Memilukan, Rumah Sakit Italia Menerima Pasien Corona Setiap 5 Menit
A
A
A
ROMA - Seorang dokter Italia mengatakan sebuah rumah sakit di Milan menerima pasien virus corona jenis baru, COVID-19, setiap lima menit. Parahnya, puncak wabah di negara itu diprediksi terjadi dua minggu lagi.
Massimo Galli, kepala unit penyakit menular di Rumah Sakit Sacco yang kewalahan di Milan, mengatakan kepada ABC News bahwa fasilitas itu mencapai titik "saturasi total".
"Kami semakin dekat untuk tidak dapat menerima pasien baru. Ada kejenuhan total tempat tidur," keluh Galli. (Baca: Wabah Corona Membunuh 1.809 Orang di Italia, Sehari 368 Meninggal )
Dia menambahkan pasien bebas virus dipulangkan setiap dua atau tiga jam dan bahwa administrator rumah sakit mencari bangunan alternatif untuk merawat pasien.
Dia mengatakan negara-negara lain harus tetap sangat waspada dalam melacak semua orang yang terinfeksi."Jelas kami memiliki pandemi," ujarnya, yang lansir Minggu (15/3/2020).
"Angka-angka di Spanyol, Prancis, Jerman membuatnya tampak seperti hanya beberapa minggu dari wabah. Saya harap saya salah untuk semua orang," ujarnya.
Dia meyakini Italia masih menderita penyebaran COVID-19 hingga empat minggu lagi dengan puncak wabah diperkirakan terjadi dua minggu lagi.
Data yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info pada Senin (16/3/2020) ada 24.747 kasus COVID-19 di Italia dengan 1.809 meninggal dan 2.335 pasien disembuhkan.
Pada hari Jumat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Eropa sekarang menjadi pusat pandemi COVID-19.
Perdana Menteri Italia Guiseppe Conte pada hari ini mengambil langkah dramatis untuk membuat negara itu lockdown ketat. Semua bisnis, kecuali apotek dan toko kelontong, tutup. Semua sekolah sudah ditutup lebih dulu. (Baca juga: UPDATE Corona 16 Maret: 6.515 Meninggal, 77.450 Sembuh, 169.415 Kasus )
Spanyol telah menyatakan keadaan darurat, di mana Madrid dalam status lockdown dan resor di Ibiza dan Majorca ditutup. Spanyol adalah negara yang terkena dampak terburuk kedua di Eropa setelah Italia.
Prancis juga melakukan lockdown dalam upaya untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Berbagai restoran, beberapa toko, bioskop, dan kafe ditutup hingga beberapa hari ke depan.
Di Inggris rencana sedang berlangsung untuk melarang pertemuan massal mulai minggu depan setelah jumlah kematian naik menjadi 35 orang.
Massimo Galli, kepala unit penyakit menular di Rumah Sakit Sacco yang kewalahan di Milan, mengatakan kepada ABC News bahwa fasilitas itu mencapai titik "saturasi total".
"Kami semakin dekat untuk tidak dapat menerima pasien baru. Ada kejenuhan total tempat tidur," keluh Galli. (Baca: Wabah Corona Membunuh 1.809 Orang di Italia, Sehari 368 Meninggal )
Dia menambahkan pasien bebas virus dipulangkan setiap dua atau tiga jam dan bahwa administrator rumah sakit mencari bangunan alternatif untuk merawat pasien.
Dia mengatakan negara-negara lain harus tetap sangat waspada dalam melacak semua orang yang terinfeksi."Jelas kami memiliki pandemi," ujarnya, yang lansir Minggu (15/3/2020).
"Angka-angka di Spanyol, Prancis, Jerman membuatnya tampak seperti hanya beberapa minggu dari wabah. Saya harap saya salah untuk semua orang," ujarnya.
Dia meyakini Italia masih menderita penyebaran COVID-19 hingga empat minggu lagi dengan puncak wabah diperkirakan terjadi dua minggu lagi.
Data yang dikutip SINDOnews.com dari situs pelaporan online worldometers.info pada Senin (16/3/2020) ada 24.747 kasus COVID-19 di Italia dengan 1.809 meninggal dan 2.335 pasien disembuhkan.
Pada hari Jumat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Eropa sekarang menjadi pusat pandemi COVID-19.
Perdana Menteri Italia Guiseppe Conte pada hari ini mengambil langkah dramatis untuk membuat negara itu lockdown ketat. Semua bisnis, kecuali apotek dan toko kelontong, tutup. Semua sekolah sudah ditutup lebih dulu. (Baca juga: UPDATE Corona 16 Maret: 6.515 Meninggal, 77.450 Sembuh, 169.415 Kasus )
Spanyol telah menyatakan keadaan darurat, di mana Madrid dalam status lockdown dan resor di Ibiza dan Majorca ditutup. Spanyol adalah negara yang terkena dampak terburuk kedua di Eropa setelah Italia.
Prancis juga melakukan lockdown dalam upaya untuk menghentikan penyebaran COVID-19. Berbagai restoran, beberapa toko, bioskop, dan kafe ditutup hingga beberapa hari ke depan.
Di Inggris rencana sedang berlangsung untuk melarang pertemuan massal mulai minggu depan setelah jumlah kematian naik menjadi 35 orang.
(mas)