Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama

Senin, 17 Februari 2020 - 07:29 WIB
Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama
Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama
A A A
SEJARAH banyak bercerita kekejaman diktator yang menabur ketakutan dan kekerasan bagi rakyatnya dan juga bangsa-bangsa lain. Meski demikian, sejumlah prestasi juga mereka torehkan selama berkuasa. Berikut sejumlah diktator yang meninggalkan warisan positif.

1. Castro Merevolusi Kesehatan dan Pendidikan

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Setelah mengambil alih kekuasaan pada 1959, Fidel Castro mengubah Kuba menjadi kediktatoran satu partai, memaksa puluhan ribu orang Kuba di pengasingan, mengeksekusi pembangkang dan menjebloskannya ke penjara. Di luar itu, sebagai pemimpin, Castro berhasil memajukan Kuba, terutama melalui sektor pendidikan dan kesehatan.

Bahkan, kebijakan pendidikan dan kesehatan Kuba kini diakui merupakan salah satu yang termaju di dunia. Melalui kebijakan pendidikan dan jaminan kesehatan gratis, Kuba memiliki tingkat literasi dan angka harapan hidup tinggi di dunia. Jika pada 1959 hampir seperempat populasi orang dewasa buta huruf, saat ini buta huruf orang dewasa hampir tidak ada.

2. Gaddafi Memulai Proyek Irigasi Terbesar di Dunia

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Di luar sosoknya yang diklaim pemimpin diktator, Muammar Gaddafi ternyata memiliki salah satu warisan “prestasi” menakjubkan yaitu proyek irigasi terbesar di dunia “The Great Man Made River”. Proyek ini dimulai pada 28 Agustus 1984 dengan menghabiskan dana lebih dari USD20 miliar.

Proyek irigasi ini menggunakan total panjang pipa dengan diameter 4 m sepanjang 4.000 km dan dapat mengangkut 6,5 juta meter kubik air per hari dari lebih dari 1300 sumur padang pasir. Hebatnya lagi, proyek ini disebut-sebut mampu memompa 5 juta meter kubik air per hari dan akuifer cukup besar untuk memasok air selama 1.000 tahun ke depan.

3. Hitler Orang Pertama yang Mengkampanyekan Anti- Rokok
Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama
Hitler memulai gerakan anti-tembakau ketika seorang Dokter Jerman mengidentifikasi terdapat hubungan antara merokok dan kanker paru-paru. Pemimpin Nazi itu kemudian sangat membenci tembakau dan tidak pernah menyentuhnya satu kalipun.
Dalam sejarah, ia menjadi orang pertama di dunia yang memimpin kampanye anti merokok. Gerakan ini juga merupakan kampanye anti rokok paling kuat di dunia selama 1930-an. Dari 1939 sampai 1945, merokok bagi personel militer di Jerman juga sangat dibatasi.

Hitler menganggap rokok sebagai 'dekaden'. "Banyak orang yang sangat baik telah hilang karena keracunan tembakau," ujarnya.

4. Pinochet Pulihkan Ekonomi Chile dari Resesi

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Selama masa pemerintahan diktator Chile Augusto Pinochet, lebih dari 3.000 orang "menghilang” dan 28.000 lainnya di penjara. Pada 1972 ekonomi Chile mulai stagnan dan inflasi mencapai 500%.

Setelah memegang tampuk kekuasaan pada 1973, Pinochet merekrut tim ekonom dari Universitas Chicago AS untuk mengembalikan stabilitas ekonomi. Di bawah Pinochet, Chile mulai mengenalkan kebijakan ekonomi neo-liberal, termasuk penghapusan hambatan perdagangan dan regulasi perdagangan negara, serta pajak penghasilan rendah dan program privatisasi.

Hasilnya, periode "Keajaiban Ekonomi Chile" mulai terlihat, inflasi turun dari 375% pada 1975 menjadi 9,9% pada 1982. PDB tumbuh 8% pada 1977 dan 1979 serta 10% pada 1989.

5. Zia-Ul-Haq Jaga Keberlanjutan Ekonomi Pakistan yang Tengah Booming

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Di bawah rezim garis keras Pakistan pimpinan Muhammad Zia-ul-Haq, kaum minoritas serta pembangkang politik ditindas di Pakistan. Tapi di luar itu Zia-ul-Haq berjasa mengawal periode pertumbuhan ekonomi Pakistan yang berkelanjutan.
Selama masa kekuasaannya dari 1977-1988, pertumbuhan PDB rata-rata Pakistan tercatat 6 % per tahun. Salah satu penyebab hal ini adalah liberalisasi ekonomi serta nasionalisasi beberapa industri publik. Zia juga mendorong perdagangan bebas. Pasca-kematiannya pada 1988, banyak rakyat Pakistan memujinya sebagai “Muslim yang hebat.”

