Ulama Iran Bantah Izinkan Beli Vaksin Virus Corona Israel
A
A
A
TEHERAN - Seorang ulama berpengaruh Iran membantah memberi izin pembelian dan penggunaan vaksin untuk virus corona baru jika nantinya dirilis oleh Israel. Ulama bernama Ayatollah Nasser Makarem Shirazi tersebut mengatakan laporan tentang dirinya mengizinkan penggunaan vaksin produk Zionis adalah berita palsu.
Laporan itu pertama kali diterbitkan surat kabar Iran, Hamdeli, 11 Maret 2020. Dalam laporan tersebut Ayatollah Shirazi ditulis mengatakan; "Dilarang membeli atau menjual vaksin jika kita tahu pasti bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan (yang memproduksi) akan diberikan kepada Zionis dan Israel kecuali ini satu-satunya obat (yang tersedia) dan tidak ada alternatif lain."
Namun, kini kantor Ayatollah Shirazi membantah laporan itu. "Tanya jawab pada subjek tidak pernah terjadi, dan itu benar-benar berita palsu," kata kantor tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (17/3/2020).
Iran selama ini dianggap sebagai salah satu ancaman utama terhadap Israel. Teheran juga kerap dituduh sebagai donatur dan pendukung berbagai kelompok militan yang menargetkan negara mayoritas Yahudi tersebut.
Dalam laporan yang sama, Ketua Komite Hukum Parlemen Iran; Jalil Rahimi Jahanabadi, mengatakan kepada Hamdeli; "Tidak hanya kita tetapi semua orang, akan senang ketika beberapa negara berhasil (mengembangkan vaksin) dan menyelamatkan nyawa manusia."
"Jika beberapa negara, termasuk Amerika , dengan siapa kami tidak memiliki hubungan, dan (dengan) rezim Zionis yang kami (bahkan) tidak mengakuinya sebagai sebuah negara, menemukan vaksin, itu pasti akan (menempatkannya) di pasar global, dan kami juga akan dapat membelinya melalui perantara atau negara lain," lanjut dia.
Berbeda dengan kantor Shirazi, Rahimi Jahanabadi belum membantah laporan yang mengutipnya tersebut. (Baca: Meski Musuhan, Ulama Iran Izinkan Beli Vaksin Corona Israel )
Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Israel Ofir Akunis baru-baru ini mengumumkan bahwa para ilmuwan negaranya dapat mengembangkan vaksin untuk virus corona dalam beberapa minggu dan akan tersedia dalam 90 hari.
Selama empat tahun terakhir, tim ilmuwan The Galilee Research Institute (MIGAL) telah mengembangkan vaksin untuk melawan virus bronkitis infeksi (IBV), yang menyebabkan penyakit bronkial yang menyerang unggas. Efektivitas vaksin telah terbukti dalam uji pra-klinis yang dilakukan di Veterinary Institute.
Akunis mengatakan dia telah menginstruksikan direktur jenderal kementeriannya untuk mempercepat semua proses persetujuan dengan tujuan membawa vaksin manusia ke pasar secepat mungkin.
"Mengingat kebutuhan global yang mendesak akan vaksin virus corona (untuk) manusia, kami melakukan segala yang kami bisa untuk mempercepat pembangunan," kata CEO MIGAL David Zigdon. "Vaksin ini dapat mencapai persetujuan keamanan dalam 90 hari."
Laporan itu pertama kali diterbitkan surat kabar Iran, Hamdeli, 11 Maret 2020. Dalam laporan tersebut Ayatollah Shirazi ditulis mengatakan; "Dilarang membeli atau menjual vaksin jika kita tahu pasti bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan (yang memproduksi) akan diberikan kepada Zionis dan Israel kecuali ini satu-satunya obat (yang tersedia) dan tidak ada alternatif lain."
Namun, kini kantor Ayatollah Shirazi membantah laporan itu. "Tanya jawab pada subjek tidak pernah terjadi, dan itu benar-benar berita palsu," kata kantor tersebut, seperti dikutip Jerusalem Post, Selasa (17/3/2020).
Iran selama ini dianggap sebagai salah satu ancaman utama terhadap Israel. Teheran juga kerap dituduh sebagai donatur dan pendukung berbagai kelompok militan yang menargetkan negara mayoritas Yahudi tersebut.
Dalam laporan yang sama, Ketua Komite Hukum Parlemen Iran; Jalil Rahimi Jahanabadi, mengatakan kepada Hamdeli; "Tidak hanya kita tetapi semua orang, akan senang ketika beberapa negara berhasil (mengembangkan vaksin) dan menyelamatkan nyawa manusia."
"Jika beberapa negara, termasuk Amerika , dengan siapa kami tidak memiliki hubungan, dan (dengan) rezim Zionis yang kami (bahkan) tidak mengakuinya sebagai sebuah negara, menemukan vaksin, itu pasti akan (menempatkannya) di pasar global, dan kami juga akan dapat membelinya melalui perantara atau negara lain," lanjut dia.
Berbeda dengan kantor Shirazi, Rahimi Jahanabadi belum membantah laporan yang mengutipnya tersebut. (Baca: Meski Musuhan, Ulama Iran Izinkan Beli Vaksin Corona Israel )
Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Israel Ofir Akunis baru-baru ini mengumumkan bahwa para ilmuwan negaranya dapat mengembangkan vaksin untuk virus corona dalam beberapa minggu dan akan tersedia dalam 90 hari.
Selama empat tahun terakhir, tim ilmuwan The Galilee Research Institute (MIGAL) telah mengembangkan vaksin untuk melawan virus bronkitis infeksi (IBV), yang menyebabkan penyakit bronkial yang menyerang unggas. Efektivitas vaksin telah terbukti dalam uji pra-klinis yang dilakukan di Veterinary Institute.
Akunis mengatakan dia telah menginstruksikan direktur jenderal kementeriannya untuk mempercepat semua proses persetujuan dengan tujuan membawa vaksin manusia ke pasar secepat mungkin.
"Mengingat kebutuhan global yang mendesak akan vaksin virus corona (untuk) manusia, kami melakukan segala yang kami bisa untuk mempercepat pembangunan," kata CEO MIGAL David Zigdon. "Vaksin ini dapat mencapai persetujuan keamanan dalam 90 hari."
(mas)