Pandemi COVID-19, Muslim-Kristen-Yahudi Doa Bareng di Yerusalem
A
A
A
YERUSALEM - Para pemimpin ketiga agama Samawi atau kerap disebut sebagai agama Ibrahim—Yahudi, Kristen, dan Muslim—berdoa bersama di Yerusalem pada Kamis kemarin. Bersatunya para pemimpin agama dalam doa bareng itu terjadi di tengah pandemi global virus corona baru, COVID-19.
Inisiatif doa bersama ini berasal dari Wali Kota Yerusalem Moshe Lion. Doa bersama berlangsung pada pukul 12.30 waktu setempat di Balai Kota Yerusalem. Selain para pemimpin tiga agama Samawi, perwakilan dari kepercayaan lain, termasuk Druze dan Bahai, juga hadir.
Berbicara kepada Vatican Radio sebelum doa bersama, Penjaga Fransiskan dari Tanah Suci, Pastor Francesco Patton, menyoroti pentingnya saat ini dan menjelaskan bahwa setiap agama harus berdoa sesuai dengan tradisi mereka sendiri.
“Kita akan bersama-sama berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar pandemi ini bisa berhenti," kata Pastor Patton. Dia menjelaskan inisiatif tersebut memiliki makna spiritual yang dalam.
“Itu penting dalam dirinya sendiri karena kita semua orang percaya dengan akar yang sama; dan berkat akar yang sama ini kita dapat mengekspresikan dengan iman dan dengan keyakinan doa kita kepada Tuhan Yang Mahaesa," katanya lagi, seperti dikutip dari Vatican News, Jumat (27/3/2020).
Doa bersama dilakukan setelah komunike bersama—dikeluarkan pada 21 Maret—di mana para pemimpin Gereja Makam Suci (Latin, Ortodoks Yunani dan Armenia) menyatakan harapan mereka bahwa "dalam situasi berbahaya ini semua anak-anak Ibrahim (Abraham) bisa berdoa bersama kepada Yang Mahakuasa untuk meminta perlindungan dan belas kasihan".
Patton berpandangan ke depan untuk Paskah di Yerusalem bahwa itu tidak akan seserius seperti biasanya."Karena itu akan dengan beberapa perayaan, tanpa jemaat dan dengan komunitas lokal kecil," ujarnya."(Tetapi) itu akan menjadi Paskah yang sama saja."
Kata-katanya bergema ketika Gereja Makam Suci di kota Yerusalem, yang dipuja oleh orang-orang Kristen sebagai tempat penyaliban dan penguburan Yesus, telah ditutup sebagai langkah pencegahan untuk mengekang penyebaran virus corona. Itu berarti bahwa perayaan Paskah di gereja itu akan dilakukan dibelakang pintu yang tertutup.
"Pada Paskah kita tidak merayakan (dengan) sejumlah umat beriman," kata Pastor Patton. "Kita merayakan Kebangkitan Yesus Kristus dan dalam Kebangkitanlah kita dapat menemukan harapan, bukan dalam jumlah mereka yang merayakan!"
Inisiatif doa bersama ini berasal dari Wali Kota Yerusalem Moshe Lion. Doa bersama berlangsung pada pukul 12.30 waktu setempat di Balai Kota Yerusalem. Selain para pemimpin tiga agama Samawi, perwakilan dari kepercayaan lain, termasuk Druze dan Bahai, juga hadir.
Berbicara kepada Vatican Radio sebelum doa bersama, Penjaga Fransiskan dari Tanah Suci, Pastor Francesco Patton, menyoroti pentingnya saat ini dan menjelaskan bahwa setiap agama harus berdoa sesuai dengan tradisi mereka sendiri.
“Kita akan bersama-sama berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar pandemi ini bisa berhenti," kata Pastor Patton. Dia menjelaskan inisiatif tersebut memiliki makna spiritual yang dalam.
“Itu penting dalam dirinya sendiri karena kita semua orang percaya dengan akar yang sama; dan berkat akar yang sama ini kita dapat mengekspresikan dengan iman dan dengan keyakinan doa kita kepada Tuhan Yang Mahaesa," katanya lagi, seperti dikutip dari Vatican News, Jumat (27/3/2020).
Doa bersama dilakukan setelah komunike bersama—dikeluarkan pada 21 Maret—di mana para pemimpin Gereja Makam Suci (Latin, Ortodoks Yunani dan Armenia) menyatakan harapan mereka bahwa "dalam situasi berbahaya ini semua anak-anak Ibrahim (Abraham) bisa berdoa bersama kepada Yang Mahakuasa untuk meminta perlindungan dan belas kasihan".
Patton berpandangan ke depan untuk Paskah di Yerusalem bahwa itu tidak akan seserius seperti biasanya."Karena itu akan dengan beberapa perayaan, tanpa jemaat dan dengan komunitas lokal kecil," ujarnya."(Tetapi) itu akan menjadi Paskah yang sama saja."
Kata-katanya bergema ketika Gereja Makam Suci di kota Yerusalem, yang dipuja oleh orang-orang Kristen sebagai tempat penyaliban dan penguburan Yesus, telah ditutup sebagai langkah pencegahan untuk mengekang penyebaran virus corona. Itu berarti bahwa perayaan Paskah di gereja itu akan dilakukan dibelakang pintu yang tertutup.
"Pada Paskah kita tidak merayakan (dengan) sejumlah umat beriman," kata Pastor Patton. "Kita merayakan Kebangkitan Yesus Kristus dan dalam Kebangkitanlah kita dapat menemukan harapan, bukan dalam jumlah mereka yang merayakan!"
(mas)