Dianggap Penyebar Virus, Pemerintah Provinsi Jeju Gugat Dua Pasien Corona
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Provinsi Pulau Jeju di Korea Selatan (Korsel) menggugat dua perempuan yang berkunjung ke pulau tersebut untuk berlibur karena salah satunya mengalami gejala virus corona. Pasangan yang diidentifikasi seorang ibu berusia 52 tahun dan putrinya yang habis kembali dari kuliah di Boston, Amerika Serikat (AS).
Ibu asal Seoul dan putrinya berlibur ke Jeju pada 20 Maret lalu. Padahal, putrinya, berusia 19, mengalami gejala seperti penderita virus korona. Seharusnya putrinya itu menjalani karantina. Tetapi, mereka justru berlibur ke Jeju.
Remaja itu menunjukkan gejala terinfeksi virus corona pada 21 Maret. Namun, ibunya tetap mengajaknya berlibur selama empat hari di Jeju. Akibatnya, remaja itu melakukan kontak fisik dengan 47 orang di 20 lokasi. Ibu dan putrinya kembali ke ke Seoul di distrik Gangnam, setelah berlibur dari Jeju.
Provinsi Jeju mengajukan gugatan hukum kepada ibu dan putrinya dengan kerugian USD107.000 (Rp1,7 miliar). Akibat dua orang tersebut, dua pusat bisnis di Jeju terpaksa ditutup dan banyak penduduk Jeju yang diisolasi.
“Saya harap ini menjadi peringatan kuat bagi mereka yang mengancam pekerja medis, pekerja pencegahan, dan partisipasi rakyat dan memerangi virus korona,” kata Gubernur Jeju, Won Hee-ryong, dilansir CNN. Provinsi Jeju juga mengungkapkan, putri itu gagal menjalankan tugasnya sebagai anggota komunitas. Gugatan itu juga menyebutkan sang ibu aktif mengajak anaknya dalam tindakan ilegal.
Hingga 5 April lalu, Korea Centers for Disease Control & Prevention (KCDC) melaporkan 94 kasus di Korsel sehingga jumlah total mencapai 10.156 kasus. 177 pasien virus korona dilaporkan tewas, dan 6.325 berhasil sembuh.
Pemerintah Korsel pada Sabtu lalu memperpanjang kampanye jaga jarak yang seharusnya berakhir pada Senin (hari ini). Langkah itu setelah dua pekan kampanye itu dilaksanakan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Korsel berhasil mengatasi wabah corona yang sebelumnya menjadi negara terbesar di luar China yang diserang virus mematikan tersebut. Tapi, pemerintah telah berhasil mengatasi dan menjadi negara yang sukses mengatasi virus corona. “Tapi terlalu dini untuk mengatakan kalau wabah itu telah berkurang,” kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo, dilansir Reuters.
Dia mengungkapkan, banyak kasus infeksi virus corona berhasil dari kasus impor. Pemerintah juga menunda pembukaan sekolah pada pekan depan. “Tujuan kita adalah mengontrol infeksi dengan sistem medis dan kesehatan,” kata Park. Dia mengungkapkan, kampanye jaga jarak mampu menurunkan 70% potensi infeksi virus corona.
Park mengungkapkan, banyak orang Korsel yang mulai bersosialisasi karena terlalu lelah selama proses isolasi. Apalagi cuaca sudah mulai hangat. “Saya tahu masyarakat sudah lelah dengan kampanye jaga jarak,” katanya. (Andika H Mustaqim)
Ibu asal Seoul dan putrinya berlibur ke Jeju pada 20 Maret lalu. Padahal, putrinya, berusia 19, mengalami gejala seperti penderita virus korona. Seharusnya putrinya itu menjalani karantina. Tetapi, mereka justru berlibur ke Jeju.
Remaja itu menunjukkan gejala terinfeksi virus corona pada 21 Maret. Namun, ibunya tetap mengajaknya berlibur selama empat hari di Jeju. Akibatnya, remaja itu melakukan kontak fisik dengan 47 orang di 20 lokasi. Ibu dan putrinya kembali ke ke Seoul di distrik Gangnam, setelah berlibur dari Jeju.
Provinsi Jeju mengajukan gugatan hukum kepada ibu dan putrinya dengan kerugian USD107.000 (Rp1,7 miliar). Akibat dua orang tersebut, dua pusat bisnis di Jeju terpaksa ditutup dan banyak penduduk Jeju yang diisolasi.
“Saya harap ini menjadi peringatan kuat bagi mereka yang mengancam pekerja medis, pekerja pencegahan, dan partisipasi rakyat dan memerangi virus korona,” kata Gubernur Jeju, Won Hee-ryong, dilansir CNN. Provinsi Jeju juga mengungkapkan, putri itu gagal menjalankan tugasnya sebagai anggota komunitas. Gugatan itu juga menyebutkan sang ibu aktif mengajak anaknya dalam tindakan ilegal.
Hingga 5 April lalu, Korea Centers for Disease Control & Prevention (KCDC) melaporkan 94 kasus di Korsel sehingga jumlah total mencapai 10.156 kasus. 177 pasien virus korona dilaporkan tewas, dan 6.325 berhasil sembuh.
Pemerintah Korsel pada Sabtu lalu memperpanjang kampanye jaga jarak yang seharusnya berakhir pada Senin (hari ini). Langkah itu setelah dua pekan kampanye itu dilaksanakan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Korsel berhasil mengatasi wabah corona yang sebelumnya menjadi negara terbesar di luar China yang diserang virus mematikan tersebut. Tapi, pemerintah telah berhasil mengatasi dan menjadi negara yang sukses mengatasi virus corona. “Tapi terlalu dini untuk mengatakan kalau wabah itu telah berkurang,” kata Menteri Kesehatan Park Neung-hoo, dilansir Reuters.
Dia mengungkapkan, banyak kasus infeksi virus corona berhasil dari kasus impor. Pemerintah juga menunda pembukaan sekolah pada pekan depan. “Tujuan kita adalah mengontrol infeksi dengan sistem medis dan kesehatan,” kata Park. Dia mengungkapkan, kampanye jaga jarak mampu menurunkan 70% potensi infeksi virus corona.
Park mengungkapkan, banyak orang Korsel yang mulai bersosialisasi karena terlalu lelah selama proses isolasi. Apalagi cuaca sudah mulai hangat. “Saya tahu masyarakat sudah lelah dengan kampanye jaga jarak,” katanya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)