Gadis Belgia Jadi Korban Meninggal Akibat Corona Termuda di Eropa
A
A
A
BRUSSEL - Seorang gadis berusia 12 tahun asal Belgia menjadi korban meninggal termuda akibat pandemi virus Corona baru, COVID-19, di Eropa. Kematiannya diumumkan langsung oleh juru bicara pusat krisis nasional pandemi virus Corona negara itu, Emmanuel Andre.
Berbicara pada konferensi pers, Andre mengatakan gadis itu adalah korban termuda yang meninggal di negara itu, dan ia meninggal tiga hari setelah terserang demam.
Belgia sejauh ini memiliki 705 laporan kematian akibat COVID-19, 98 di antaranya terjadi dalam 24 jam terakhir. Selain itu, lebih dari 12.700 kasus juga telah dikonfirmasi di negara dengan populasi 11,8 juta orang tersebut.
"Hari ini, kami memiliki pengumuman yang menyakitkan untuk Anda. Ini adalah saat yang sulit secara emosional, karena melibatkan anak, dan juga telah mengganggu komunitas medis dan ilmiah," ujar Andre dengan emosional.
"Kami memikirkan keluarga dan teman-temannya. Ini adalah peristiwa yang sangat langka, tetapi yang sangat membuat kami marah," imbuhnya seperti dilansir dari LBC News, Selasa (31/3/2020).
Andre percaya negara itu akan mengalami puncak wabahnya dalam beberapa hari mendatang. "Kami akan tiba di titik di mana kami dekat dengan titik jenuh di rumah sakit kami," imbuhnya.
Identitas gadis itu belum dipublikasikan, dan belum diketahui apakah ia memiliki masalah kesehatan atau tidak.
Sebelum kematiannya, korban meninggal akibat infeksi virus Corona termuda di Eropa yang diketahui adalah seorang bocah lelaki berusia 14 tahun di Portugal, yang meninggal pada hari Minggu lalu. Ia diketahui menderita penyakit sebelumnya.
Seorang gadis berusia 16 tahun - yang tidak diketahui memiliki masalah kesehatan - juga meninggal di rumah sakit anak-anak Paris di mana dia dirawat karena COVID-19.
Sementara di Inggris, korban termuda berusia 18 tahun di Coventry yang diketahui memiliki masalah kesehatan.
Berbicara pada konferensi pers, Andre mengatakan gadis itu adalah korban termuda yang meninggal di negara itu, dan ia meninggal tiga hari setelah terserang demam.
Belgia sejauh ini memiliki 705 laporan kematian akibat COVID-19, 98 di antaranya terjadi dalam 24 jam terakhir. Selain itu, lebih dari 12.700 kasus juga telah dikonfirmasi di negara dengan populasi 11,8 juta orang tersebut.
"Hari ini, kami memiliki pengumuman yang menyakitkan untuk Anda. Ini adalah saat yang sulit secara emosional, karena melibatkan anak, dan juga telah mengganggu komunitas medis dan ilmiah," ujar Andre dengan emosional.
"Kami memikirkan keluarga dan teman-temannya. Ini adalah peristiwa yang sangat langka, tetapi yang sangat membuat kami marah," imbuhnya seperti dilansir dari LBC News, Selasa (31/3/2020).
Andre percaya negara itu akan mengalami puncak wabahnya dalam beberapa hari mendatang. "Kami akan tiba di titik di mana kami dekat dengan titik jenuh di rumah sakit kami," imbuhnya.
Identitas gadis itu belum dipublikasikan, dan belum diketahui apakah ia memiliki masalah kesehatan atau tidak.
Sebelum kematiannya, korban meninggal akibat infeksi virus Corona termuda di Eropa yang diketahui adalah seorang bocah lelaki berusia 14 tahun di Portugal, yang meninggal pada hari Minggu lalu. Ia diketahui menderita penyakit sebelumnya.
Seorang gadis berusia 16 tahun - yang tidak diketahui memiliki masalah kesehatan - juga meninggal di rumah sakit anak-anak Paris di mana dia dirawat karena COVID-19.
Sementara di Inggris, korban termuda berusia 18 tahun di Coventry yang diketahui memiliki masalah kesehatan.
(ian)