WHO: Tidak Ada Indikasi Kasus Virus Corona di Korut
A
A
A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan tidak ada indikasi virus Corona baru telah menyebar ke Korea Utara (Korut). Sebelumnya media Korea Selatan (Korsel) mengatakan ada kasus dan kematian di Korut yang ditutup-tutupi oleh pihak berwenang Pyongyang.
Wabah penyakit yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang di China itu dapat menghancurkan sistem kesehatan Korut yang telah kekurangan sumber daya. Badan-badan bantuan telah menyerukan pengecualian sanksi perdagangan internasional agar lebih mudah jika diperlukan untuk membantu Pyongyang memerangi penyakit itu.
"Saat ini tidak ada sinyal, tidak ada indikasi kita berurusan dengan COVID-19 di sana (Korut)," kata Dr Mike Ryan, kepala program darurat WHO, pada konferensi pers di Jenewa seperti dikutip dari Reuters, Rabu (19/2/2020).
Sudah menjadi salah satu negara yang paling tertutup di dunia, Korut telah menghentikan penerbangan dan layanan kereta dengan tetangganya itu. Korut juga menetapkan karantina wajib selama sebulan, menangguhkan pariwisata internasional dan memberlakukan penutupan yang hampir lengkap pada perjalanan lintas batas.
"Pemerintah (Korut) sangat cemas seperti yang dapat Anda bayangkan, seperti semua pemerintah lainnya, untuk membuat persiapan dan mencari bantuan teknis serta operasional kami untuk membantu mereka bersiap-siap," kata Ryan.
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan, Korut melaporkan telah melakukan pengecekan terhadap hampir 7.300 pelancong yang memasuki negara itu selama periode enam minggu hingga 9 Februari. Mengutip Kementerian Kesehatan Korut, ia mengatakan 141 pelancong yang menderita demam telah diuji untuk mengetahui apakah terpapar virus Covid-19 dan semua dinyatakan negatif.
Para pejabat Korut dan WHO dijadwalkan bertemu di Jenewa nanti untuk membahas kesiapan. Jasarevic mengatakan WHO akan memberi Korut persediaan termasuk pereaksi laboratorium untuk tes dan peralatan pelindung seperti kacamata, sarung tangan, masker dan jas untuk petugas kesehatan.
Sebelumnya beberapa media Korsel telah melaporkan kasus dan kemungkinan kematian akibat virus Corona di Korut, yang dibantah Pyongyang. Pada hari Selasa Rodong Sinmun, surat kabar resmi partai berkuasa Korut, mengutip seorang pejabat kesehatan masyarakat yang menegaskan tidak ada kasus virus Corona baru yang dikonfirmasi sejauh ini.
Seorang mantan diplomat Korut yang membelot ke Korsel pada tahun 2016 mengatakan kemampuan WHO untuk mengevaluasi situasi di negara tertutup itu mungkin terbatas, karena stafnya dan orang asing sebagian besar akan dikurung di Ibu Kota Pyongyang.
"Tindakan baru-baru ini yang diambil oleh rezim Korea Utara tidak normal," kata mantan diplomat Korut, Thae Yong-ho, kepada wartawan di Seoul.
Pekan lalu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan sangat prihatin tentang kemungkinan dampak dari wabah virus Corona di Korut dan siap memfasilitasi AS dan organisasi internasional membantu mengendalikan virus di sana.
Wabah penyakit yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang di China itu dapat menghancurkan sistem kesehatan Korut yang telah kekurangan sumber daya. Badan-badan bantuan telah menyerukan pengecualian sanksi perdagangan internasional agar lebih mudah jika diperlukan untuk membantu Pyongyang memerangi penyakit itu.
"Saat ini tidak ada sinyal, tidak ada indikasi kita berurusan dengan COVID-19 di sana (Korut)," kata Dr Mike Ryan, kepala program darurat WHO, pada konferensi pers di Jenewa seperti dikutip dari Reuters, Rabu (19/2/2020).
Sudah menjadi salah satu negara yang paling tertutup di dunia, Korut telah menghentikan penerbangan dan layanan kereta dengan tetangganya itu. Korut juga menetapkan karantina wajib selama sebulan, menangguhkan pariwisata internasional dan memberlakukan penutupan yang hampir lengkap pada perjalanan lintas batas.
"Pemerintah (Korut) sangat cemas seperti yang dapat Anda bayangkan, seperti semua pemerintah lainnya, untuk membuat persiapan dan mencari bantuan teknis serta operasional kami untuk membantu mereka bersiap-siap," kata Ryan.
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic mengatakan, Korut melaporkan telah melakukan pengecekan terhadap hampir 7.300 pelancong yang memasuki negara itu selama periode enam minggu hingga 9 Februari. Mengutip Kementerian Kesehatan Korut, ia mengatakan 141 pelancong yang menderita demam telah diuji untuk mengetahui apakah terpapar virus Covid-19 dan semua dinyatakan negatif.
Para pejabat Korut dan WHO dijadwalkan bertemu di Jenewa nanti untuk membahas kesiapan. Jasarevic mengatakan WHO akan memberi Korut persediaan termasuk pereaksi laboratorium untuk tes dan peralatan pelindung seperti kacamata, sarung tangan, masker dan jas untuk petugas kesehatan.
Sebelumnya beberapa media Korsel telah melaporkan kasus dan kemungkinan kematian akibat virus Corona di Korut, yang dibantah Pyongyang. Pada hari Selasa Rodong Sinmun, surat kabar resmi partai berkuasa Korut, mengutip seorang pejabat kesehatan masyarakat yang menegaskan tidak ada kasus virus Corona baru yang dikonfirmasi sejauh ini.
Seorang mantan diplomat Korut yang membelot ke Korsel pada tahun 2016 mengatakan kemampuan WHO untuk mengevaluasi situasi di negara tertutup itu mungkin terbatas, karena stafnya dan orang asing sebagian besar akan dikurung di Ibu Kota Pyongyang.
"Tindakan baru-baru ini yang diambil oleh rezim Korea Utara tidak normal," kata mantan diplomat Korut, Thae Yong-ho, kepada wartawan di Seoul.
Pekan lalu, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan sangat prihatin tentang kemungkinan dampak dari wabah virus Corona di Korut dan siap memfasilitasi AS dan organisasi internasional membantu mengendalikan virus di sana.
(ian)