Korsel buka jalan kerjasama dengan Korut
A
A
A
Sindonews.com - Kematian pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Il memunculkan sejumlah ketidakpastian. Akan tetapi, sebagian pihak berpendapat, kematian Kim Jong Il juga membuka jendela untuk perubahan di negara komunis itu.
"Ketidakpastian meningkat setelah kematian Ketua Kim Jong-Il," ungkap Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Yu Woo-Ik dalam pidato di forum seperti dikutip, AFP Rabu (1/2/2012)
Yu mengatakan provokasi di masa lalu telah membuat Korut dikucilkan dari seluruh dunia. Tetapi ia menyerukan agar diselengarakannya dialog lintas perbatasan untuk membahas semua isu-isu yang muncul kepermukaan.
"Korea Utara dihadapkan pada sebuah kesempatan untuk berubah. Saya mendesak Korut untuk mengubah prilaku lama mereka dan mengambil jalan untuk rekonsiliasi, pertukaran dan kerja sama," tandas Yu.
Perekonomian Korut saat ini merasakan industrialisasi dan globalisasi. Apabila Korut berniat untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya, maka Korsel siap memberikan bantuan.
Menanggapi hal tersebut, Korut menyatakan tidak akan merubah kebijakan di bawah kepemimpinan Kim Jong Un menggantikan ayahnya yang meninggal pada 17 Desember 2011.
Korut menyatakan tidak akan berurusan dengan pemerintah konservatif Korsel. Alasannya, Korsel tidak menghormati masa berkabung dalam kematian pemimpin nasional mereka.
Ketegangan militer semakin memuncak semenjak Korsel menuduh Korut bertanggungjawab atas insiden yang terjadi di wilyah perbatasan pada tahun 2010 dan menewaskan 50 warga Korsel.
Beberapa pengamat percaya sang pemimpin muda yang tidak berpengalaman itu mungkin akan melakukan sebuah aksi provokasi di perbatasan untuk menaikkan reputasinya di militer Korut.
Selasa 31 Desember 2012, Diplomat Amerika Serikat (AS) untuk Asia Timur mengatakan Korut harus memperbaiki hubungan dengan Korsel jika menginginkan hubungan yang lebih baik dengan berbagai negara lain di dunia.
Asisten Menteri Luar Negeri AS, Kurt Campbell menegaskan bahwa militer AS berkomitmen dengan militer Korsel. Dimana AS sudah menaruh 28.500 pasukan mereka.(azh)
"Ketidakpastian meningkat setelah kematian Ketua Kim Jong-Il," ungkap Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel) Yu Woo-Ik dalam pidato di forum seperti dikutip, AFP Rabu (1/2/2012)
Yu mengatakan provokasi di masa lalu telah membuat Korut dikucilkan dari seluruh dunia. Tetapi ia menyerukan agar diselengarakannya dialog lintas perbatasan untuk membahas semua isu-isu yang muncul kepermukaan.
"Korea Utara dihadapkan pada sebuah kesempatan untuk berubah. Saya mendesak Korut untuk mengubah prilaku lama mereka dan mengambil jalan untuk rekonsiliasi, pertukaran dan kerja sama," tandas Yu.
Perekonomian Korut saat ini merasakan industrialisasi dan globalisasi. Apabila Korut berniat untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya, maka Korsel siap memberikan bantuan.
Menanggapi hal tersebut, Korut menyatakan tidak akan merubah kebijakan di bawah kepemimpinan Kim Jong Un menggantikan ayahnya yang meninggal pada 17 Desember 2011.
Korut menyatakan tidak akan berurusan dengan pemerintah konservatif Korsel. Alasannya, Korsel tidak menghormati masa berkabung dalam kematian pemimpin nasional mereka.
Ketegangan militer semakin memuncak semenjak Korsel menuduh Korut bertanggungjawab atas insiden yang terjadi di wilyah perbatasan pada tahun 2010 dan menewaskan 50 warga Korsel.
Beberapa pengamat percaya sang pemimpin muda yang tidak berpengalaman itu mungkin akan melakukan sebuah aksi provokasi di perbatasan untuk menaikkan reputasinya di militer Korut.
Selasa 31 Desember 2012, Diplomat Amerika Serikat (AS) untuk Asia Timur mengatakan Korut harus memperbaiki hubungan dengan Korsel jika menginginkan hubungan yang lebih baik dengan berbagai negara lain di dunia.
Asisten Menteri Luar Negeri AS, Kurt Campbell menegaskan bahwa militer AS berkomitmen dengan militer Korsel. Dimana AS sudah menaruh 28.500 pasukan mereka.(azh)
()