Sebut Xi Jinping Badut saat Atasi Corona, Eks Bos Properti Hilang

Senin, 16 Maret 2020 - 16:04 WIB
Sebut Xi Jinping Badut...
Sebut Xi Jinping Badut saat Atasi Corona, Eks Bos Properti Hilang
A A A
BEIJING - Seorang mantan eksekutif properti bepengaruh di China menyebut Presiden Xi Jinping sebagai "badut" atas pidatonya bulan lalu tentang upaya pemerintah dalam memerangi virus corona baru, COVID-19. Mantan bos properti itu kini dilaporkan hilang.

Tiga temannya mengonfirmasi kepada Reuters atas hilangnya mantan bos properti bernama Ren Zhiqiang tersebut pada Minggu (15/3/2020).

Ren Zhiqiang tercatat sebagai anggota Partai Komunis China, partai berkuasa di China. Dia juga tercatat sebagai mantan eksekutif top pengembang properti yang dikendalikan negara, Huayuan Real Estate Group.

Menurut tiga temannya, Ren Zhiqiang belum dapat dihubungi sejak 12 Maret. "Banyak teman kita mencarinya," kata teman dekat Zhiqiang yang juga pengusaha; Wang Ying, dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Wang Ying menggambarkan rekan-rekan Ren Zhiqiang "sangat cemas".

"Ren Zhiqiang adalah figur publik dan kepergiannya diketahui secara luas. Lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas ini perlu memberikan penjelasan yang masuk akal dan legal untuk ini sesegera mungkin," ujarnya.

Panggilan ke telepon seluler Ren Zhiqiang yang dilakukan oleh Reuters tidak dijawab.

Polisi Beijing belum bersedia menanggapi permintaan komentar yang diajukan wartawan melalui telepon dan faks pada hari Minggu. Kantor Informasi Dewan Negara China juga belum bersedia menanggapi permintaan komentar yang diajukan melalui faks.

Sebuah esai yang dibagikan Ren dengan orang-orang yang dikenalnya dalam beberapa pekan terakhir membidik pidato yang dibuat Xi Jinping pada 23 Februari. Pidato Xi, seperti dilaporkan media pemerintah, disampaikan melalui telekonferensi kepada 170.000 pejabat partai di seluruh negeri. Salinan esainya kemudian di-posting online oleh orang lain.

Dalam esai yang tanpa menyebut nama Xi, Ren mengaku sudah mempelajari pidato sang presiden."(Saya) tidak melihat seorang kaisar berdiri di sana memamerkan 'pakaian barunya', tetapi seorang badut telanjang yang bersikeras terus menjadi kaisar," katanya, dalam esai yang di-posting oleh China Digital Times, sebuah situs web yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Dia dalam esai itu juga mengaku telah mengungkapkan "krisis pemerintahan" di dalam partai. Kurangnya kebebasan pers dan pidato Xi Jinping, lanjut dia, telah mencegah wabah itu ditangani lebih cepat, dan menyebabkan situasi memburuk.

Laporan atas hilangnya Ren muncul ketika pemerintah China menerapkan sensor keras terhadap media lokal dan pengguna internet yang membahas epidemi COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

COVID-19, yang muncul di China akhir 2019 lalu, telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di negara itu, menewaskan 3.213 orang.

Ren, yang mendapat julukan "Cannon Ren" atas kritik sebelumnya yang di-posting di media sosial, dijatuh hukuman masa percobaan dari partai selama satu tahun pada 2016 karena secara terbuka mengkritik kebijakan pemerintah.

Pada tahun itu, pemerintah memerintahkan platform Weibo menutup akun Ren. Sebelum ditutup akun tersebut memiliki lebih dari 30 juta follower. Akun Ren ditutup dengan alasan telah menyebarkan informasi ilegal.

Beijing telah membingkai pertempuran melawan coronavirus sebagai "Perang Rakyat" yang dipimpin oleh Xi Jinping.

Ketika tindakan keras untuk memerangi COVID-19, termasuk lockdown kota Wuhan, telah terbukti efektif dalam menahan penyebaran virus lebih lanjut. Meski virus ini sudah terlanjut menyebar ke seluruh dunia. Pemerintah China juga telah menuai kritik publik karena menekan informasi tentang virus tersebut pada awal-awal wabah.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1353 seconds (0.1#10.140)