Covid-19 Bentuk Ulang Sistem Pendidikan Global
A
A
A
BEIJING - Ketika pandemi virus Corona baru, Covid-19 mendorong negara-negara untuk menutup perbatasan mereka dan mengkarantina orang-orang, sebuah sistem pendidikan baru dibentuk di seluruh dunia. Itu adalah sistem pembelajaran jarak jauh.
Banyak negara telah memulai sistem pembelajaran jarak jauh, dengan siswa mengambil pelajaran dan tampil dalam ujian saat tinggal di rumah. Dipercayai bahwa serangan virus dapat memberikan manfaat untuk membantu menjembatani kesenjangan digital yang sangat dibutuhkan, karena ia hadir dengan inovasi yang menghadirkan solusi baru untuk sistem pendidikan.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OCED), sebuah organisasi ekonomi antar pemerintah dengan 36 negara anggota, 421 juta anak-anak terpengaruh karena penutupan sekolah di 39 negara. Sementara 22 negara lainnya telah mengumumkan penutupan sebagian.
Untuk membendung penyebaran virus, pemerintah Hong Kong telah memperkenalkan aplikasi interaktif bagi siswa untuk belajar di rumah pada bulan Februari. World Economic Forum (WEF) yang berbasis di Jenewa percaya bahwa sekitar 120 juta siswa China saat ini mendapatkan akses ke materi pembelajaran melalui siaran televisi langsung.
"Keputusan pengendalian risiko ini telah mengarahkan jutaan siswa ke situasi home-schooling sementara, terutama di beberapa negara yang paling terkena dampak, seperti China, Korea Selatan (Korsel), Italia, dan Iran," kata Gloria Tam, seorang pejabat di Proyek Minerva , inovator pendidikan terkemuka, seperti dilansir Anadolu Agency.
Dalam sebuah makalah, ditulis untuk WEF, dia mengatakan keputusan pengendalian risiko ini telah mengarahkan siswa ke situasi home-schooling sementara, terutama di beberapa negara yang paling terkena dampak, seperti China, Korsel, Italia, dan Iran. "Perubahan ini tentu saja menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi mereka juga mendorong contoh baru inovasi pendidikan," ucapnya.
Sementara inovator pendidikan telah bereksperimen dengan ruang kelas digital di seluruh dunia selama bertahun-tahun terakhir, langkah lambatnya membuat frustrasi. Sebagian besar guru dan siswa di seluruh dunia ragu untuk mengadopsi itu. Para ahli percaya bahwa wabah Covid-19 telah mempercepat prosesnya.
"Dengan teknologi 5G menjadi lebih lazim di negara-negara seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Jepang, kita akan melihat peserta didik dan penyedia solusi benar-benar merangkul pendidikan digital dalam berbagai format. Pembelajaran dalam kelas secara pribadi akan dilengkapi dengan modalitas pembelajaran baru - dari siaran langsung ke influencer pendidikan hingga pengalaman realitas virtual," tulis Diana El-Azar, direktur senior di Proyek Minerva.
Kementerian Pendidikan di China telah mengembangkan platform pembelajaran dan penyiaran online berbasis cloud yang baru untuk memungkinkan siswa masuk dari mana saja.
Di Hong Kong, sebuah konsorsium yang melibatkan 60 organisasi pendidikan, penerbit, profesional media dan industri hiburan berkumpul untuk menyediakan 900 aset pendidikan, termasuk video, bab buku, alat penilaian, dan layanan konseling gratis bagi siswa yang tinggal di rumah.
Sebagian besar sekolah di daerah yang terkena dampak menemukan solusi stop-gap untuk melanjutkan pengajaran, tetapi kualitas pembelajaran sangat bergantung pada tingkat dan kualitas akses digital.
Untuk membantu orang yang kurang mampu, yang tidak dapat memenuhi biaya perangkat digital dan paket data, WEF telah merekomendasikan pemerintah dan perusahaan untuk mengurangi biaya dan membuat kelas digital terjangkau. Jika tidak, ada bahaya yang lebih besar bahwa kesenjangan digital bisa menjadi lebih ekstrem. Ketakutan berasal dari fakta bahwa hanya sekitar 60% populasi dunia yang online.
Pandemi, bagaimanapun, telah memberikan peluang serta pelajaran bahwa di dunia yang tidak dapat diprediksi, perlu untuk menjembatani kesenjangan digital dan memberikan keterampilan untuk membangun perlawanan untuk menghadapi berbagai ancaman dari bencana alam hingga kekerasan. Lebih dari itu, diperlukan adaptasi sehingga ketahanan dibangun ke dalam sektor yang paling penting yaitu sistem pendidikan.
