Larang Pernikahan Gay di Rusia, Putin Dipuji Sekaligus Dicaci

Senin, 17 Februari 2020 - 10:46 WIB
Larang Pernikahan Gay di Rusia, Putin Dipuji Sekaligus Dicaci
Larang Pernikahan Gay di Rusia, Putin Dipuji Sekaligus Dicaci
A A A
MOSKOW - Ketegasan Presiden Vladimir Vladimirovich Putin yang melarang pernikahan gay di Rusia memicu reaksi beragam. Sebagian pihak memuji keputusannya yang mempertahankan nilai-nilai tradisional, namun sebagian lagi dari kelompok pro-lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) mencacinya dengan menganggap cara berpikir sang presiden sudah usang.

Putin pada pekan lalu menegaskan bahwa selama dia berkuasa tidak akan pernah terjadi pernikahan gay atau pernikahan sesama jenis lainnya. "Sejauh (gagasan) 'orangtua nomor 1' dan 'orangtua nomor 2' berjalan, saya sudah berbicara di depan umum tentang ini dan saya akan mengulanginya lagi; selama saya presiden itu tidak akan terjadi. (Yang) ada Ayah dan Ibu," kata Putin.

Masalah hak-hak gay dan nilai-nilai keluarga di Rusia telah menjadi sorotan lagi minggu ini, setelah Presiden Putin mengadakan pertemuan tentang amandemen konstitusi yang akan datang, di mana ia diberitahu tentang seruan untuk mengabadikan status keluarga sebagai "sebuah persatuan antara seorang pria dan seorang wanita" dalam konstitusi Rusia .

Karena saat ini tidak ada ketentuan mengenai masalah tersebut dalam konstitusi Rusia, Putin menunjukkan persatuan antara pria dan wanita disebut perkawinan, dan bahwa itu sedikit berbeda dengan definisi keluarga. Dia disarankan untuk mempertimbangkan dengan hati-hati susunan kata dalam definisi tersebut.

Ketegasan Putin yang "mengharamkan" pernikahan sesama jenis di Rusia telah membangkitkan tanggapan beragam di Barat, di mana beberapa media mengklaim bahwa Putin mengambil sikap menentang pernikahan gay. (Baca: Putin: Selama Saya Presiden Tak Akan Terjadi Pernikahan Gay! )

Kemenangan Nilai Tradisional

Sikap presiden Rusia—sudah bisa ditebak—disambut dengan sorak-sorai dan persetujuan dari para pendukung nilai-nilai tradisional dan orang-orang yang berpandangan suram tentang apa yang disebut sebagai kebenaran politik.

Mantan manajer kampanye Partai Brexit Skotlandia, Mitch William berargumen; "Terminologi yang benar secara politis merugikan tradisi negara mana pun."

Dia menggambarkan sikap Putin sebagai hal yang mengagumkan, ia juga menyarankan para pemimpin Barat untuk mencontoh Putin.

Sentimennya digaungkan oleh kolumnis Inggris Katie Hopkins. "Sudah lama menunggu seseorang dengan kepemimpinan yang kuat untuk menjadi sangat jelas tentang masalah ini," katanya.

"Kami melihat ini merayap di Amerika Serikat (AS), AS mengubah bentuk itu, saya pikir, pada tahun 2011. Jadi mereka melepas istilah Ibu dan Ayah dan menempatkan 'orangtua nomor satu' dan 'orangtua nomor dua'. Tapi saya pikir ketika kita melihat kepemimpinan yang berani, kita melihat kesediaan ini untuk menjadi jelas," papar Hopkins, seperti dikutip Sputniknews, Senin (17/2/2020).

Polisi Inggris yang juga mantan anggota Parlemen Eropa, Nick Griffin, mengatakan bahwa bagi Putin menentang lobi LGBTQ dan dogma globalisme anti-nasional pada saat yang sama tidak lain dari tindakan keberanian politik. Dia menambahkan bahwa usulan kepala negara Rusia adalah wujud akal sehat.