6. Trujillo Ciptakan Stabilitas dan Kemakmuran

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Rafael Trujillo naik ke tampuk kekuasaan pada 1930 dan memerintah Republik Dominika dengan tangan besi sampai ia dibunuh pada 1961. Meski diktator, tetapi setidaknya ada peningkatan standar hidup rakyat selama masa pemerintahannya.

Rezim Trujillo membangun sanitasi, rumah sakit, jalan, dan sekolah. Selanjutnya, Trujillo melunasi semua hutang, menjaga mata uangnya stabil, dan membangun atau memperbaiki bandara dan gedung-gedung publik. Encyclopedia Britannica mengatakan, Trujillo membawa tingkat kedamaian dan kemakmuran yang sebelumnya tidak dinikmati rakyat Republik Dominika.

7. Napoleon Pelopori Kode Hukum Prancis

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Pahlawan bagi sebagian orang, iblis bagi yang lain, Napoleon Bonaparte memimpin Prancis melalui beberapa konflik paling berdarah di Eropa sejak Perang Tiga Puluh Tahun. Terlepas dari kebrutalannya, Napoleon mewariskan hal-hal positif bagi Prancis. Di antaranya, ia mempromosikan sistem hukum yang dikenal sebagai Kode Napoleon.

Kode hukum ini sekarang dianggap sebagai salah satu dokumen paling berpengaruh dalam sejarah dunia. Kode ini menetapkan prinsip, semua warga negara laki-laki harus dianggap setara, tanpa hak istimewa kelas turun-temurun, dan menjabarkan hak dan kewajiban warga negara dalam masyarakat.

8. Genghis Khan Kenalkan Hukum dan Kebebasan Beragama

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Menurut antropolog Amerika Serikat Jack Weatherford, sosok Gengis Khan ternyata bukan hanya dikenal sebagai seorang pemimpin yang ditakuti. Di balik sosoknya sebagai pemimpin militer hebat, ia juga mewariskan hal positif sebagai tokoh yang memperkenalkan aturan-aturan hukum modern, melindungi kebebasan beragama, mendorong perdagangan internasional, dan menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara baru di Eropa dan kawasan lain.

Pemimpin yang pernah menaklukkan separuh dunia di abad 13 dan 14 masehi ini juga dikenal sangat spiritual, sering berdoa sebelum kampanye, serta senang mendiskusikan agama dan filsafat dengan para terpelajar seperti Tao Qiu Chuji.

9. Ashurnasirpal II bikin Festival Rakyat Terbesar dalam Sejarah Dunia Kuno
Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama
Ashurnasirpal II adalah raja Assyria yang memimpin dari 883-859 SM. Ia terkenal dengan kekejamannya selama memerintah. Namun di balik sifat kejamnya itu, sosok Ashurnasirpal bisa sangat murah hati kepada rakyatnya. Salah satunya ketika ia menciptakan festival rakyat terbesar yang pernah ada di dunia kuno.
Festival itu untuk merayakan penciptaan kota baru bernama Kalhu. Sekitar 69.574 orang diundang dalam festival yang ia ciptakan. Selama 10 hari, Ashurnasirpal “memberi mereka makanan serta minum secara gratis. Tak tanggung-tanggung, dia menyediakan 1.000 ekor sapi, 14.000 domba impor secara khusus, 10.000 ikan, 10.000 telur, dan 500 rusa untuk menu pesta festivalnya.

10. Periander Penguasa yang Bijaksana tapi Kejam

Warisan Positif Para Diktator, dari Revolusi Pendidikan hingga Kebebasan Beragama


Periander adalah tiran dari kota Korintus Yunani Kuno dari sekitar 627-587 SM. Terlepas dari kekejamannya, Periander melakukan banyak hal untuk memperbaiki kota yang dikuasainya.
Ia menjalin aliansi dengan negara-negara Yunani dan non-Yunani serta meningkatkan perdagangan dengan Mediterania barat. Ia menegosiasikan perdamaian antara Athena dan Mytilene dan mendirikan koloni di semenanjung Balkan. Setelah kematiannya, ia dikenal sebagai salah satu dari Tujuh Orang Bijak Yunani.

Sumber: www.listverse.com
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3081 seconds (0.1#10.140)