa oli mesin. “Kami tidak tahu jika ada muatan persenjataan. Undang- undang tidak mengizinkan saya untuk membuka dan memeriksa isi kontainer,” tuturnya melalui telepon dari Mesir pada Reuters. Menurut pemilik Lutfallah II, kapal itu awalnya diminta membawa 12 kontainer “kargo umum”dari Libya ke Lebanon. Setelah tiga hari penundaan, kapal itu hanya membawa tiga kontainer.
Pada Sabtu (28/4) pemberontak bersenjata Suriah menggunakan perahu untuk menyerang satu unit militer di pantai Mediterania. Korban tewas di dua pihak yang bertempur. Serangan pemberontak dari laut itu merupakan yang pertama kali terjadi di Suriah. Kekerasan di Suriah terus terjadi meskipun kesepakatan gencatan senjata berlaku sejak 12 April. Kantor berita Suriah, Sana, melaporkan bahwa satu unit militer berhasil menggagalkan upaya teroris untuk masuk ke negara itu menggunakan perahu di Provinsi Latakia. Saat ini 15 pemantau dari PBB telah berada di Suriah.
Hari ini dijadwalkan tim itu bertambah menjadi 30 orang. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui pengerahan 300 pemantau di Suriah. Mayor Jenderal Robert Mood dari Norwegia,yang memimpin tim pemantau,menuju Damaskus pada Sabtu (28/4). Pertempuran dilaporkan terjadi di wilayah Damaskus. Sedikitnya 10 pemberontak tewas dalam baku tembak tersebut. Aktivis menyatakan, pertempuran terjadi saat tentara desersi bentrok dengan aparat keamanan di dekat istana kepresidenan Suriah.
“Tiga tentara dan dua teroris tewas di Aleppo,utara Suriah, saat baku tembak antara tentara dan kelompok teroris bersenjata,” ungkap laporan Sana. Pengawas Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) juga menyatakan empat warga sipil tewas pada Sabtu (28/4),dua tewas di Damaskus,dan dua tewas di Provinsi Idlib. (wbs)
Sebanyak 11 awak kapal ditahan setelah mendapati tiga kontainer di kapal Lutfallah II berisi persenjataan ringan dan berat. Otoritas Lebanon yakin pengiriman itu untuk pemberontak di Suriah. “Beberapa persenjataan diberi label Libya,” papar laporan kantor berita Reuters.
Label di salah satu boks menyebutkan berisi bahan peledak. Salah satunya bertulisan “Tripoli/Benghazi SPLAJ” yang merupakan nama resmi Libya saat 42 tahun pemerintahan Muammar Khadafi. Beberapa senjata berstempel Misrata, kota di Libya yang menjadi basis pemberontak yang menggulingkan Khadafi tahun lalu. Foto-foto yang dirilis militer Lebanon menunjukkan puluhan peti kayu di dalam kontainer- kontainer tersebut. Beberapa peti kayu berisi amunisi senjata berat dan granat berpelontar roket. Pemilik Lutfallah II Mohammad Khafaji menyatakan, kapal itu hendak membongkar muatan itu di Tripoli, utara Lebanon.
Juru bicara Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa- Bangsa di Lebanon (Unifil) Milos Strugar yang membantu otoritas Lebanon mencegah persenjataan ilegal masuk negara itu membenarkan bahwa kapal itu berlayar menuju salah satu pelabuhan di Lebanon. Tripoli merupakan basis pendukung oposisi Suriah.Pemerintah Suriah berulang kali memprotes aksi penyelundupan persenjataan dari Libya dan Lebanon untuk mempersenjatai pemberontak Suriah.Rusia juga menuduh Libya mendukung pemberontak Suriah dan menyediakan persenjataan bagi oposisi.
Perdana Menteri (PM) Libya menyatakan bahwa pihaknya tidak mengetahui kamp-kamp pelatihan di negaranya. Tapi,Libya berulang kali menegaskan dukungan untuk rakyat Suriah yang menginginkan kemerdekaan. Media Lebanon melaporkan, kapal itu memulai pelayaran dari Libya, berhenti di Alexandria di Mesir,dan menuju ke pelabuhan Tripoli di utara Lebanon sebelum kapal itu tertangkap angkatan laut Lebanon. Saat ini Lutfallah II ditahan di pelabuhan Salaata, dekat Beirut. Sejumlah kontainer berisi persenjataan kini dipindahkan ke sejumlah truk militer Lebanon dan diamankan.
Persenjataan itu disimpan di sebuah pangkalan militer. Pemilik Lutfallah II Mohammad Khafaji mengatakan pada Reuters bahwa pengirim kontainer-kontainer itu mengatakan muatan berupa oli mesin. “Kami tidak tahu jika ada muatan persenjataan. Undang- undang tidak mengizinkan saya untuk membuka dan memeriksa isi kontainer,” tuturnya melalui telepon dari Mesir pada Reuters. Menurut pemilik Lutfallah II, kapal itu awalnya diminta membawa 12 kontainer “kargo umum”dari Libya ke Lebanon. Setelah tiga hari penundaan, kapal itu hanya membawa tiga kontainer.
Pada Sabtu (28/4) pemberontak bersenjata Suriah menggunakan perahu untuk menyerang satu unit militer di pantai Mediterania. Korban tewas di dua pihak yang bertempur. Serangan pemberontak dari laut itu merupakan yang pertama kali terjadi di Suriah. Kekerasan di Suriah terus terjadi meskipun kesepakatan gencatan senjata berlaku sejak 12 April. Kantor berita Suriah, Sana, melaporkan bahwa satu unit militer berhasil menggagalkan upaya teroris untuk masuk ke negara itu menggunakan perahu di Provinsi Latakia. Saat ini 15 pemantau dari PBB telah berada di Suriah.
Hari ini dijadwalkan tim itu bertambah menjadi 30 orang. Dewan Keamanan PBB telah menyetujui pengerahan 300 pemantau di Suriah. Mayor Jenderal Robert Mood dari Norwegia,yang memimpin tim pemantau,menuju Damaskus pada Sabtu (28/4). Pertempuran dilaporkan terjadi di wilayah Damaskus. Sedikitnya 10 pemberontak tewas dalam baku tembak tersebut. Aktivis menyatakan, pertempuran terjadi saat tentara desersi bentrok dengan aparat keamanan di dekat istana kepresidenan Suriah.
“Tiga tentara dan dua teroris tewas di Aleppo,utara Suriah, saat baku tembak antara tentara dan kelompok teroris bersenjata,” ungkap laporan Sana. Pengawas Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) juga menyatakan empat warga sipil tewas pada Sabtu (28/4),dua tewas di Damaskus,dan dua tewas di Provinsi Idlib. (wbs)
()