Wabah COVID-19 Belum Reda, Muncul Hantavirus di China
A
A
A
BEIJING - Seorang penumpang yang meninggal di dalam bus di China dites positif terinfeksi virus yang sama sekali berbeda dari virus corona COVID-19. Nama virus yang baru muncul di China ini adalah hantavirus.
Media yang dikelola pemerintah China, Global Times, melaporkan korban meninggal oleh hantavirus mengalami gejala yang mirip dengan orang yang terpapar COVID-19.
Korban tak dikenal asal provinsi Yunnan meninggal ketika berada di dalam bus carteran menuju tempat kerjanya di provinsi Shandong.
“Dia dites positif untuk hantavirus. 32 orang lainnya di dalam bus dites," tulis Global Times dalam laporannya hari Senin lalu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Virus baru ini muncul ketika China bersiap mencabut lockdown di beberapa kota terkait pencegahan penyebaran COVID-19. Hantavirus telah memicu kepanikan di antara banyak orang di media sosial yang ramai-ramai menuliskan tanda pagar #hantavirus.
Namun, para ahli dengan cepat menunjukkan bahwa itu bukan virus baru, dan tidak berpotensi ditularkan di antara manusia.
“#Hantavirus pertama kali muncul pada 1950-an dalam perang Amerika-Korea di Korea (sungai Hantan). Ini menyebar dari tikus-tikus jika manusia menelan cairan tubuh mereka. Penularan manusia ke manusia jarang terjadi," tulis ilmuwan Swedia Dr Sumaiya Shaikh di Twitter, seperti dikutip New York Post, Selasa (24/3/2020) malam.
"Tolong jangan panik, kecuali Anda berencana untuk makan tikus," lanjut dia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan hantavirus jarang terjadi, tetapi menempatkan angka kematian pada 38 persen.
"Gejala dapat terjadi hingga delapan minggu setelah terpapar urine segar, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi," kata CDC. Kadang-kadang juga dapat berasal dari gigitan tikus yang terinfeksi.
Gejala-gejalanya dalam banyak hal memiliki kemiripan dengan gejala orang yang terpapar viru corona baru, di mana penderita merasakan demam, sakit kepala, batuk dan sesak napas.
"Satu pasien menyamakannya dengan 'pita ketat di dada saya dan bantal menutupi wajah saya'," kata CDC.
Media yang dikelola pemerintah China, Global Times, melaporkan korban meninggal oleh hantavirus mengalami gejala yang mirip dengan orang yang terpapar COVID-19.
Korban tak dikenal asal provinsi Yunnan meninggal ketika berada di dalam bus carteran menuju tempat kerjanya di provinsi Shandong.
“Dia dites positif untuk hantavirus. 32 orang lainnya di dalam bus dites," tulis Global Times dalam laporannya hari Senin lalu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Virus baru ini muncul ketika China bersiap mencabut lockdown di beberapa kota terkait pencegahan penyebaran COVID-19. Hantavirus telah memicu kepanikan di antara banyak orang di media sosial yang ramai-ramai menuliskan tanda pagar #hantavirus.
Namun, para ahli dengan cepat menunjukkan bahwa itu bukan virus baru, dan tidak berpotensi ditularkan di antara manusia.
“#Hantavirus pertama kali muncul pada 1950-an dalam perang Amerika-Korea di Korea (sungai Hantan). Ini menyebar dari tikus-tikus jika manusia menelan cairan tubuh mereka. Penularan manusia ke manusia jarang terjadi," tulis ilmuwan Swedia Dr Sumaiya Shaikh di Twitter, seperti dikutip New York Post, Selasa (24/3/2020) malam.
"Tolong jangan panik, kecuali Anda berencana untuk makan tikus," lanjut dia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan hantavirus jarang terjadi, tetapi menempatkan angka kematian pada 38 persen.
"Gejala dapat terjadi hingga delapan minggu setelah terpapar urine segar, kotoran, atau air liur dari tikus yang terinfeksi," kata CDC. Kadang-kadang juga dapat berasal dari gigitan tikus yang terinfeksi.
Gejala-gejalanya dalam banyak hal memiliki kemiripan dengan gejala orang yang terpapar viru corona baru, di mana penderita merasakan demam, sakit kepala, batuk dan sesak napas.
"Satu pasien menyamakannya dengan 'pita ketat di dada saya dan bantal menutupi wajah saya'," kata CDC.
(mas)