Dicaci Pro-LGBT

Namun, pendukung hak-hak gay dan pernikahan sesama jenis tidak begitu gembira atas ketegasan Putin. Surat kabar online Pink News yang berbasis di Inggris mengklaim bahwa presiden Rusia telah berjanji untuk menjaga bahasa khusus gender untuk menggarisbawahi penentangan negara itu terhadap hubungan sesama jenis.

Aktivis hak asasi manusia pro-LGBT Inggris dan kampanye perkawinan gay, Peter Tatchell, bersikeras bahwa Putin pada dasarnya menolak untuk mengakui kenyataan bahwa tidak semua orangtua, bahkan jika mereka tidak selalu sebagai Ibu dan Ayah, mencintai anak-anak mereka.

"Orangtua yang berjenis kelamin sama pantas mendapatkan pengakuan dan perlindungan hukum untuk diri mereka sendiri dan anak-anak mereka. Menjadi minoritas kecil, mereka sama sekali tidak mengancam atau menggantikan orangtua dan keluarga tradisional," katanya.

Kryss Shane, seorang pakar LGBT dan pembicara publik dari Amerika Serikat, mencaci Putin dengan menuduhnya berusaha untuk menghentikan cinta yang sudah ada antara dua orang dengan identitas gender yang sama dan memutuskan keluarga yang memiliki orang tua LGBT+.

"Berdebat bahwa komentar Putin dapat memaksa orang-orang LGBT+ untuk lebih mencintai secara diam-diam," kata Shane yang menggambarkan Presiden Rusia sebagai sosok ketinggalan zaman dalam pemikirannya.

"Pada kenyataannya, cinta LGBT+ dan keluarga LGBT+ selalu ada di masa lalu, mereka saat ini ada, dan mereka akan selalu ada," ujarnya.

Sudut Konstitusi


Sementara itu, beberapa pakar membahas kemungkinan konsekuensi dari pernyataan Putin atas hak-hak LGBT dan kebenaran politik untuk mengalihkan perhatian publik dari amandemen konstitusi Rusia. Salah satu pakar yang berpendepat demikian adalah analis politik independen asal AS, Stephen Ebert.

"Seruan Putin untuk konstitusi baru untuk secara khusus melindungi nilai-nilai keluarga tradisional dengan menyatakan sebuah keluarga terdiri dari Ayah dan Ibu, bukan 'orangtua nomor satu' dan 'orangtua nomor dua' menimbulkan kekhawatiran dalam pelarangan. Tetapi tidak yang lain, mungkin memiliki konsekuensi yang tidak disengaja membuka pintu air bagi pembangkang/pendukung gagasan non-arus utama lainnya untuk mengatakan, tetapi konstitusi tidak secara khusus melarang ini," kata Ebert.

Seorang aktivis HAM Belgia, Andy Vermaut, mengeluhkan tentang banyaknya informasi yang dia katakan sedang disebarkan tentang presiden Putin dan Rusia, dan tentang bagaimana pendapat yang bernuansa diambil di luar konteks.

"Ada toleransi untuk homoseksualitas di Rusia, hanya saja itu adalah pilihan individu di antara orang-orang. Landasan masyarakat di Rusia masih merupakan keluarga tradisional, tetapi selain itu kaum gay memiliki hak untuk menjadi gay di Rusia, sesuatu yang tidak bisa dikatakan dari banyak negara di dunia," katanya.

"Putin percaya bahwa legislator tidak boleh mencampuri pilihan individu rakyat. Sekarang Anda lihat lagi bagaimana semuanya digunakan untuk salah menggambarkan Rusia dan pernyataan-pernyataan Presiden Putin disalahtafsirkan dengan sepenuhnya mendistorsi (mereka)," imbuh dia.

Sebelumnya, pernyataan Putin memunculkan respons yang agak beragam di seluruh dunia, ketika Kantor Luar Negeri Inggris mendesak komunitas global untuk memerangi diskriminasi orang LGBT, dan menambahkan bahwa mereka merasa bangga pernikahan gay sah di Inggris.

Pada saat yang sama, anggota parlemen Italia, Vito Comencini, menyebut sikap Putin tentang masalah ini sebagai contoh perlindungan nilai-nilai Kristen dan masyarakat tradisional.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3789 seconds (0.1#10.140)