Netanyahu Ancam Lockdown Israel karena Virus Corona
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengancam akan mengeluarkan perintah lockdown untuk seluruh wilayah Israel untuk menghambat penyebaran wabah virus corona jenis baru, COVID-19 . Dia mengatakan perintah seperti itu akan dikeluarkan jika warga tidak mematuhi pedoman yang mendesak mereka untuk tetap di dalam rumah.
"Kemarin kami memberikan instruksi yang jelas...meminta orang-orang untuk tinggal di rumah sebanyak yang mereka bisa dan pergi keluar hanya ketika itu penting, untuk persediaan makanan dan kebutuhan lain yang kami tentukan," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Channel 12.
Netanyahu mengatakan komunitas ultra-ortodoks Israel dan kelompok minoritas Arab-Israel belum mengindahkan pedoman. (Baca juga: Liga Muslim Dunia: Tutup Masjid karena Corona Sesuai Syariat Islam )
"Jika pesannya tidak dipahami, maka saya tidak akan ragu untuk memaksakan perintah (lockdown)" kata Netanyahu yang dilansir Reuters, Kamis (19/3/2020).
Dalam wawancara itu, dia mengutip contoh-contoh di mana komunitas ultra-ortodoks di negara itu terus mengadakan pernikahan besar dan beberapa sekolah agama tetap terbuka meskipun ada perintah penutupan lembaga pendidikan secara nasional.
Dia tidak memberikan rincian perintah lockdown dan mengatakan akan membahas masalah ini lebih lanjut dalam sambutan publik pada hari Kamis.
"Jika perlu, perintah untuk lockdown akan siap besok," katanya, seraya menambahkan bahwa lockdown penuh akan berdampak buruk pada perekonomian.
Netanyahu mengatakan bahwa situasi Israel lebih baik daripada kebanyakan negara. "Kita perlu memastikan bahwa ini berlanjut seperti ini," katanya, seperti dikutip Jerusalem Post.
Israel sejauh ini melaporkan ada 433 orang yang positif terinfeksi COVID-19 dengan 11 pasien di antaranya telah disembuhkan.
"Sejauh ini kami telah melakukan semua hal yang membuat negara Israel berada di antara tiga atau empat negara dalam situasi terbaik di dunia, tetapi ini bukan liburan musim panas. Kami telah mengantisipasi seluruh dunia dalam menutup perbatasan, meluasnya isolasi rumah, membatasi malfungsi, dan menggunakan alat-alat digital yang sekarang telah diaktifkan," ujar perdana menteri.
"Kemarin kami memberikan instruksi yang jelas...meminta orang-orang untuk tinggal di rumah sebanyak yang mereka bisa dan pergi keluar hanya ketika itu penting, untuk persediaan makanan dan kebutuhan lain yang kami tentukan," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Channel 12.
Netanyahu mengatakan komunitas ultra-ortodoks Israel dan kelompok minoritas Arab-Israel belum mengindahkan pedoman. (Baca juga: Liga Muslim Dunia: Tutup Masjid karena Corona Sesuai Syariat Islam )
"Jika pesannya tidak dipahami, maka saya tidak akan ragu untuk memaksakan perintah (lockdown)" kata Netanyahu yang dilansir Reuters, Kamis (19/3/2020).
Dalam wawancara itu, dia mengutip contoh-contoh di mana komunitas ultra-ortodoks di negara itu terus mengadakan pernikahan besar dan beberapa sekolah agama tetap terbuka meskipun ada perintah penutupan lembaga pendidikan secara nasional.
Dia tidak memberikan rincian perintah lockdown dan mengatakan akan membahas masalah ini lebih lanjut dalam sambutan publik pada hari Kamis.
"Jika perlu, perintah untuk lockdown akan siap besok," katanya, seraya menambahkan bahwa lockdown penuh akan berdampak buruk pada perekonomian.
Netanyahu mengatakan bahwa situasi Israel lebih baik daripada kebanyakan negara. "Kita perlu memastikan bahwa ini berlanjut seperti ini," katanya, seperti dikutip Jerusalem Post.
Israel sejauh ini melaporkan ada 433 orang yang positif terinfeksi COVID-19 dengan 11 pasien di antaranya telah disembuhkan.
"Sejauh ini kami telah melakukan semua hal yang membuat negara Israel berada di antara tiga atau empat negara dalam situasi terbaik di dunia, tetapi ini bukan liburan musim panas. Kami telah mengantisipasi seluruh dunia dalam menutup perbatasan, meluasnya isolasi rumah, membatasi malfungsi, dan menggunakan alat-alat digital yang sekarang telah diaktifkan," ujar perdana menteri.
(mas)