Krematorium New York Lembur Bakar Mayat Korban Virus Corona

Jum'at, 03 April 2020 - 00:16 WIB
Krematorium New York...
Krematorium New York Lembur Bakar Mayat Korban Virus Corona
A A A
NEW YORK - Krematorium di kota New York, Amerika Serikat (AS), memperpanjang waktu kerja mereka membakar mayat hingga malam di tengah pandemi virus Corona. Pasalnya, mayoritas penduduk kota berjuluk Big Apple itu memilih untuk mengkremasi korban virus yang diberinama COVID-19 tersebut.

New York menjadi negara bagian AS yang terdampak pandemi virus Corona. Puluhan ribu orang telah terinfeksi virus Corona dan membunuh sekitar 1.400 orang. Namun sayangnya, kota yang paling padat penduduknya di AS ini hanya memiliki empat krematorium: satu di Bronx dan di Brooklyn serta dua di Queens. Direktur di dua lokasi itu mengatakan beban kerja harian mereka telah melonjak dari sekitar 10 mayat menjadi 15 atau lebih.

Seorang direktur krematorium mengaku bahwa telepon dikantornya menjadi lebih sering berdering dan lebih sibuk daripada dekade sebelumnya.

"Tidak ada yang bisa membayangkan ini terjadi," kata J.P. Di Troia, presiden Fresh Pond Crematory di Queens, menyebut pandemi di antara peristiwa paling menghancurkan dalam 52 tahun bisnisnya seperti dilansir dari Reuters, Jumat (3/4/2020).

Sementara itu menurut presiden pemakaman Rich Moylan krematorium Green-Wood Cemetery di Brooklyn mengambil antara 15 dan 20 mayat sehari. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari biasanya.

Seperti Di Troia, Moylan berjuang untuk mengingat masa dalam 48 tahun hidupnya di Green-Wood ketika dia telah melihat begitu banyak kematian karena satu sebab.

"Perbandingan terdekat adalah 11 September," katanya, merujuk pada serangan kelompok teroris al-Qaeda di New York pada 2001 lalu.

Banyaknya mayat yang harus dikremasi membuat rumah-rumah pemakaman harus menunggu lebih lama. Ini membuat ruangan pendingin mereka penuh dengan mayat.

"Kulkas saya penuh," kata Andrew Nimmo, manajer Bergen Funeral Service Inc, yang dapat menyimpan sekitar 40 mayat. "Saya tidak bisa membawa mayat keluar (ke krematorium) segera," imbuhnya.

Tumpukan mayat itu mengalir ke rumah sakit. Rumah Sakit Pusat Brooklyn dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa mengayakan bahwa mayat pasien yang meninggal menghabiskan lebih banyak waktu dari biasanya di kamar mayat karena keluarga yang berduka tidak dapat dengan cepat membuat pengaturan pemakaman.

Kepala Kantor Penguji Medis (OCME) di New York telah mengirim truk dan tenda berpendingin ke rumah sakit untuk menampung lebih banyak mayat. Sejauh ini, sebagian besar sudah cukup.

"Bangunan OCME dapat menyimpan sekitar 800 hingga 900 jenazah, tetapi truk telah meningkatkannya menjadi sekitar 3.500," menurut Aja Worthy-Davis, seorang juru bicara OCME.

Hanya saja jumlah korban meninggal diperkirakan akan naik.

Deborah Birx, koordinator respon virus corona Gedung Putih, meluncurkan pemodelan pada hari Rabu yang menunjukkan angka kematian AS bisa mencapai 240 ribu jiwa, ketika Presiden Donald Trump menyebut pedoman tinggal di rumah sebagai "masalah hidup dan mati."

AS menjadi negara dengan jumlah kasus infeksi virus Corona baru, COVID-19, terbanyak di dunia dengan jumlah 228.771 kasus. Sementara itu angka kematiannya mencapai 5.374 jiwa.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1076 seconds (0.1#10.140)