Kisah Aisha, Algojo Wanita ISIS di Raqqa

Senin, 10 Februari 2020 - 01:00 WIB
Kisah Aisha, Algojo Wanita ISIS di Raqqa
Kisah Aisha, Algojo Wanita ISIS di Raqqa
A A A
RAQQA - Aisha, atau yang dikenal sebagai Um Qaqaa adalah seorang wanita yang tinggal di Raqqa, Suriah. Dia adalah salah satu orang yang ditugaskan kelompok teroris itu untuk menyiksa para tahanan.

Melansir Al Jazeera, Aisha mengaku, awalnya ia mendatangi ISIS bukan untuk bergabung, melainkan ingin meminta kejelasan mengenai nasib suaminya yang merupakan anggota ISIS. Namun, karena tuntutan ekonomi, dirinya tidak memiliki pilihan lain selain bergabung dengan ISIS.

"Saya mulai melengkapi dokumen untuk bergabung, tetapi mereka mengatakan pertama saya perlu pelatihan hukum Syariah. Selama pelatihan, mereka mengajari kami membaca Al-Quran. Ada sekitar 30 atau 40 wanita. Masjid itu penuh dengan peserta pelatihan. Dan, Anda harus membacanya berulang kali sampai Anda lulus ujian," ucapnya.

Dia menuturkan, suatu hari ada dua orang anggota ISIS yang datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa dia akan segera bekerja. Aisha ditempatkan di sebuah unit yang ditugaskan untuk menyiksa tahanan.

"Unit saya terdiri dari 10 wanita. Tiga ditugaskan ke van, dan tujuh lainnya di stasiun ruang penyiksaan. Mereka memilih wanita yang tinggi, besar, dan mengesankan untuk menakut-nakuti orang. Mereka memilih wanita yang paling kejam. Wanita yang tidak memiliki belas kasihan untuk siapa pun," ungkapnya.

"Jika seorang wanita berjalan di jalan tanpa ditemani, dia ditangkap. Dia harus ditemani oleh saudara laki-laki atau suaminya. Jika seorang wanita berjalan sendirian atau naik taksi tanpa mereka, dia ditangkap. Kami seharusnya berpatroli di lingkungan, pasar, untuk mencari wanita yang pakaiannya tidak sesuai dengan hukum. Semua ini agar ISIS bisa menjual pakaian mereka sendiri," sambungnya,

Aisha mengatakan, ingatan terburuknya adalah ketika unitnya menangkap seorang wanita yang tidak mengenakan niqab. Ternyata, papar Aisha, wanita itu bisu, dia tidak bisa bicara. "Dia disiksa. Saya merasa sangat tidak enak untuknya. Mereka mengatahui dia bisu ketika mereka menyiksanya," ucapnya.

Dia menuturkan, beberapa wanita berada pada tahap awal kehamilan dan penyiksaan itu menyebabkan mereka mengalami keguguran. "Itu tugas kami, menyiksa orang. Kami menyiksa banyak orang. Saya bahkan tidak bisa memberi tahu Anda berapa banyak," paparnya.

Dirinya mengaku berhenti bekerja untuk ISIS ketika pemboman dimulai di Raqqa. Beberapa rekan kerjanya terus melanjutkan pekerjaan mereka, tetapi Aisha mengambil anak-anaknya dan memutuskan pergi dari Raqqa.

"Saya akan memberitahu orang-orang untuk tidak membuat kesalahan yang saya buat. Saya menyiksa orang. Jangan membuat kesalahan itu," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6797 seconds (0.1#10.140)