Pakar Medis: Musim Dingin di Brasil Dapat Perburuk Wabah Corona
A
A
A
BRASILIA - Wabah virus corona yang tiba di Brasil saat musim panas mulai berakhir dan musim dingin mendekat, berpotensi memperburuk penyebaran virus tersebut.
Peringatan itu diungkapkan para pakar medis pada Reuters. Masih sedikit yang tahu bagaimana perubahan cuaca musiman mempengaruhi virus corona yang telah mengakibatkan krisis global.
Meski demikian, enam pakar penyakit infeksi di Brasil menyatakan berbagai wabah sebelumnya di negara itu, termasuk pandemi flu babi H1N1 2009, menunjukkan suhu yang lebih dingin memperburuk penularan.
Brasil telah menjadi negara dengan kasus corona terbesar di Amerika Latin, dengan 621 kasus dikonfirmasi pada Kamis (19/3), meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua hari.
Meskipun sebagian besar Brasil wilayah tropis, suhu bulanan di beberapa wilayah selatan dan tenggara dapat mencapai rata-rata 5-6 derajat Celsius pada Juni dan Juli.
Suhu mulai turun pada April, saat infeksi flu biasanya bertambah. "Tak pernah ada momen bagus bagi virus corona untuk datang tapi ini bukan momen bagus," kata Maria da Gloria Teixeira, epidemiologis di Universitas Federal Bahia.
Kekhawatiran itu juga muncul di negara-negara belahan bumi selatan. Australia telah memiliki jumlah serupa untuk kasus yang dikonfirmasi seperti Brasil, tapi otoritas memperkirakan peningkatan kasus secara cepat saat musim dingin tiba.
Perkiraan itu dapat diterapkan di negara Amerika Selatan lainnya seperti Argentina dan Cile yang penduduknya lebih sedikit dibandingkan Brasil tapi memiliki cuaca yang lebih dingin.
Para pakar penyakit infeksi tak dapat memastikan jika virus corona itu musiman karena belum ada cukup bukti. Namun dengan penyakit pernapasan seperti flu dan pilek, para pakar menduga udara dingin mengakibatkan iritasi hidung dan saluran pernapasan sehingga orang lebih rawan infeksi.
Peringatan itu diungkapkan para pakar medis pada Reuters. Masih sedikit yang tahu bagaimana perubahan cuaca musiman mempengaruhi virus corona yang telah mengakibatkan krisis global.
Meski demikian, enam pakar penyakit infeksi di Brasil menyatakan berbagai wabah sebelumnya di negara itu, termasuk pandemi flu babi H1N1 2009, menunjukkan suhu yang lebih dingin memperburuk penularan.
Brasil telah menjadi negara dengan kasus corona terbesar di Amerika Latin, dengan 621 kasus dikonfirmasi pada Kamis (19/3), meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dua hari.
Meskipun sebagian besar Brasil wilayah tropis, suhu bulanan di beberapa wilayah selatan dan tenggara dapat mencapai rata-rata 5-6 derajat Celsius pada Juni dan Juli.
Suhu mulai turun pada April, saat infeksi flu biasanya bertambah. "Tak pernah ada momen bagus bagi virus corona untuk datang tapi ini bukan momen bagus," kata Maria da Gloria Teixeira, epidemiologis di Universitas Federal Bahia.
Kekhawatiran itu juga muncul di negara-negara belahan bumi selatan. Australia telah memiliki jumlah serupa untuk kasus yang dikonfirmasi seperti Brasil, tapi otoritas memperkirakan peningkatan kasus secara cepat saat musim dingin tiba.
Perkiraan itu dapat diterapkan di negara Amerika Selatan lainnya seperti Argentina dan Cile yang penduduknya lebih sedikit dibandingkan Brasil tapi memiliki cuaca yang lebih dingin.
Para pakar penyakit infeksi tak dapat memastikan jika virus corona itu musiman karena belum ada cukup bukti. Namun dengan penyakit pernapasan seperti flu dan pilek, para pakar menduga udara dingin mengakibatkan iritasi hidung dan saluran pernapasan sehingga orang lebih rawan infeksi.
(sfn)