Sempat Terisolasi, Kini China Tumbuh Jadi Negara Mega Komputer

Sabtu, 22 Februari 2020 - 10:29 WIB
Sempat Terisolasi, Kini...
Sempat Terisolasi, Kini China Tumbuh Jadi Negara Mega Komputer
A A A
BEIJING - China sempat terisolasi dari dunia akibat sanksi Amerika Serikat (AS). Namun, dengan tekad kuat dan investasi besar, negara berjuluk Negeri Tirai Bambu itu mampu mengejar ketertinggalan dan menjadi kekuatan baru industri komputer dunia.

China menyadari pentingnya teknologi komputer, terutama kuantum, baik secara ekonomi maupun militer. Para pakar, peneliti, politisi, dan pejabat militer juga meyakini jika China mampu mengungguli AS di bidang teknologi, China kemungkinan akan dapat membalikkan keadaan dengan menguasai strategi militer.

Pada awal tahun lalu, Worldwide Threat Assessment melaporkan kepemimpinan AS dalam teknologi dan ilmu pengetahuan sudah mulai terancam, bukan karena kurangnya inovasi, melainkan karena China mampu berkembang secara signifikan. Selama bertahun-tahun, China telah menjadi pesaing terkuat AS di luar Rusia.

Presiden China Xi Jinping juga mendukung penuh pengembangan teknologi komputer agar China mampu mandiri dan tidak bergantung kepada negara lain. Salah satu ambisi yang sering didengungkan ialah melampaui AS. Untuk melancarkan rencana itu, Jinping membuka keran dan mengalirkan dana miliaran dolar AS.

Sejauh ini, AS masih unggul dari China. Pada 2018, IBM telah berhasil mematenkan separuh dari teknologi kecerdasan buatan (AI), kuantum, dan blockchain yang ada di AS pada 2018. Belakangan ini, Google juga berhasil memecahkan masalah yang seharusnya dipecahkan dalam 10.000 tahun hanya dalam 200 detik.

Scott Aaronson dari Universitas Ilmu Komputer AS mengatakan, perbedaan AS dan China hanya terletak pada fokus pengembangan. Jika AS fokus menginvestasikan uang dan waktu dalam pengembangan kuantum computation seperti halnya Kanada, Inggris, dan Israel, China lebih fokus pada komunikasi kuantum.

Beberapa pengembangan yang berhasil dilakukan China ialah menciptakan link komunikasi jarak jauh antara satelit dan stasiun di bumi dengan menggunakan partikel. Artinya, China dapat memindahkan telekomunikasi militer kedalam jaringan kuantum sehingga negara lawan tidak akan mampu memata-matai.

Perjuangan Panjang

China tidak meraih keberhasilan ini dengan mudah. Perang sipil dan Perang Dunia II membawa China pada kehancuran. Inovasi teknologinya tertinggal jauh dari negara maju. Bantuan dana dan impor dari negara kapitalis juga sempat ditutup setelah China terlibat dalam Perang Dingin dengan AS dan sekutunya.

Para ilmuwan China hanya menggantungkan harapan besar kepada Uni Soviet dala mmembangun kekuatan komputer. Namun ketika hubungan itu memburuk pada 1959, China kembali terisolasi. Selama masa tertutup itu, ilmuwan komputer perempuan Xia Peisu muncul membawa gebrakan baru yang besar.

Peisu berhasil merancang komputer sendiri bernama Model 107 pada 1960-an. Namun, hal itu belum cukup sebab jika China berencana membangun industri komputer maka China memerlukan sumber daya yang lebih banyak. Akhirnya, Peisu turut membantu dengan mendirikan institusi ilmu komputer pertama di China.

Jasa Peisu besar sebab dia juga menjadi orang pertama yang mengajarkan ilmu komputer di China. Disepanjang kariernya, dia tidak pernah mengeluh dan berhasil mencetak ratusan ilmuwan muda. Melalui inovasi teknologi dan jasanya tersebut, China kini menjadi negara dengan produksi komputer terbesar di dunia.

Peisu lahir dari keluarga pengajar di Chongqing pada 28 Juli 1923. Dia termasuk siswa yang pandai di sekolah, mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sejak awal, alumni National Central University itu sangat giat melakukan penelitian, berbincang dengan para ahli lintas bidang, dan menjalin mitra ke luar negeri. (Muh Shamil)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0890 seconds (0.1#10.140)