Media China tuduh media barat ubah fakta kerusuhan di Tibet
A
A
A
Sindonews.com - Media Pemerintah China menuduh media barat mengubah fakta kebenaran tentang bentrokan yang terjadi di pemukiman Tibet. Media China juga mengatakan bahwa Dalai Lama menyalahgunakan reputasi agama.
Sebelumnya, media barat melaporkan bahwa dalam sebuah aksi bentrok yang terjadi di Sichuan, tiga orang korban dinyatakan tewas. Sichuan, merupakan salah satu provinsi dengan etnis Tibet terbanyak di China. Provinsi ini mendapatkan banyak keluhan atas penindasan beragama dan pengekangan.
Aktivis Hak AsasiManusia (HAM) mengatakan bahwa pasukan pengamanan telah menembak mati para pemrotes dalam insiden tersebut.
Namun, pemerintah China menolak tuduhan tersebut. China menegaskan bahwa hanya ada dua orang demonstran yang tewas, kejadian ini dipicu oleh aksi kekerasan.
"Hal ini bukanlah sebuah kejadian yang lazim bagi beberapa pemerintah Barat membelokan kebenaran dan menuduh pemerintah China mengasingkan penduduk Tibet," ungkap Media Pemerintah China Seperti diungkap dalam editorial China Daily, Senin (30/1/2012)
Selain itu, Media pemerintah China juga menuduh Dalai Lama merupakan sebuah kelompok yang memiliki sebuah agenda di balik misi keagamaan. Kelompok ini mendapatkan biaya dan dukungan dana dari beberapa pemerintah barat dan media, agenda mereka untuk melawan pemerintah China.
Kepala pengasingan di Tibet dari India, Lobsang Sangay menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak tinggal diam dan terlibat untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengatakan bahwa mereka sangat prihatin atas kejadian ini. AS menyerukan pada pasukan keamanan China untuk menahan diri dan mendesak pihak berwenang mengizinkan wartawan dan diplomat ke daerah konfik.
Informasi tentang kejadian ini sulit untuk diverifikasi kebenaranya karena kawasan Tibet di tutup. Sementara Itu, wartawan AFP yang mencoba untuk mengakses area yang terkena dampak akibat kerusuhan di Sichuan Tibet terpaksa kembali karena dihadang polisi yang berjaga.(azh)
Sebelumnya, media barat melaporkan bahwa dalam sebuah aksi bentrok yang terjadi di Sichuan, tiga orang korban dinyatakan tewas. Sichuan, merupakan salah satu provinsi dengan etnis Tibet terbanyak di China. Provinsi ini mendapatkan banyak keluhan atas penindasan beragama dan pengekangan.
Aktivis Hak AsasiManusia (HAM) mengatakan bahwa pasukan pengamanan telah menembak mati para pemrotes dalam insiden tersebut.
Namun, pemerintah China menolak tuduhan tersebut. China menegaskan bahwa hanya ada dua orang demonstran yang tewas, kejadian ini dipicu oleh aksi kekerasan.
"Hal ini bukanlah sebuah kejadian yang lazim bagi beberapa pemerintah Barat membelokan kebenaran dan menuduh pemerintah China mengasingkan penduduk Tibet," ungkap Media Pemerintah China Seperti diungkap dalam editorial China Daily, Senin (30/1/2012)
Selain itu, Media pemerintah China juga menuduh Dalai Lama merupakan sebuah kelompok yang memiliki sebuah agenda di balik misi keagamaan. Kelompok ini mendapatkan biaya dan dukungan dana dari beberapa pemerintah barat dan media, agenda mereka untuk melawan pemerintah China.
Kepala pengasingan di Tibet dari India, Lobsang Sangay menyerukan kepada masyarakat internasional untuk tidak tinggal diam dan terlibat untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengatakan bahwa mereka sangat prihatin atas kejadian ini. AS menyerukan pada pasukan keamanan China untuk menahan diri dan mendesak pihak berwenang mengizinkan wartawan dan diplomat ke daerah konfik.
Informasi tentang kejadian ini sulit untuk diverifikasi kebenaranya karena kawasan Tibet di tutup. Sementara Itu, wartawan AFP yang mencoba untuk mengakses area yang terkena dampak akibat kerusuhan di Sichuan Tibet terpaksa kembali karena dihadang polisi yang berjaga.(azh)
()