Belanda di Lockdown, Warga Sibuk Timbun Ganja Bukan Masker

Selasa, 17 Maret 2020 - 14:46 WIB
Belanda di Lockdown, Warga Sibuk Timbun Ganja Bukan Masker
Belanda di Lockdown, Warga Sibuk Timbun Ganja Bukan Masker
A A A
DEN HAAG - Para perokok ganja terlihat antri di depan kafe ganja pada hari Minggu (15/3/2020) lalu saat pemerintah setempat memerintahkan penutupan toko dan kelab-kelab seks serta kafe ganja dalam rangka memerangai wabah Corona.

Terlihat antrian panjang ketika mereka berpacu dengan waktu agar bisa mendapatkan ganja dan persediaan untuk beberapa hari ke depan sebelum batas waktu penutupan.

Kafe ganja terkenal di Belanda telah menjadi bagian dari citra populer di negara itu seperti klub seks di distrik lampu merak Amsterdam yang terkenal, yang juga diperintahkan untuk tutup pada pukul 18:00 bersama dengan semua bar dan restoran. (Baca: Belanda Tutup Kelab Seks dan Kafe Ganja karena Corona )

"Untuk mungkin selama dua bulan ke depan kita tidak bisa mendapatkan ganja jadi sepertinya menyenangkan mempunyainya sedikit di rumah," kata Jonathan, seorang pembeli Belanda, yang ikut mengantri di luar kedai kopi Point di Den Haag.

"Teman saya menelepon saya lima menit yang lalu, dia melihat konferensi pers - teman yang baik," katanya kepada AFP yang dilansir dari France24, Senin (17/3/2020).

Antrian bertambah panjang beberapa menit setelah Menteri Kesehatan dan Pendidikan Belanda mengadakan konferensi pers di televisi yang mengumumkan penutupan pusat bisnis, bersamaan dengan semua sekolah Belanda.

Pemandangan serupa dilaporkan terjadi di seluruh negeri, dengan gambar-gambar di media sosial memperlihatkan antrian panjang di luar kedai ganja di Ibu Kota Amsterdam dan kota tempat universitas bersejarah berada, Utrecht.

Situasi ini bertolak belakang dengan hari-hari sebelumnya di mana supermarket diserbu orang-orang yang mencoba menimbun kertas toilet dan pasta. Pengumuman mendadak tentang penutupan kedai ganja itu memberikan prioritas baru.

Staf kafe ganja menyiapkan jalur terpisah bagi pembeli yang menggunakan uang tunai dan kartu kredit atau debit untuk jenis tanaman gulma yang secara eksotis dinamai seperti "Doctor", "Buble" dan "Purple Haze" sebelum ditutup.

"Aku tidak keberatan memiliki sedikit ganja, itu membuat kita tetap tenang saat di rumah begitu lama. Mungkin akan lama di karantina," kata seorang wanita Irlandia yang mengaku bernama Hannah saat dia ikut mengantri di Den Haag.

"Aku benar-benar hanya menonton konferensi pers dengan teman satu flatku dan kemudian aku turun ke bawah dan tiba-tiba ada antrian seperti 30 orang, dan semua mobil ini juga datang sekarang," terangnya.

Antrian membeli ganja juga terlihat di Roermond dekat perbatasan dengan Jerman, di tengah kekhawatiran bahwa pemerintah Jerman akan menutup perbatasannya dengan Belanda setelah memberlakukan kontrol ketat bagi mereka yang tiba dari Prancis, Austria, Swiss, Luxemburg dan Denmark mulai Senin ini.

Ganja secara teknis ilegal di Belanda, tetapi negara itu mendekriminalisasi pemilik ganja kurang dari lima gram pada tahun 1976 di bawah apa yang disebut kebijakan "toleransi".

Antrian ganja tetap terjadi meskipun Menteri Kesehatan Belanda Bruno Bruins membuat "permintaan mendesak" kepada warga Belanda selama konferensi pers pada hari Minggu, dengan mengatakan: "Jangan menimbun (ganja). Itu tidak perlu."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3790 seconds (0.1#10.140)