Banyak negara telah memulai sistem pembelajaran jarak jauh, dengan siswa mengambil pelajaran dan tampil dalam ujian saat tinggal di rumah. Dipercayai bahwa serangan virus dapat memberikan manfaat untuk membantu menjembatani kesenjangan digital yang sangat dibutuhkan, karena ia hadir dengan inovasi yang menghadirkan solusi baru untuk sistem pendidikan.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OCED), sebuah organisasi ekonomi antar pemerintah dengan 36 negara anggota, 421 juta anak-anak terpengaruh karena penutupan sekolah di 39 negara. Sementara 22 negara lainnya telah mengumumkan penutupan sebagian.
Untuk membendung penyebaran virus, pemerintah Hong Kong telah memperkenalkan aplikasi interaktif bagi siswa untuk belajar di rumah pada bulan Februari. World Economic Forum (WEF) yang berbasis di Jenewa percaya bahwa sekitar 120 juta siswa China saat ini mendapatkan akses ke materi pembelajaran melalui siaran televisi langsung.
"Keputusan pengendalian risiko ini telah mengarahkan jutaan siswa ke situasi home-schooling sementara, terutama di beberapa negara yang paling terkena dampak, seperti China, Korea Selatan (Korsel), Italia, dan Iran," kata Gloria Tam, seorang pejabat di Proyek Minerva , inovator pendidikan terkemuka, seperti dilansir Anadolu Agency.
Dalam sebuah makalah, ditulis untuk WEF, dia mengatakan keputusan pengendalian risiko ini telah mengarahkan siswa ke situasi home-schooling sementara, terutama di beberapa negara yang paling terkena dampak, seperti China, Korsel, Italia, dan Iran. "Perubahan ini tentu saja menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi mereka juga mendorong contoh baru inovasi pendidikan," ucapnya.
Sementara inovator pendidikan telah bereksperimen dengan ruang kelas digital di seluruh dunia selama bertahun-tahun terakhir, langkah lambatnya membuat frustrasi. Sebagian besar guru dan siswa di seluruh dunia ragu untuk mengadopsi itu. Para ahli percaya bahwa wabah Covid-19 telah mempercepat prosesnya.
"Dengan teknologi 5G menjadi lebih lazim di negara-negara seperti China, Amerika Serikat (AS), dan Jepang, kita akan melihat peserta didik dan penyedia solusi benar-benar merangkul pendidikan digital dalam berbagai format. Pembelajaran dalam kelas secara pribadi akan dilengkapi dengan modalitas pembelajaran baru - dari siaran langsung ke influencer pendidikan hingga pengalaman realitas virtual," tulis Diana El-Azar, direktur senior di Proyek Minerva.
Kementerian Pendidikan di China telah mengembangkan platform pembelajaran dan penyiaran online berbasis cloud yang baru untuk memungkinkan siswa masuk dari mana saja.
Di Hong Kong, sebuah konsorsium yang melibatkan 60 organisasi pendidikan, penerbit, profesional media dan industri hiburan berkumpul untuk menyediakan 900 aset pendidikan, termasuk video, bab buku, alat penilaian, dan layanan konseling gratis bagi siswa yang tinggal di rumah.
Sebagian besar sekolah di daerah yang terkena dampak menemukan solusi stop-gap untuk melanjutkan pengajaran, tetapi kualitas pembelajaran sangat bergantung pada tingkat dan kualitas akses digital.
Untuk membantu orang yang kurang mampu, yang tidak dapat memenuhi biaya perangkat digital dan paket data, WEF telah merekomendasikan pemerintah dan perusahaan untuk mengurangi biaya dan membuat kelas digital terjangkau. Jika tidak, ada bahaya yang lebih besar bahwa kesenjangan digital bisa menjadi lebih ekstrem. Ketakutan berasal dari fakta bahwa hanya sekitar 60% populasi dunia yang online.
Pandemi, bagaimanapun, telah memberikan peluang serta pelajaran bahwa di dunia yang tidak dapat diprediksi, perlu untuk menjembatani kesenjangan digital dan memberikan keterampilan untuk membangun perlawanan untuk menghadapi berbagai ancaman dari bencana alam hingga kekerasan. Lebih dari itu, diperlukan adaptasi sehingga ketahanan dibangun ke dalam sektor yang paling penting yaitu sistem pendidikan.
(esn)