Takut Tularkan Virus Corona, Pria Ini Jalan Kaki 120Km Pulang ke Rumah

Rabu, 08 April 2020 - 14:09 WIB
Takut Tularkan Virus...
Takut Tularkan Virus Corona, Pria Ini Jalan Kaki 120Km Pulang ke Rumah
A A A
KINABALU - Seorang pria asal Malaysia nekat berjalan kaki selama tiga hari dari kota Kinabalu ke kota kelahirannya di Marudu yang berjarak sekitar 120 km ditemani seekor anjing.

Pria yang diidentifikasi sebagai Alixson Mangundok (34) baru saja kembali dari Jepang, tempat ia bekerja, pada 25 Maret lalu. Takut ia mungkin terpapar virus COVID-19, Mangundok pun memilih untuk tidak menggunakan transportasi umum atau meminta keluarganya untuk menjemput dan nekat berjalan kaki.

"Setelah mencapai Bandara Internasional Kota Kinabalu, saya diperiksa dan meskipun pejabat kesehatan mengatakan saya baik-baik saja dan tidak menunjukkan gejala virus Corona, saya masih diminta untuk pergi ke Rumah Sakit Queen Elizabeth untuk pemeriksaan yang lebih menyeluruh," katanya seperti dikutip dari Strait Times, Rabu (8/4/2020).

Setelah memberikan sampelnya di rumah sakit, dokter memberi tahu dia bahwa dia bisa menjalani karantina sendiri di rumah dan tidak diharuskan memeriksa ke pusat karantina yang disediakan negara sambil menunggu hasil tes Covid-19nya.

Sebelumnya, kerabat Mangundok telah membantunya membawa pulang dua barang bawaannya yang lebih besar dan meninggalkannya dengan tas jinjing. Sang kerabat berpikir Mangunduk akan diminta untuk memeriksakan diri ke pusat karantina yang disediakan pemerintah selama dua minggu.

"Tetapi kemudian saya diberitahu bahwa saya dapat menjalani karantina sendiri di rumah sehingga, untuk menghindari risiko bagi siapa pun, saya memutuskan untuk berjalan jauh ke Kota Marudu karena saya terbiasa berjalan kaki berkilo-kilometer jauhnya dari berburu dan bertani," tuturnya.

Sebelum melakukan perjalanan, Mangundok menyempatkan diri untuk makan siang dan membeli dua botol air di rumah sakit.

Sesaat setelah ia memulai perjalanannya, setelah dia melewati sebuah kuburan, seekor anjing datang dan mulai ikut menemaninya.

Ia membiarkan anjing itu mengikutinya, yang kemudian diberi nama Hachiko seperti nama anjing jenis Akita di Jepang yang dikenal karena kesetiaannya.

"Saya pikir anjing hanya mengikuti saya setengah jalan saja tapi ia malah mengikuti sepanjang jalan, itulah sebabnya saya memutuskan untuk mengadopsi Hachiko," terang Mangundok.

Sepanjang jalan, mereka beristirahat di halte bus dan melewati cukup banyak penghalang jalan dan menjalin pertemanan baru. Mereka juga menerjang hujan dan cuaca panas, serta berjalan menaiki dan menuruni bukit.

"Di setiap penghalang jalan, polisi dan pasukan keamanan lainnya yang bertugas akan menanyakan ke mana saya pergi dan ketika saya memberi tahu mereka bahwa saya sedang menuju ke kota Marudu, mereka tidak mempercayainya, tetapi akhirnya saya meyakinkan mereka bahwa saya tidak bercanda," ungkap Mangundok.

Dia menjelaskan alasannya dan menunjukkan kepada mereka paspor serta surat-surat dari rumah sakit sebagai bukti. Para aparat keamanan itu pun memintanya untuk berhati-hati, waspada dan beristirahat di tempat yang terang benderang.

"Mereka juga menawarkan untuk membantu saya naik kendaraan tapi saya menolak karena saya memiliki anjing ini dan saya tidak ingin menimbulkan risiko kesehatan bagi siapa pun, meskipun dokter mengatakan saya harus bersih," katanya.

Selama perjalanan, Mangundok menyempatkan diri mampir ke toko kelontong untuk mendapatkan air dan membeli sekaleng sarden untuk Hachiko. Ia tidak nafsu makan karena kelelahan.

Pada pagi hari 28 Maret, dekat Kg Tandasan di Kota Belud, setengah jalan ke Kota Marudu, Mangundok melihat saudara lelakinya yang tengah mengemudi kendaraan di suatu tempat dan melambai padanya.

"Dia balas melambai tetapi tidak mengenali saya karena saya melindungi wajah saya dari sinar matahari, dan saya membawa seekor anjing, jadi dia pergi begitu saja," katanya.

Ia kemudian menceritakan hal itu kepada orang yang melihat saudaranya dan orang itu kemudian mengatakan kepada saudaranya bahwa ia adalah pria yang sedang jalan kaki.

"Pada saat itu, saya pikir mereka semua khawatir karena ponsel saya sudah mati selama dua hari dan mereka belum mendengar kabar dari saya sejak dari bandara," katanya, menambahkan bahwa saudaranya kemudian berbalik dan menemukan dia tengah berjalan di jalan.

Dari sana, Mangundok berkata bahwa saudara lelakinya memberi tahu keluarga bahwa dia telah berjalan selama tiga hari dan meminta seseorang dari rumah untuk mengirimkan mobil, sehingga ia bisa pulang sendiri dan membawa teman barunya bersamanya.

"Saya tidak langsung pergi menemui orang tua saya setelah mencapai Kota Marudu tetapi langsung pergi ke sebuah pondok kecil di pertanian karena itu akan lebih aman untuk semua orang," katanya.

Dia mengatakan skrining pertamanya keluar dan menyatakan dirinya bersih. Pada 7 April, ia pergi untuk skrining Covid-19 keduanya di rumah sakit Kota Marudu.

"Saya tidak akan beristirahat dan tidak akan bertemu keluarga saya sampai rumah sakit memberi saya konfirmasi bahwa saya bebas dari virus ini. Untuk saat ini, Hachiko dan saya menghabiskan waktu bersama di pondok," kata Mangundok.

Ayah dua anak, dan yang termuda dari 12 bersaudara ini, telah bekerja di luar negeri termasuk di Singapura, Aljazair, Australia, dan Korea Selatan sejak ia berusia 18 tahun.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9116 seconds (0.1#10.140)